Bab 4. (D) Ada apa dengan Tegar? (Selesai)

788 1K 25
                                    


Sepulang Sekolah Pukul 12.07 WIB-di RSUD Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

Kami bertiga bersepakat ke rumah sakit untuk menjenguk Tegar. Ternyata memang benar, Tegar dilarikan ke rumah sakit yang terdekat dengan SMAN Cahaya Asa Baleendah. Setelah bertanya ke resepsionis rumah sakit, kemudian kami menuju ke ruang yang sesuai dengan arahan resepsionis itu. Kemudian dari agak kejauhan, aku melihat seorang ibu yang sedang berbicara dengan seorang dokter. Lalu kami menghampiri mereka.

"Kami pasti selalu melakukan yang terbaik untuk semua pasien, Bu. Ibu terus berdoa saja,ya," ucap dokter menenangkan ibu itu. Ya, begitulah kalimat dokter yang tak sengaja kudengar, ketika baru saja sampai di dekat mereka.

"Assalamualaikum?" Salam kami. Lalu ibu dan dokter itu menjawab salam.

"Pah, gimana kondisi Kak Tegar, Pah?" tanya Aulia dengan tampak khawatir. Lalu menyalami tangan dokter itu dengan takzim.

Iya memanggil dokter itu "Pah", dan sun tangan sama dokter itu? Berarti dokter itu papahnya Iya, dong. Oh, ya. Aku inget, Iya kan pernah cerita waktu itu, bahwa papahnya seorang dokter yang bernama Imron. Berarti beliau adalah dokter spesialis penyakit dalam hematologi dan onkologi yang menangani penyakitnya Kak Tegar.

"Tegar kondisinya masih kritis, maka untuk sementara ini para pengunjung belum diperbolehkan membesuknya. Karena Tegar lagi dalam perawatan intensif dan pengawasan ketat dari para tenaga medis," jelas dokter.

"Terus apa yang terjadi, Pah? Kenapa kondisi Kak Tegar bisa separah itu?" tanya Aulia dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

"Tenang, Ya. Sabar." Desi mengusap pundak Aulia.

"Itu disebabkan karena jumlah trombosit, leukosit, dan hemoglobinnya drop, makanya dia kehilangan kesadaran setelah mengalami mimisan dan sesak napas. Biasanya dia tidak mengalami separah ini, walaupun jadwal medisnya terkadang telat dari waktu yang sudah ditetapkan. Mungkin penyebabnya karena Tegar terlalu kelelahan." Penjelasan dokter ini seketika membuat hatiku merasa nyeri lagi.

"Maaf, Dok. Saya mau melaporkan tentang kondisi pasien sekarang, dari tadi saya sudah memberikan obat penurun panas beserta obat anti alergi pada pasien, dan sekarang suhu tubuhnya sudah turun menjadi 38. Namun, itu masih tetap tinggi, Dok. Jadi, bagaimana, Dok? Apakah transfusi darahnya bisa dilakukan sekarang?" tanya seorang perawat pria yang muncul dari ruang ICU itu.

"Tidak apa-apa, berikan saja transfusi darahnya. Setidaknya suhu tubuh pasien tidak setinggi tadi. Jika kelamaan menunggu suhu tubuh pasien yang normal, maka riskan, karena takutnya pasien mengalami gagal jantung karena terlalu lama kekurangan banyak darah, maka lakukan saja sesuai prosedur, namun awasi kondisi pasien pasca transfusi darah untuk melihat apakah ada reaksi transfusi begitu, ya!" Instruksi dokter.

"Baik, Dok." Lalu perawat pria itu masuk lagi ke ruang ICU itu.

"Iya, kamu dan teman-temanmu bisa menemui Tegar besok atau lusa, ya. Entar Papah info kamu aja, kalau kondisi Tegar udah benar-benar membaik, ya. Kamu jangan khawatir, Papah akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk Tegar. Jangan pikirkan hal ini, kamu fokus belajar aja ya, Nak." Dokter itu tersenyum, anaknya pun mengangguk, "lalu untuk ibunya Tegar, tetap terus berdoa ya, Bu. In Syaa Allah, kondisi kesehatan Tegar bisa secepatnya membaik dan bisa dipindahkan ke ruang perawatan biasa. Ya, sudah, saya pamit melanjutkan tugas lagi." Dokter lalu kembali masuk ke ruang ICU itu.

Lalu kami duduk di kursi tunggu.

Ya Allah, Kak Tegar. Separah itukah penyakitmu, Kak? Ya Allah ... duh, ini kenapa ya hatiku kok rasanya sakit banget ketika mengetahui kondisinya yang memprihatinkan begitu? (Aku nyengir sambil memegang perut di bagian hatiku).

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang