Bab 2. (A) Hari Kedua di Sekolah

1K 1.2K 73
                                    

Bandung, Selasa, 8 Januari 2013-pukul 06.17 WIB.

Pagi ini sebelum berangkat sekolah, aku sarapan dulu bersama Bibi-tante. Menu makanan pagi ini nasi goreng.

"Neng, kumaha sakola teh?" tanya Bibi sambil menuangkan nasi goreng ke piringnya.

"Kumaha naonna?" tanyaku sembari mengambil kerupuk.

"Kesanna kumaha? Kan kamu mah orangnya pemalu, gak gampang beradaptasi di lingkungan baru dan orang-orang baru."

Aku pun tersenyum mendengar perkataan Bibi tersebut. "Ya, emang gitu. Tapi, beruntungnya Neneng, Neneng bisa langsung dapetin tiga temen sekaligus lho, Bi. Bahkan mereka duluan yang ngajak Neneng bersahabat sama mereka."

"Oh, kitu. Tapi, kamu jangan salah milih sahabat."

"Neneng rasa gak salah pilih sahabat, ya. Mereka pada baik, ramah. Terus yang membanggakannya lagi, Neneng punya sahabat anak seorang dokter lho, Bi. Dia itu pinter, terus gak ragu, lagi buat bersahabat sama Neneng yang biasa-biasa aja."

"Oh ... bagus ari kitu mah. Bibi seneng atuh."

Setelah sarapan, aku langsung pamit pada Bibi. Aku berangkat ke sekolah naik angkot, karena jarak sekolahnya dekat dengan rumah Bibi.

*******

Di Kelas XI IPS-4-pukul 07.17 WIB.

Proses belajar mengajar pun berlangsung. Sekarang jadwal pelajaran sosiologi.

"Baik, Anak-anak. Di bab yang akan kita bahas sekarang adalah tentang 'Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural'." Pak guru menuliskan tema tersebut di papan tulis, "nah, kita bedah dulu definisinya satu per satu, ya. Mulai dari kelompok sosial, nah kelompok sosial adalah himpunan kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan timbal balik di antara mereka. Sedangkan masyarakat, nah istilah masyarakat ini pasti kalian sudah sering mendengarnya, bukan? Dan pasti sudah pada paham betul semuanya, kan? Nah, coba. Hemmm, Desi. Apa definisi masyarakat?"

Desi pun terperangah, tampaknya dia benar-benar tidak siap ditanya guru secara tiba-tiba. "Emmm, masyarakat ya, Pak. Emmm, masyarakat adalah ... orang banyak, Pak," jawab Desi dengan agak ragu dan mendadak berpikir agak lama. Seketika itu tawa teman-teman pun menyahutnya, "ih, kenapa sih ngetawain aku? Emangnya aku udah ngelawak, apa." Desi lalu cemberut.

"Nyai Lambe ... Nyai Lambe. Giliran debat aja, dialogmu berjuta-juta kata," ledek Ito disertai tawa. Tapi, tumben Desi tidak menggubrisnya.

"Orang banyak. Ya, betul, sih. Tapi, jawabanmu itu masih kurang pas. Kan pertanyaannya harus menjelaskan definisi dari kata masyarakat. Definisi itu adalah kalimat yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari suatu hal. Sedangkan jawabanmu itu terlalu singkat dan tidak didukung oleh penjelasan lain. Nah, coba terangkan, Fitri! Apa definisi masyarakat?" tanya pak guru lagi.

Orang di sebelah Desi itu pun menjawab dengan spontan, "Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam satu kesatuan, dan mereka berinteraksi dalam sistem adat istiadat dalam berbagai tempat," jelas Fitriani dengan lancar.

"Nah, yang tepat begitu, ya. Jadi, keterlaluan, masa siswa-siswi IPS tidak tahu definisi masyarakat, atuh ngerakeun, ya. Padahal istilah masyarakat itu sudah tidak asing dalam kehidupan kita, bahkan kita juga bagian dari masyarakat itu sendiri dan dari sekolah dasar malah kita sudah akrab banget dengan istilah masyarakat, kata yang biasa didengar lho itu, tapi ada saja yang tidak betul-betul paham, ya." Pak guru menggeleng, "baik, kita lanjut lagi. Sekarang membedah kata multikultural. Jadi, apa itu multikultural? Kalian pasti juga sering mendengar istilah multikultural itu, bukan? Jika ada yang belum tahu, apa sih multikultural itu? Nah, Secara harfiah, multikultural itu berasal dari kata multi dan culturalism. Multi yang berarti lebih dari satu atau banyak atau beraneka ragam, sedangkan culturalism adalah kebudayaan atau adat. Jadi, kalau diartikan secara rinci, kelompok sosial dalam masyarakat multikultural adalah suatu kelompok sosial atau masyarakat yang hidup di suatu tempat dengan beberapa kebudayaan dan kebudayaannya ini berbeda dan beragam, begitu. Nah, jika kebudayaannya sama dan mereka juga sama, maka itu namanya bukan multikultural, ya sampai di sini paham, ya. Nah, kelompok sosial dalam masyarakat multikultural ini juga biasanya menganut paham multikulturalisme artinya suatu anggapan bahwa setiap kebudayaan ini punya kedudukan yang sederajat dan keunggulannya tersendiri. Jadi, kalau masyarakat yang paham multikulturalisme mah walaupun mereka bermacam-macam golongan, suku, etnis, ras, dan agamanya, tapi mereka tetap mengapresiasi dan menganggap bahwa kebudayaan di suatu daerah itu selaras dan mempunyai keunikan masing-masing, begitu. Jadi, mereka tidak merasa bahwa kebudayaan di daerahnya yang paling hebat, tidak begitu ya. Tapi, kelompok masyarakat multikulturalisme itu justru malah bisa hidup harmonis dan penuh toleransi dengan orang-orang di berbagai wilayah, meski terdapat perbedaan-perbedaan tersebut di antara mereka. Baik, sekarang coba kita cari lagi definisinya menurut para ahli." Terus guru menghapus tulisan 'Kelompok Sosial Dalam Masyarakat Multikultural serta multi dan culturalism' itu di bor, lalu beralih ke laptopnya. "Karena pembahasannya masih sangat panjang, jadi Bapak mau mempresentasikannya dengan media digital, supaya tidak membuang-buang waktu dan biar tidak repot menulis lagi." Lalu pak guru menyalakan laptop, karena di dalam laptop itulah tersimpan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada para siswa. Materi pelajaran tersebut yang sudah dibuat powerpoint per tatap muka sesuai RPP tinggal ditampilkan ke layar lewat LCD (liquid cristal display) ke hadapan siswa.

Setelah pelajaran pertama usai, lalu dilanjutkan dengan pelajaran kedua, yaitu pelajaran matematika.

*******

*Semoga temen-temen gak bosen, ya disuguhi bacaan soal pelajaran lagi. Karena ini kulakukan, supaya "kisah anak sekolahannya" itu terasa natural dan relate dengan kehidupan nyata di sekolah yang sesungguhnya, gitu. Jadi, adegan di sekolah itu harusnya gak tentang percintaan remaja SMA melulu. Tapi, harus ditonjolkan "hal-hal atau adegan-adegan pendidikannya" juga. Jadi, kisah remaja SMA itu jangan dijadikan "tempelan" aja, tapi buktikan bahwa remaja SMA ini beneran "belajar", bukan "pacaran/saling jatuh cinta" aja.*

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang