Chapter 17

3.2K 505 52
                                    

Suara pintu yang ditutup kasar terdengar. Bersamaan dengan langkah kaki cepat yang seakan menyiratkan minggir atau mati pada orang orang yang menghalangi jalan.

Claude kini sedang menggendong istrinya kembali ke kamar si puan di istana Emerald.

"Turunkan, saya bisa jalan sendiri yang mulia." Y/n mengucap dengan nada dingin. Tatapannya pun tidak memiliki kehangatan lagi seperti saat ia berbincang dengan Felix beberapa waktu lalu.

Claude memilih diam. Y/n menghembuskan nafas kasar. Kalau yang saat ini menggendong nya bukan suami nya mungkin gadis itu sudah memaksa turun dengan membanting tubuh laki laki yang menggendong nya itu.

Pintu kamar y/n pun kini juga ikut menjadi korban kecemburuan Claude. Lagi lagi suara bantingan pintu terdengar. Y/n menahan napas nya begitu tubuhnya menyentuh tempat tidur dengan cukup kasar.

"Ini? Bibir yang tadi kau pakai tersenyum pada Felix?" Claude kini memposisikan diri diatas y/n tangannya meraba lembut bibir tipis milik di gadis.

"Tolong jauhi tangan anda dari tubuh saya yang mulia." Y/n berucap tanpa ekspresi. Claude mengangkat alis nya.

"Kenapa? Karena hanya Felix yang boleh melakukan ini padamu?" Ucap laki laki itu membalas.

"Tidak, karena saya tidak sudi disentuh oleh laki laki yang sudah menyentuh wanita lain terlebih dulu." Lagi lagi kalimat kurang ajar keluar dari lisan wanita rupawan di bawah kukungan tangan claude.

Laki laki dengan mata permata itu terhenyak ketika mendengar balasan dari istri nya.

"Minggir Claude." Lanjut y/n. Lagi lagi dengan wajah tanpa ekspresi.

Claude terdiam. Ia kini sedang mendeskripsikan perasaan sakit apa yang ia rasakan di dadanya. Rasanya menyesakkan.

Laki laki itu melihat kearah si surai salju yang sedang berjalan memasuki ruang pakaian nya.

Tak berapa lama setelah y/n memasuki ruang pakaian nya. Gadis itu kembali keluar. Ia menemukan suami nya masih berada di tepi tempat tidurnya. Menatap kearahnya.

Mereka berpandangan sejenak. Sebelum akhirnya y/n berbalik dan berjalan menuju ke arah sofa kamar nya.

"Apa yang mau kau lakukan?" Claude bertanya melihat y/n yang berjalan menjauhi tempat tidur.

"Silahkan pakai tempat tidur itu sesuka anda. Saya akan tidur di sofa." Balas si gadis memperbaiki posisi bantal sofa nya.

"Kemarilah." Claude berucap.

"..aku ingin tidur bersama mu." Lanjut laki laki itu setelah beberapa waktu karena ragu.

Y/n menghembuskan nafas lelah. Ia kembali menatap iris permata milik laki laki yang kini menjadi suaminya itu.

"Kalau saya tidak berkenan?" Jawab y/n sebisa mungkin menjaga kalimat nya agar tidak sekurang ajar tadi.

"Aku akan membuat nya menjadi perintah." Claude menjawab. Suaranya tegas walau masih bisa dikatakan cukup lembut bagi laki laki seperti Claude.

"Saya akan mati jika tidak mematuhi perintah?" Y/n kembali dengan ke kurang ajarannya. Kali ini claude yang menghembuskan nafas lelah. Membujuk y/n tidak semudah membujuk Diana.

"Sebenci itu kau padaku y/n?" Claude memilih tidak menjawab pertanyaan y/n.

"Saya tidak membenci anda yang mulia." Y/n membalas.

Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang