Chapter 9

3K 497 25
                                    

Keesokan paginya y/n lagi lagi terbangun sendirian. Claude tidak mengunjunginya sama sekali. Terakhir mereka melihat satu sama lain adalah ketika tea time Claude dan Diana itupun tanpa di sengaja.

Seperti biasa y/n membersihkan diri nya terlebih dulu. Lalu gadis itu bersiap siap latihan lagi.

Namun y/n dikaget kan oleh sosok Felix yang sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan posisi seakan akan ia akan mengetuk pintu.

Bingung dan kaget bercampur membuat y/n pada akhirnya mengangkat alisnya seakan bertanya "Ada apa?". Pertanyaan yang berhasil membuat Felix bingung sendiri.

"Saya.. Berniat mengajak yang mulia permaisuri latihan bersama lagi pagi ini."

"Ehh?" Nada jahil terdengar dari satu kata yang baru saja keluar dari mulut y/n. Memang dasar nya y/n jahil, perempuan itu kini menggoda Felix. Membuat wajah si surai maroon berubah semerah tomat.

Melihat reaksi Felix yang seperti bayangan nya membuat y/n tertawa cukup lepas. Bagi y/n Felix benar benar terlihat seperti anak anjing.

Sementara Felix? Tolong jangan ditanya. Laki laki itu sedang kehilangan kewarasan nya karena melihat y/n tertawa untuk pertama kalinya. Bahkan ia melihat nya dari dekat. Felix merasa seperti ia sedang berhadapan dengan sesosok bidadari.

.
.
.

Mereka yang kemarin latihan bercanda kini sudah mulai menunjukkan taring nya masing masing. Baik y/n maupun Felix beberapa kali terlihat berada di posisi yang cukup sulit namun mereka bisa membalikkan keadaan setiap itu terjadi.

Para ksatria Obelia yang menonton kedua orang atasan nya beradu pedang itu tentunya menatap dengan takjub. Seakan mereka lupa kalau titel yang dimiliki y/n sebelum menjadi Ratu Obelia adalah Panglima Perang Engrasia.

Latihan pagi ini berakhir seri. Karena 10 menit berlalu namun kedua nya tetap seimbang. Dan karena takut dua orang itu kelelahan wasit memutuskan untuk menghentikan latihannya.

Felix menatap wanita di samping nya yang kini sedang menenggak air mineral dalam kemasan.

"Saya kini percaya tittle Warlords yang ada di depan nama anda bukan hanya ucapan semata yang mulia." Ucap Felix dengan tawa di akhir kalimat nya. Membuat y/n juga ikut terkekeh.

Berbeda dengan seorang pria bersurai pirang keemasan yang sedang tadi melihat dari kejauhan dengan ekspresi masam.

***

"Yang mulia tidak mencicipi cake cokelat nya?" Suara Diana terdengar riang Menawarkan kue coklat pada wanita bersurai salju di depannya.

Y/n menggeleng pelan. Sebelum membuka mulutnya menjawab.

"Saya bukan penyuka makanan manis. Terimakasih Diana."

Tolakan halus dari y/n cukup membuat Diana memerah malu. Karena perempuan itu sudah berada di posisi ini dua kali.

"...Anda ternyata memiliki beberapa kesamaan dengan yang mulia Raja." Bisik Diana pelan. Yang ternyata masih bisa didengar oleh y/n.

"Saya baru tahu kalau Raja bukan penyuka makanan manis." Diana yang tersentak ketika mendengar ucapan y/n. Memilih meminta maaf, mencari jalan aman agar y/n tidak membenci nya.

Mereka berdua memang pada awalnya canggung. Namun tidak butuh waktu lama sampai Diana membiasakan diri berada di dekat y/n. Bukti bahwa keduanya kini sudah merasa nyaman adalah mereka yang sedang membicarakan Kerajaan Engrasia. Tempat y/n dilahirkan dan di besarkan.

Julian tiba tiba datang dan menginterupsi pembicaraan antara kedua wanita itu. Memberikan informasi bahwa y/n baru saja menerima surat dari Engrasia.

Y/n tanpa basa basi menghentikan acara minum teh mereka. Dan Diana bisa memaklumi bahwa wanita didepan adalah orang yang cukup sibuk.

Setelah kepergian y/n yang diikuti oleh Julian. Diana memilih kembali ke istana Ruby. Tempat nya dan beberapa selir Claude yang lain nya tinggal.

.
.
.

"Silahkan temui keluarga mu. Tapi aku tidak bisa mendampingi mu." Suara dingin Claude terdengar. Tepat setelah y/n meminta izin kembali ke Engrasia karena kabar kematian ayahnya. Raja Kerajaan Engrasia.

Gladiolus || Claude x Reader [Suddenly, I Became a Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang