Bab 5. (B) Darah untuk Tegar

790 1K 17
                                    


Di RSUD Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung-Pukul 08.37 WIB.

Karena Aulia sudah memberitahu aku di ruang mana Tegar dirawat, maka aku dan Bibi langsung menuju ke ruang tersebut. Tegar ternyata masih belum pindah dari ruang ICU. Berarti kondisinya masih sangat parah.

Dari agak kejauhan kelihatan Aulia, Fitriani, dan ibunya Tegar sedang duduk di ruang tunggu ICU. Aulia pun spontan melihatku, lalu dia malah melangkah ke arahku, begitu kami lagi berjalan mau mendekati posisinya tadi, tiba-tiba Aulia memelukku sambil menangis. Aku bingung, kenapa Aulia begini? Spontan aku menatap Bibi. Bibi pun kelihatannya heran dengan sikap Aulia ini. Lalu aku bertanya, "Iya kenapa? Kondisinya Kak Tegar sekarang gimana?" tanyaku sambil masih dipeluknya.

"Kak Tegar masih kritis, Ri. Tapi, setelah aku pikir-pikir, ternyata penyebab musibah yang sekarang menimpanya itu gara-gara aku, Ri."

"Hah, gara-gara kamu gimana sih maksudnya? Aku bingung, deh. Ya, udah kamu tenang dulu, ya. Mungkin karena kamu syok, jadi ngomong gak jelas gitu. Udah, kita duduk dulu, yuk!" Lalu kami melangkah ke kursi tunggu itu dan aku menggandeng tangan Aulia yang tampaknya syok dan kalut.

Setelah kami duduk di kursi tunggu itu. "Kenapa, Ya?" tanyaku sambil menatapnya serius.

"Kak Tegar kena musibah gitu gara-gara Gino dan gengnya. Ya, soalnya kenapa mereka berani ngelakuin itu? Karena Gino cemburu dan patah hati gara-gara cintanya ditolak terus sama aku, sehingga dia selalu menzalimi dan mencelakai satu-satunya cowok yang selalu akrab sama aku. Kamu tahu kan satu cowok yang selalu akrab sama aku itu siapa? Ya, Kak Tegar, gak ada lagi cowok yang lain." Aulia terisak, aku pun mengusap bahunya untuk menenangkan. Sedangkan Bibi terlihat mengobrol dengan ibunya Tegar di bangku satunya lagi, posisinya di samping-agak jauh dari posisi aku, Aulia, dan Fitriani. Sementara Desi masih belum datang.

"Ini bukan salah kamu, Ya. Tapi, kejadian yang menimpa dirinya kemarin itu sesungguhnya jatah ujian dari Allah untuknya. Kemarin itu emang udah waktunya dia menerima ujian itu. Kan setiap manusia itu masing-masing punya jadwal untuk mendapatkan jatah ujiannya dari Allah. Kita tidak bisa menghindarinya, namun sungguh Maha bijaksananya Allah, Dia juga menganugerahkan kesaktian pada hamba-hamba-Nya untuk menghadapi setiap ujian, sehingga ujiannya bisa terselesaikan dengan baik," jawabku. Padahal sebelumnya aku tidak pernah bisa berbicara selancar dan sebanyak itu jika berpendapat.

"Iya, aku tahu itu, Ri. Tapi, segala sesuatu yang terjadi di bumi ini karena adanya sebab dan akibat yang pada awalnya disebabkan oleh makhluk-makhluk bumi itu sendiri. Ya, memang itu hakikatnya qadarullah," Aulia dengan nada sendu.

"Bener apa yang Nuri bilang itu, Ya. Menurut aku juga, tidak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Lagi pula dalam agama kita, bahkan dalam agama mana pun itu kita tidak dianjurkan menyalahkan diri sendiri ketika datang masalah atau musibah. Yang ada kita dianjurkan untuk muhasabah diri, apabila dia merasa bersalah ataupun orang-orang menganggap dia bersalah, maka muhasabah diri itu lebih baik daripada menyalahkan diri sendiri itu tidak ada hasilnya, melainkan bisa menimbulkan rasa putus asa yang merugikan dan dosa," pendapat Fitriani yang membuat hatiku tersentuh.

"Keluarga pasien Muhammad Tegar Khoiron Zamzami!" panggil seorang dokter di lawang pintu ICU.

"Saya ibunya, Pak Dokter. Bagaimana dengan kondisi anak saya?" tanya Ibu Nenden dengan ekspresi khawatir.

"Pasien kritis, karena mengalami luka luar dan luka dalam yang parah. Hb-nya turun mendadak sampai di bawah 7, oleh sebab itu dia ditransfusi darah 3 kantong, namun masih kurang 1 kantong darah lagi. Karena golongan darahnya langka, dan berhubung di bank darah rumah sakit ini cuma ada sedikit stok darah yang resus negatif, dan itu pun kebanyakan didapat dari komunitas relawan bergolongan darah resus negatif. Namun, saat ini komunitas tersebut juga kehabisan stok darah, karena sudah didonorkan kepada para pasien yang lain. Di PMI juga darah yang resus negatif jarang ada. Maka, sangat dibutuhkan pendonor pengganti yang bergolongan darah B rhesus negatif maupun O rhesus negatif, begitu. Bagaimana ya, Bu?" tanya dokter pria itu, tapi dokter itu bukan papahnya Aulia.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang