Bab 18. (D) Menikah

396 502 0
                                    


Minggu, 31 Mei 2015-di Rumah Orang tuaku-di Desa Neglasari, Kecamatan Majalaya, Bandung-di Kamar Pengantin-Pukul 07.07 WIB.



Momen spesial yang penting dan bersejarah pun, kini telah tiba. Aku dan Tegar sebentar lagi akan segera meraih cita-cita yang wajib diraih oleh semua orang, yaitu pernikahan yang bukan cuma menyatukan dua sejoli yang berbeda dan keluarga yang berbeda, tetapi juga bisa membuat keluarga yang baru. Ya, aku menikah di usia 19 tahun sedangkan Tegar berusia 23 tahun. Resepsi pernikahan digelar dengan sederhana dan ini semuanya dibiayai oleh Tegar. Selama ini, semuanya sudah dipersiapkan dengan sistematis dan berjalan lancar tanpa ada kendala sedikit pun. Apalagi dibantu oleh Desi, WO (Wedding Organizer) pun sudah disiapkannya dengan cepat, gaun-gaun pengantin pun hasil rancangannya. Dan aku suka dengan hasil karya sahabatku itu, dia tahu betul kalau aku orangnya penuh dengan kesederhanaan. Maka, ia menyarankan gaun pengantin yang etnik tapi simpel dan elegan. Aku tentu senang, lalu bilang terima kasih dan memuji karyanya. Tapi, bukan hanya Desi. Aulia dan Fitriani pun ikut membantu mempersiapkan resepsi pernikahanku. Dan mereka begitu kompak serta menjalaninya dengan ikhlas dan ceria tanpa mengeluh lelah.


Kini parasku sudah dirias oleh seorang tata rias pengantin dan setelah itu aku disuapi makan oleh Mamah. Dan sungguh ini pertama kali wajahku di-makeover dengan anggun, sehingga aku pangling melihat diriku sendiri di cermin.


Ini bukan tipe aku, deh. Ya, kan aslinya aku gak pernah dandan sedikit pun dan satu kali pun gak pernah. Males banget rasanya kalau berdandan, apalagi make up-nya seberat ini. Ah, tapi ... kalau untuk saat ini nggak papa, deh. Kan ini udah jadi tradisi penganten. Nggak papa, ah sekali-sekali mah dandan gini, yang penting aku happy dan sah menjadi istrinya Kak Tegar. (Aku sambil tersenyum di depan cermin sambil menatap bayanganku).


"Ciye ... penganten baru. Senyum-senyum mulu nih, pasti lagi happy, kan," suara cempreng Desi disertai tawa centilnya.


Aku lalu membalikkan badan menghadap Desi, Fitriani, dan Aulia.


"Alhamdulillah, Maa Syaa Allah ..." Fitriani berdecak menatapku.


"Kenapa, Fit?" tanyaku sambil mengernyitkan dahi.


"Serius, Ri. Aku pangling lihat kamu. Baarakallaahu Fiiki, Ri. Cantik banget si Nuri, ya?" tanya Fitriani sambil menoleh Desi dan Aulia.


"Alhamdulillah, Maa Syaa Allah ... yes, cantik. Apalagi kalau lagi make gaun penganten rancangan aku gini. So, kamu glamour, Ri. Baarakallaahu Fiiki, Ri." Desi tersenyum sambil memegang gaun yang kukenakan.


"Alhamdulillah, Maa Syaa Allah ... ya, tapi si Nuri itu cantik bukan karena pengaruh dari gaun rancangan kamu ya, Des. Dia emang tadinya juga udah cantik natural tanpa makeup, apalagi sekarang nih, udah di-makeup penganten, jadi cantiknya paripurna, kan. Baarakallaahu Fiiki, Ri." Aulia sambil menatapku dengan tersenyum. Dan aku pun tersenyum sipu.


"Sebenernya yang bikin si Nuri cantik paripurna itu adalah Inner beauty atau kecantikan hatinya, Ya." Fitriani memujiku lagi. Aku pun tersanjung.


"Alhamdulillah, Maa Syaa Allah ... ah, rasanya gimana gitu kalau dipuji sama perempuan-perempuan yang lebih cantik teh. Wafiikum Baarakallah." Senyumku semakin lebar. Tapi, kulihat Desi cemberut.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang