'Lebih dari kau mencintai diana?' Jawab y/n dalam hati. Tidak berani mengucapkan nya secara langsung karena sudah mengetahui jawaban apa yang menantinya.
"Kenapa kamu tidak pernah menjawab pernyataan cinta ku sejak kita menikah 6 tahun lalu?" Claude bertanya, suara nya tidak begitu terdengar karena laki laki itu sedang mendusel di bahu y/n.
Y/n mengangkat tangannya. Mengusap lembut surai emas milik sang suami.
"Ayo tidur." Ajak y/n. Melepaskan rengkuhan tangan Claude di pinggang nya.
'Menyedihkan ya. justru keberadaan Athanasia lebih mempengaruhi ku ketimbang Claude. Padahal sebelum tidak begini.' Y/n kembali membatin setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh nya.
Pagi nya akhirnya untuk pertama kali setelah sekian lama suara antara dua bilah pedang yang beradu kembali terdengar.
Y/n meluangkan waktu nya untuk latihan. Karena merasa tubuh nya kini menjadi semakin kaku.
Felix yang menjadi lawan tanding Ratu nya pun merasakan hal yang sama. Gerakan y/n menjadi lebih tumpul dari saat terakhir kali mereka berlatih bersama. Dan itu mungkin sekitar dua tahun yang lalu.
"Ada yang menganggu pikiran anda yang mulia?" Felix tiba tiba berucap ketika mereka berdua sedang beristirahat.
"Tidak ada. Aku baik baik saja." Y/n menjawab pelan. Sembari meneguk air mineral kemasan nya.
"Anda melamun ketika berlatih tadi. Padahal sebelumnya tidak pernah begitu." Felix kini menggenggam lembut bergelangan tangan y/n. Mengusap luka lebam y/n karena lama tidak berlatih.
"Sedikit." Y/n akhirnya mengaku. Iris jernih itu kini menatap laki laki di depannya tepat di iris abu abu terang milik Felix.
Dan disinilah mereka berakhir. Duduk berduaan di tepi danau beralaskan satu kain dengan beberapa kue kering dan cangkir teh tersaji di antara mereka.
Y/n menceritakan sedikit. Ia berniat mencari rasa lega yang biasa ia alami ketika bercerita pada Caius.
Namun 'sedikit cerita' nya bagi y/n ternyata sudah bisa membuat Felix bisa menarik kesimpulan dengan benar.
- Dua hari setelah nya -
Y/n sedang memenuhi undangan nya untuk datang ke kediaman Alphaeus barsama Aether. Sedangkan Claude gengsi. Makanya laki laki itu menolak ikut. Berujung dengan Felix yang menemani y/n.
"Selamat datang di kediaman Alpheus yang mulia Ratu. Maaf kediaman kami bukan kediaman megah seperti istana Raja." Duke Alpheus menyambut bersamaan dengan putra sulung nya Izekiel dan tentunya beberapa pelayan.
Aether yang berdiri di sisi kaki ibundanya menatap senang si putra sulung keluarga Alpheus.
Begitu pula dengan Izekiel yang saat ini berusia 8 tahun, ia tidak ragu ragu mengajak Aether bermain ketika ayah nya sedang berbincang dengan Ratu.
Undangan kali ini sebenarnya untuk Aether. Roger Alphaeus mengundang Aether agar bisa bermain bersama Izekiel. Y/n hanya menemani.
Kurang lebih sampai siang menuju ke sore hari Aether bermain sebelum akhirnya laki laki kecil itu mengantuk dan kini tertidur di pangkuan sang ibunda.
Izekiel yang sejak kecil kehilangan sosok ibunya pun kini ikut mengistirahatkan kepalanya di paha y/n
Membuat baik Felix maupun Roger yang melihat nya terkejut setengah mati.
Sedangkan y/n menggeleng pelan. Memberikan kode kalau dia tidak masalah.
.
.
."Saya senang yang mulia Ratu meluangkan waktu nya untuk mampir. Saya sangat menantikan kunjungan anda yang berikutnya." Roger berucap formal.
Membungkuk kan badan nya hormat. Diikuti Izekiel yang masih belum sepenuhnya sadar karena baru bangun beberapa saat yang lalu.
Y/n balas mengangguk. Ia juga mengucapkan terimakasih telah membiarkan putra nya bermain dengan Izekiel.
Aether tentunya masih terlelap dalam gendongan y/n hingga mereka sampai ke istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]
Fanfiction[Claude de Alger Obelia x Reader] Seorang wanita yang terlahir untuk menjadi seorang pejuang. Namun tanpa disangka sangka takdir nya tiba tiba berubah karena raja dari negara yang memberikan ancaman perang bagi bangsanya memilihnya untuk menjadi per...