Bab 19. (B) Berkuda dan Memanah

382 498 0
                                    


Di Gelanggang Pacuan Kuda Kota Bandung—Pukul 09.09 WIB.

Kini aku bersama suamiku berada di gelanggang pacuan kuda. Ya, setelah kami dari tadi bermain lari-lari dan memetik mawar putih. Sampai akhirnya adegan romantis dan mesra itu terhenti, karena kami harus berangkat ke gelanggang pacuan kuda ini. Dan setelah tiba di sini, baru kutahu ternyata penunggang kuda itu syaratnya mesti berberat badan ideal, jangan terlalu kurus dan jangan terlalu gemuk pula. Penunggang kuda harus bisa menjaga keseimbangan dan harus mampu memimpin kuda ke mana pun melangkah, juga mesti pandai membuat kuda menurut pada jokinya atau pengendara kudanya. Tentu itu ada ilmunya, loh tidak bisa sembarangan. Dan Alhamdulillah, suamiku sudah berpengalaman dalam bidang ini. Kata temannya yang di sini, Tegar juga pernah memenangkan lomba kuda di tingkat nasional juara 1. Oh, tidak hanya itu, masih kata temannya tersebut bahwa suamiku juga pernah meraih juara 1 memanah sambil berkuda di tingkat nasional pula. Maa Syaa Allah ... sungguh aku juga baru tahu hal ini. Memang aku pernah melihat banyak piala, sertifikat, dan medali kejuaraannya dalam sebuah lemari di rumah kami, tapi yang aku lihat dari tulisan dalam piala, sertifikat, dan medalinya itu adalah juara umum di kejurda pencak silat tingkat provinsi pada masa beliau SMP kelas satu, piala juara 1 tilawah Alquran dan hafiz, serta juara umum olimpiade sains nasional jenjang SMP—cuma piala, sertifikat, dan medali tersebut yang terlihat di depan. Ah, pasti masih banyak jenis piala, sertifikat, dan medali lain di belakangnya dengan juara kategori yang berbeda-beda, terlebih Tegar juga banyak prestasi di bidang akademik dan di non akademik yang lainnya. Karena Tegar tak pernah bercerita tentang semua prestasinya padaku.

Aku bertanya, kenapa tidak pernah bercerita hal begitu? Tegar malah menjawab dengan kata-kata yang membuat hatiku berdesir. Sungguh aku merasa bangga dengan kerendahan hatinya. Baru kuketahui, bahwa suamiku juga seorang atlet berkuda nasional dan atlet memanah nasional juga.

Maa Syaa Allah ... rasanya kekagumanku padanya tidak pernah usai.

Aku tersenyum melihat suamiku yang sedang memanjakan kuda. Beliau lalu menolehku, “Cahaya Hatiku Sayang, daripada senyum-senyum mulu nggak ngapa-ngapain, lebih baik kasih makan kudanya ya ... nih gantian sama Kang Kuat.” Tegar mengasongkan wortel padaku.

“Ta-tapi, Kang. Geli, ih ...” Aku seraya bergidik.

“Eh ... jangan gitu, Sayang. Gak boleh geli, jangan takut. Gak bakalan digigit, kok. Tuh, liat deh pandangan kudanya ke kamu, itu teh tandanya pengen dimanjain sama kamu dan pengen akrab sama kamu.”

“Ah masa, sih. Akang mah sotoy da.”

“Eh, sok dicoba dulu geura, tah.” Tegar mengepalkan wortel besar itu ke tanganku.

“Ih, Akang mah, ih ... nggak, ah.” Aku menggeleng.

“Eh ... sini-sini.” Tangannya menggenggam erat tanganku bersama-sama mengepal wortel itu, lalu mengarahkan sayuran itu ke mulut kuda. Sontak tanganku terasa geli, saat wortel itu bergetar dikunyah kuda. Lantas pandanganku melengos seraya berkata, “Ih, Akang, ih geli ....”

“Itu kenapa begitu, Neng. Atuh da gak bakalan gigit kudanya juga,” ucap joki yang lain di sebelah kami, dia juga bersama istrinya.

“Iya, A. Maklum masih belajar, ya.” Suamiku lalu membenarkan pandanganku ke depan.

Pria itu menggeleng, kemudian berlalu bersama istrinya membawa kudanya jalan-jalan.

Meuni sampe segitunya geli teh. Sini, deh tangan kiri kamu.” Tegar meraih tangan kiriku, lalu meletakkannya di kepala kuda, hatiku tambah bergidik,

Sok elus-elus kepalanya, sebagaimana kamu mengelus kepalaku saat aku lagi makan. Diusap-usap dengan penuh kasih sayang sampai aku rasain kenyamanan dan kenikmatan luar biasa.” Telapak tangannya masih bertumpuk di tanganku mengelus-elus kepala hewan itu. Hemmm ... kalau begini, kegelian itu jadi hilang. Aku malah ikut nyaman. Aku pun jadi menikmati melakukan itu dan spontan aku mengusap sendiri kepala dan leher hewan itu serta memberi makannya tanpa bantuan tangan suamiku lagi.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang