Chapter 47

2.4K 322 29
                                    

Malam hari nya. Y/n memberikan waktu sendiri bagi sang suami. Claude selalu teringat dengan kematian Diana setiap ulang tahun Athanasia.

Dan y/n berusaha memahami itu. Walaupun tidak bisa y/n pungkiri. Masih tersisa sedikit rasa cemburu dan sakit hati melihat Claude yang masih saja terlihat depresi ketika hari kematian Diana tiba.

"Bulan nya indah ya yang mulia." Suara Felix terdengar tiba tiba.

'Astaga kenapa dia suka sekali membuat ku terkejut.' batin y/n

"Iya. Cantik." Y/n membalas. Perempuan itu berada di tempat ternyaman nya di istana Obelia. Danau.

Dan Felix sangat menghafal kebiasaan Ratu nya itu. Walaupun waktu terus berganti. Danau seakan tetap menjadi tempat paling aman bagi y/n.

"Felix.." panggil y/n pelan.

Setelah beberapa menit terlewati tanpa seorang pun membuka suara nya.

"Ada apa yang mulia?" Felix menjawab. Menoleh kearah y/n.

"Maaf, tidak bisa membalas perasaan mu." Y/n kembali berucap.

Sementara si surai maroon tersentak. Senyum lembut terlihat di wajah dingin y/n. Membuat Felix berdebar tanpa sadar. Padahal laki laki itu tau kalau sebentar lagi wanita di depannya akan menolaknya.

Y/n tentunya sudah sadar sejak lama. Kalau Felix menyukai nya. Ia juga tau kalau mengucapkan kalimat "Bulannya indah" adalah salah satu bentuk ungkapan cinta. Karena dilihat bagaimana pun. Ketika tadi Felix memuji bulan.

y/n tidak melihat keberadaan bulan sama sekali di langit.

"Itu bukan masalah besar yang mulia. Semoga di kehidupan selanjutnya saya bisa mendapatkan kehormatan untuk menerima cinta anda." Felix tersenyum teduh. Membuat y/n yang berada di samping nya juga ikut tersenyum.

'Kehidupan selanjutnya yaa..' batin si surai salju.

- Kebesokan pagi nya -

Suasana di istana Emerald sangat rusuh. Apalagi ada dua orang anak yang akan menjadi tokoh utama di acara debutante hari ini.

Sedangkan y/n dan Claude yang bisa berganti pakaian dengan sihir masih terlihat berguling gulingan santai di atas tempat tidur.

"Yang mulia waktu nya bersiap siap." Suara Felix terdengar.

Diikuti ketukan pintu setelah nya. Y/n yang sudah terbangun mengiyakan panggilan Felix sebelum akhirnya membangun kan suami nya.

"Kau minun terlalu banyak semalam." Ucap y/n pelan.

Mengusap lembut surai emas milik laki laki yang masih terlelap di depannya. Tatapan nya sendu. Menyadari seberapa berefek nya kematian Diana pada Claude.

Namun karena tidak ingin emosi negatif memenuhi pikiran. Y/n memilih bangkit dan berjalan ke jendela. Membuka gorden membiarkan cahaya matahari melakukan tugasnya untuk membuat Claude yang masih terlelap kesilauan.

Sedangkan si puan sudah melangkah menuju kamar mandi. Tak selang berapa lama suara langkah kaki terdengar mendekat. Y/n bisa menebak kalau Claude sudah terbangun dan akan ikut mandi bersamanya.

Dan benar saja sosok laki laki pirang dengan iris permata itu muncul tak lama kemudian.

"Kenapa tidak membangun kan ku dulu?" Tanya Claude. Surai emas milik laki laki itu masih berantakan. Khas sekali orang baru bangun.

"Kau minum banyak semalam. Aku tidak tega." Y/n menjawab. Masih dengan posisi membelakangi sang suami.

"Biar ku bantu." Claude berucap ketika melihat y/n yang akan memakai sabun.

.
.
.

Saat ini baik Claude, y/n dan Aether sedang menunggu Athanasia. Tepat di bawah tangga istana Emerald.

Y/n bergandengan dengan Claude sedangkan Aether berposisi untuk menyambut Athanasia nantinya.

Kurang lebih sekitar 3 menit menunggu kini Felix terlihat menuruni tangga bersama dengan Athanasia yang terbalut dalam gaun dansa bernuansa merah muda.

Y/n melirik Claude yang terbengong menatap Athy. Sedangkan kan Aether menatap khawatir y/n.

Y/n memberikan kode pada Aether kalau ia baik baik saja. Dan meminta putra nya untuk fokus pada Athy saja. Dan Aether benar benar melakukan nya dengan baik.

Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang