Pagi ini akan menjadi pertemuan kedua bagi Claude dan Athanasia. Kali ini Lilian juga ikut menghadap ke singgasana Raja dan Ratu Obelia itu.
"Mulai sekarang aku akan menjaga keselamatan penuh putri. Maka dari itu kamu tidak perlu khawatir." Claude bersuara menatap Lilian.
Sedangkan y/n hanya tersenyum menenangkan Athy yang seakan ingin kencing di celana karena takut dengan ayah nya.
"Mulai hari ini Athanasia akan mendapatkan kemakmuran yang pantas selayaknya seorang putri Raja." Lanjut Claude sebelum pertemuan kali ini selesai.
Y/n seperti biasa. Ia hanya menjadi figuran diantara ayah dan anak itu.
Hari hari terlewati. Sesuai dengan yang disampaikan Claude kalau Athanasia akan mendapatkan kemakmuran yang sama.
Athanasia dan Claude semakin sering bertemu. Terkadang bersama dengan y/n. Kadang hanya mereka berdua.
Berbeda dengan y/n yang kini kembali merajinkan diri berlatih kemampuan berpedangnya setiap pagi.
"Kau latihan lagi?" Claude yang tidak sengaja bertemu dengan y/n tepat ketika kedua orang itu akan memasuki istana kini saling bertatapan.
"Kenapa tangan mu basah?" Y/n justru gagal fokus melihat tetesan tetesan air yang turun dari lengan sang suami.
"Athanasia tercebur di danau." Jawaban laki laki itu justru membuat y/n tercengang.
"Kau menyelamatkan nya?" Tanya si gadis memastikan.
"...Pada akhirnya iya." Lagi lagi jawaban Claude membuat si surai salju merasa sangat ingin mencekik leher pria di depannya.
"Aku memikirkan tentang Felix yang menjadi pengawal Athanasia sementara." Pembicaraan antara suami istri itu kini masih berlanjut sembari mereka berjalan memasuki istana.
"Ide bagus." Y/n hanya merespon seadanya. Ia melihat Felix juga senang bersama Athanasia jadi tidak masalah.
- malam keesokan harinya -
Siang tadi y/n sedang menggantikan Claude menyelesaikan tugas kenegaraan karena laki laki itu kini lebih sering menghabiskan waktu dengan putri nya.
Wanita itu juga mendapat kan kabar dari Julian kalau Claude mengundang Athanasia makan bersama.
Langkah kaki wanita bersurai salju itu terhenti begitu y/n mendengar suara Claude dan Felix yang sedang berbincang. Y/n memilih berdiam diri sementara di ruang pakaian nya. Menyimak pembicaraan antara kedua laki laki yang sangat dikenalinya.
"Perilaku tidak sopan nya mungkin mirip Diana." Suara Claude terdengar. Laki laki itu terlihat menatap sebuah batu kecil dalam genggaman nya.
'Sudah lama ya. Aku tidak mendengar nya menyebutkan nama Diana.' Senyuman pahit terlihat dari si surai salju.
Entah kenapa hatinya terasa sakit. Mendengar pembicaraan Felix dan suaminya. Seakan akan menjelaskan kalau dialah orang ketiga diantara Diana dan Claude.
"Keluar lah Felix aku lelah." Dan sesaat setelah Felix keluar. Y/n juga ikut keluar dari ruang pakaian nya. Tatapannya terkunci pada iris permata dengan sorot dingin di depannya.
Y/n terlihat seperti ingin berbicara membuat Claude menunggu wanita nya membuka mulutnya. Namun y/n hanya diam. Iris jernih nya menatap Claude tanpa ekspresi apa apa. Sebelum gadis itu memutuskan pandangan. Dan beranjak menuju ke tempat tidur mereka.
"Ada apa?" Tanya Claude. Gerakan tangan y/n yang sedang menarik selimut terhenti sebentar.
"Senang mengetahui kau masih mencintai nya." Ucap si surai salju sebelum menutup matanya. Memilih terlelap setelah sebelumnya menatap ekspresi terkejut sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]
Fiksi Penggemar[Claude de Alger Obelia x Reader] Seorang wanita yang terlahir untuk menjadi seorang pejuang. Namun tanpa disangka sangka takdir nya tiba tiba berubah karena raja dari negara yang memberikan ancaman perang bagi bangsanya memilihnya untuk menjadi per...