Bab 8. (B) Hari Pertama Kerja

671 928 9
                                    


Selasa, 26 Agustus 2014.

Pagi ini aku mulai kerja. Ini memang pertama kali aku menjejaki dunia kerja. Bismillahirrahmanirrahim, semoga semuanya lancar. Aamiin.
Personalianya langsung mengatakan bagian kerja masing-masing pada kami (karyawan baru) memang berbeda-beda. Nah, aku ditempatkan di bagian label. Emmm, maksudnya membuat label. Memang sebelum terjun ke lapangan, otak sederhanaku berpikir 'Ah cuma bagian label, paling cuma menempel-nempelkan cap ke produk/barang doang. Alhamdulillah segampang itu'. Seketika aku antusias dan jatuh cinta pada pekerjaan itu, padahal belum melihat kenyataannya apalagi mempraktikkan. Setelah diperlihatkan, eh ternyata tidak segampang dan tak seringan yang dibayangkan. Kenapa? Otot-ototku spontan lemas, begitu ditunjukkan properti-properti kerja dan orang-orang yang menggunakannya. Hatiku jadi ciut, padahal belum mengerjakannya. Bagaimana tidak ngeri, coba?

Di bayanganku labelnya berbentuk kertas karton, di atas tengahnya ada bolong kecil-tempat tali plastik atau benang untuk menghubungkan stiker ke produk/barang. Tapi, faktanya tidak demikian. Ini labelnya masih mentah. Namun, bahan sumbernya bukan dari kertas, melainkan dari cat berwarna-warni yang super kental, tentu itu tidak langsung diolah menjadi label. Karena cat tersebut masih mentah, maka harus dimatangkan dulu dengan oven. Jangan dibayangkan seperti oven kue, ya. Bayangkan saja jika dekat dengan benda itu, bagaikan berjemur di dekat tumpukan bara api di siang bolong pada musim kemarau. Terbayang seberapa besar dan panasnya alat pemasak cat itu?

Terus cat yang sudah dimasak tersebut dituangkan ke dalam mol (cetakan yang terbuat dari besi). Lalu itu harus dibawa ke line/ruang produksi, dan jarak antara ruang pemesinan cat dengan line produksi ini cukup jauh, lho ... terlebih mol itu bobotnya pun lumayan. Aku menjinjingnya acap kali jeda di tengah jalan, sebab panasnya membuat aku meringis. Walau di gagang ada penangkal panas, ah tetap saja masih terasa panas.

Aku heran dengan pegawai lain yang senior. Kok mereka begitu kuat, ya? Mungkin sudah terbiasa jadi kebal. Kemudian perkakas-perkakas untuk memproduksi labelnya itu persis seperti peranti kuli bangunan, menggunakan semacam tang dan sendok tembok begitu dan mengerjakannya harus sambil berdiri, tidak boleh duduk sebentar pun.

Pertama-tama, kami-pegawai pemula diajarkan oleh leader. Bagaimana cara membawa mol yang berisi cat panas ke area produksi dengan posisi tangan mesti benar, itu sudah dipraktikkan. Kedua, diajari cara membuat label berkualitas bagus, itu pun sudah dilakukan, memang tidak terlalu sulit. Ketiga, diajari bagaimana prosedur meng-oven dan menakar dahulu cat dengan alat takaran tertentu, lalu menuangkan cat berwarna-warni itu dalam satu wadah. Nah, segmen inilah yang membuat aku bingung. Sungguh berat banget melakukannya. Ini pekerjaan yang membutuhkan ketelatenan mumpuni. Begitu dikasih pengarahan beberapa kali oleh sang leader, maka kami langsung disuruh mempraktikkan, kegiatan ini dipantau oleh para senior. Satu orang satu oven dan satu pembimbing pula, jadi masing-masing.

Selama mengerjakan, senior tidak henti-hentinya bawel memberi tahu, harus beginilah-harus begitulah, jadinya konsentrasiku buyar. Ilmu yang tadi dicerna otakku jadi menguap entah ke mana. Alhasil banyak cat tercampur dan gosong meng-ovennya.

Hemmm, lantaran hasil pekerjaanku sangat jelek, tampak sekali ekspresi jengkel dari wajah senior itu. Dia lalu uring-uringan, dikatainya aku lemotlah, lembeklah, beberapa kali dikasih tahu tidak mengerti-mengerti.

Dalam batin pun berkata-Duh ... dimaklumin, kali . Ini kan baru permulaan. Sabar, kenapa? Kan setiap orang daya tanggapnya berbeda-beda. Ada yang cepat, agak cepat, dan lambat. Ah, lagian siapa suruh banyak bibir. Kasih pengarahan sih kasih pengarahan, tapi jangan bawel.

Di tahap itu bukan aku saja, lho yang gagal. Cuma ada dua orang yang berjalan mulus. Selebihnya seperti aku, hanya mereka beruntung dipandu oleh senior yang sabar. Lah, aku ....

Terus kami juga diperkenalkan dengan cairan-cairan kimia yang punya nama dari bahasa asing, yaitu biasa disebut 'M3 dan sylicol'. Nah, cairan itu gunanya untuk mencuci mol dan alat-alat kerja lainnya. Karena kalau dicuci dengan air biasa, tidak mampu memudarkan bekas cat. Cairan tersebut jika terkena kulit akan terasa perih dan menyebabkan iritasi serta luka yang serius pada kulit sensitif. Makanya setiap karyawan yang ditempatkan di bagian ini, tidak boleh ada yang punya riwayat kesehatan kulit sensitif atau alergi.

Baru setengah hari, teman yang lain banyak yang berguguran, lantaran tak kuat menerima kerjaan sekeras ini. Yang bertahan kira-kira sembilan orang termasuk aku. Aku benar-benar ingin mencobanya, mana tahu nanti dipindahkan ke bagian lain.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang