Chapter 28

3K 412 0
                                    

Tanpa y/n sadari. Liam kini sudah berdiri tepat di belakang nya. Tersenyum kecil.

"Tidak akan menyenangkan melawan mu yang seperti ini." Liam berbisik sebelum akhirnya aliran sihir hitam itu menyelimuti tubuh y/n.

Membuat iris jernih y/n berubah menjadi hitam sementara sebelum akhirnya kembali menjadi semula.

Y/n terjatuh, kedalam pelukan laki laki yang tadi menggunakan sihir hitam padanya. Gadis itu pingsan. Dan Liam membawanya kembali ke tempat tidurnya.

Menghapus air mata y/n dan mengecup kening si gadis. Seakan akan ia takut tubuh rapuh wanita di depannya hancur jika ia tidak berhati hati.

Padahal kalau diteliti lebih jauh. Justru Liam menjadi menyebabkan utama sesuatu yang lebih berharga milik y/n hancur. Hati nya. Hancur bersamaan dengan kenyataan kalau keluarga nya dibantai oleh orang yang sejak lama ia percayakan menjadi tangan kanan nya.

.
.
.

Keesokan pagi nya. Y/n terbangun dalam kondisi telah melupakan semua yang terjadi malam tadi. Melupakan kenyataan bahwa ibu dan kakak nya sudah tiada. Dan kenyataan bahwa orang yang sangat dipercayai nya yang membunuh kedua orang yg disayangi nya.

Pelayan mengantarkan makanan ke kamar y/n sewaktu gadis itu sedang membersihkan diri.

'Rasanya.. aku kehilangan sesuatu.' Batin y/n yang saat ini masih berendam dalam bathtub besar miliknya.

Menolak memikirkan hal hal tidak berguna yang belum tentu kejelasan nya. Y/n kini berdiri. Menyalakan shower dan lanjut membilas busa busa yang masih tersisa di tubuh nya.

Sebelum pada akhirnya ia keluar kamar mandi dengan pakaian yang lengkap. Biasanya keluarga kerajaan memiliki pelayan nya sendiri bahkan untuk membantu nya mandi atau berpakaian.

Namun dalam kasus y/n, gadis itu menolak pelayan melakukan hal yang bisa ia lakukan sendiri. Apalagi mandi. Baginya mandi itu ritual yang hanya boleh dilakukan oleh dirinya sendiri.

Selesai membersihkan diri. Y/n kembali ke kamar nya. Menatap sarapan nya yang sudah tertata dengan rapih di samping jendela kamarnya. Senyum kecil nya terlihat. Y/n merasa senang mengetahui pelayan di istana nya masih mengingat kebiasaan kebiasaan ketika ia berada di Engrasia.

"Saya pamit undur diri tuan putri." Ucap si pelayan tanpa nama itu [NPC].

"Tunggu sebentar. Dimana Ian?" Tanya si surai salju sebelum pelayan nya benar benar meninggalkan kamar nya.

"Sedang makan di kamar nya. Tuan putri." Jawab pelayan tadi dengan senyum ramah di wajah nya.

Y/n mengangguk sebelum akhirnya meminta pelayan nya menyampaikan pada Ian kalau y/n akan menemui nya di tepi danau istana Engrasia selesai makan.

***

"Saya tidak menyangka anda adalah seorang putri. Maafkan ketidaksopanan saya sebelumnya tuan putri" Ian berucap membungkuk hormat. Y/n justru tertawa.

"Kelakuan mu justru menghibur ku. Tidak perlu formal formal. Jadilah seperti dirimu yang kemarin." Jawab y/n. Sebelum kedua orang itu berakhir memandangi air danau yang terlihat jernih.

"Mau naik perahu?" Tawar y/n. Ia jarang menyambut rakyat biasa. Jadi setidaknya memberikan hiburan bagi Ian sebagai salah satu ucapan terimakasih nya karena telah diselamatkan bukan masalah besar.

Ian mengangguk antusias. Selama pelayan menyiapkan perahu nya. Y/n ngobrol lagi sama Ian. Kali ini laki laki itu sudah lebih santai pada y/n.

"Ada yang kamu inginkan? Aku ingin berterimakasih karena telah menyelamatkan ku kemarin." Y/n menatap ke arah Ian. Ian senyum kecil.

"Saya ingin terus mendampingi dan menjaga anda yang mulia." Ucap Ian.

Y/n yang mendengar nya tentu nya terkejut. "Saya sudah punya suami." Balas si gadis.

Tawa lepas Ian terdengar. Tawa yang ia dengar beberapa hari yang lalu ketika baru sadar dari pingsan.

"Maksudnya saya ingin menjadi salah satu bawahan militer anda tuan putri." Ian menjelaskan dengan lebih detail.

Y/n hanya mengangguk. Mungkin ia bisa memperkerjakan Ian menjadi bawahan Felix nantinya.

Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang