Bab 7. (C) Rencana Masa Depan (Selesai)

687 942 13
                                    


Pukul 12.57 WIB-di kamar Fitriani.

Setelah pulang dari sekolah, kami berempat ke rumah Fitriani, rumahnya berada di kelurahan Manggahang, kecamatan Baleendah. Kebetulan hari ini dia lagi sendiri, sedangkan ibu beserta adik-adiknya sedang berlibur di rumah kakek-nenek di Buah Batu Bandung. Fitriani memang nasibnya seperti Tegar, sudah tidak punya ayah kandung karena telah wafat waktu gadis itu masih bayi, lalu ayah tirinya juga sudah meninggal pada saat dia masih SMP kelas 3.

Kami juga baru libur selepas pembagian kelulusan UN tadi. Kini tinggal menunggu hari wisuda yang akan dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2014 mendatang. Di kamar Fitriani, kamarnya memang tidak luas. Begitu pun rumah ini sangat sederhana. Lantainya tidak berkeramik melainkan beralas semen. Langit-langit juga banyak yang bolong, bahkan tidak ada jendela dan kaca. Pintu cuma dikunci kayu kecil persegi yang mengganjalnya. Kondisi demikian membuat aku bersyukur, merasa beruntung bahwa ternyata tempat tinggalku lebih bagus dari tempat tinggal Fitriani, walau dari garis perekonomiannya sejajar. Tetapi, ubin di rumahku berkeramik, kunci pintu menggunakan gembok.

Kata Fitriani, kalau lagi hujan acap kali dirinya sibuk menampung air dari atap dengan baskom. Meskipun begitu, keluarga Fitriani dapat hidup di rumah ini dengan layak dan selalu bersyukur, dia berkata cuma bocor kecil tidak menyebabkan banjir. Ya, hanya bocor kecil, kalau saja Fitriani sendiri tidak turun tangan memperbaiki gentengnya, pasti bocor besar dan menimbulkan banjir. Di kamarnya ini kami duduk di atas hamparan kasur lantai dan di pinggirnya ada bantal dan selimut yang terlipat rapi.

Oh, ya. Kami di sini bermaksud untuk mendiskusikan soal perencanaan perayaan kelulusan, dan kami bersepakat untuk menghibur pasien-pasien di rumah sakit, sebagaimana kegiatan tersebut juga sudah dilakukan oleh Tegar dan teman-temannya. Kami rencananya akan melaksanakan kegiatan tersebut besok. Juga lusanya Aulia akan menggelar acara syukuran yang mengundang ustaz dan anak-anak yatim piatu dan duafa ke rumahnya, hal itu dilakukan, karena itu sebagai wujud rasa syukurnya, karena dia sudah menjadi peraih nilai UN tertinggi di jurusan IPS. Dari tadi kami sudah selesai mendiskusikan soal itu dan barusan kami sudah melaksanakan salat zuhur. Kini pembicaraan kami berlanjut ke hal yang lain.

Desi membuka tema pembicaraan baru. "Eh, BTW, kita kan udah lulus SMA, nih. Terus kalian mau lanjutin kuliah atau kerja? Kalau aku nih, yes. Aku mau kuliah di UPI Bandung ngambil jurusan pendidikan tata busana, yes ... sesuai dengan passion-kulah. Papahku juga pernah kuliah di sana. Kalau aku mah udah daftar kemarin, dan sekarang aku lagi nunggu info jadwal tesnya. Kan aku mah ngambil jalur seleksi mandiri PTN yang emang harus melewati tes dan lain-lain dulu, gitu." Desi lalu bersandar di lipatan selimut dan bantal.

"Kalau aku sekarang lagi nunggu pengumuman kelulusan SNMPTN, katanya pengumumannya nanti tanggal 27 Mei." Aulia sambil meletakkan bantal di pangkuannya.

"Oh, ya. Waktu tahun kemarin mah, siswa dan siswi yang cerdas itu dapet beasiswa buat kuliah ke luar negeri, ya. Tahun kemarin kan Kak Tegar yang dapet beasiswa buat kuliah ke Turki, tuh. Tapi, sayangnya dia gak ngambil. Terus kamu, apa dapet beasiswa buat kuliah ke luar negeri juga, Ya?" tanya Fitriani.

"Aku juga dapet, sih. Cuma aku gak ngambil. Ya, alasannya sama kayak alasannya Kak Tegar. Karena gak mau jauh dari orang tua. Gitu aja, sih," jawab Aulia. Lalu dia minum air yang disuguhkan Fitriani. Desi dan Fitriani pun menikmati makan camilan dan minumannya.

Kalau ngomongin Kak Tegar, kok aku jadi inget dia, ya. Apalagi semalam aku mimpiin dia. Jadi, berasa ketemu dia di alam mimpi, walaupun sebenernya kita udah cukup lama gak ketemu di dunia nyata. Sekarang gimana kabar dia, ya?

Tiba-tiba Fitriani menepuk pundakku."Woi, Ri! Kok malah bengong, sih. Kamu makan camilannya, dong. Ayo! Jangan malu-malu, sok ambil! Ini rengginangnya enak lho ... gurih dan renyah." Fitriani mengasongkan stoples yang isinya kerupuk rengginang. Aku pun mengambilnya, lalu memakannya.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang