Bab 10. (A) Gaji Pertama dan Terakhir Darinya

630 904 8
                                    


Sudah satu minggu lebih, aku kerja di rumahnya Tegar, namun bukannya kerja sebagai buruh tani, tapi malah kerja sebagai pramurukti/perawat lansia. Padahal pada awalnya, Ibu Nenden menyuruh aku buat menjaga Nenek Asih hanya untuk sementara, cuma hari itu saja. Namun, memang Nenek Asihnya sendiri yang ingin aku merawatnya, katanya kalau dirawat oleh aku, beliau lebih merasa nyaman dan tenang. Padahal Ibu Nenden dan Tegar sendiri sanggup merawatnya. Ibu Nenden pun terpaksa menyuruh aku lagi untuk merawat mertuanya, meski beliau merasa tidak enak hati karena telah merepotkan aku.

Itu dilakukan demi kebahagiaan mertuanya, serta tentu tidak ingin membuatnya sedih dan kecewa. Namun, yang mengherankan itu, Ibu Nenden pikir, Nenek Asih tidak hanya merasa nyaman dan tenang, tetapi juga bahagia ketika berada di dekatku, sungguh ini sulit dipercaya, bagaimana mungkin aku bisa seistimewa itu bagi Nenek Asih? Padahal aku merasa biasa-biasa saja.

Aku tentu juga merasa iba dan tidak enak hati jika tidak memenuhi permintaan Nenek Asih tersebut, maka merawat beliau selama satu minggu lebih, karena aku keburu menerima panggilan kerja dari pabrik-semenjak itu merasa dilema. Di satu sisi, merasa berat hati meninggalkan neneknya Tegar itu, karena sejujurnya aku sudah merasa sayang pada beliau. Terus di sisi lain, tidak ingin menyia-nyiakan pekerjaan di pabrik, karena dari sejak SMA sudah mendambakan kerja di pabrik itu. Kemudian memutuskan untuk bekerja di pabrik, tapi meski begitu aku masih bisa menemui Nenek Asih di setiap kali libur kerja.

Di hari itu juga, aku dikasih upah oleh Tegar, walaupun sebenarnya aku tidak mau menerima upah itu, karena aku merawat Nenek Asih itu ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Namun, Tegar terus membujuk, supaya aku menerima pemberiannya.

Kemudian dia berkata, "Menerima pemberian dari orang lain itu sangat dianjurkan dalam Islam. Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wa Sallam bersabda, barangsiapa yang Allah datangkan kepadanya sesuatu dari harta ini, tanpa dia memintanya, maka hendaklah dia menerimanya, karena sesungguhnya itu adalah rezeki yang Allah kirimkan kepadanya. (Shahih At Targhib)."

Tegar sambil terus mengasongkan amplop yang berisi uang itu. Aku pun kagum mendengar penuturannya tersebut, sehingga dengan refleks aku menerima pemberiannya itu.
Begitu amplop itu dibuka, aku sontak merasa heran, karena tidak menyangka akan dikasih upah sebesar itu, sehingga aku bertanya sambil memegang beberapa uang yang berasal dari dalam amplop itu. "Apakah Kak Tegar gak salah ngasih aku gaji sebesar ini? Tapi, menurut aku, ini terlalu besar deh, Kak. Aku kan cuma ...."

"Nur ... itu adalah hasil jerih payahmu. Kan kamu di sini kerja. Ya, walaupun pekerjaanmu itu malah gak sesuai dengan perjanjian kita dari awal. Tapi, meski begitu tetap aja, aku harus membayar gajimu, karena kamu telah berjasa merawat Ma Nini dengan telaten. Terus, kamu tahu kan bahwa aku tipikal orang yang sungkan menerima jasa dari orang lain kalau aku tidak memberi imbalan, bahkan dari keluarga sendiri pun begitu, Nur. Jadi, tolong itu diterima, ya. Karena aku gak mau berdosa dan dimusuhi oleh Allah, karena tidak membayar hak kamu yang telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Jadi, sekali lagi tolong diterima dan tolong mengerti maksudku, ya."

"Oke, aku akan terima ini. Asalkan jumlahnya gak sebesar ini, ya. Aku sungkan kalau begini, karena menurut aku ini tidak seimbang dengan apa yang udah aku kerjakan selama ini."

Tegar pun tersenyum begitu mendengar perkataanku tersebut. "Nur, kalau menurut kamu, itu jumlahnya besar, maka anggaplah itu sebagian pahala yang udah Allah berikan padamu. Ya, itu baru sebagian pahala dari Allah, karena bisa jadi Allah akan membalas sepenuhnya yang lebih baik dan lebih banyak daripada yang aku berikan itu. Namun, aku yakin, pahala tersebut niscaya akan segera kamu dapatkan, karena kamu udah ikhlas dan sabar merawat Ma Nini dengan baik, dan belum tentu orang lain mampu dan mau ikhlas melakukan seperti yang kamu lakukan itu."

Semenjak itu, aku menerima pemberiannya tersebut dengan sepenuhnya dan dengan senang hati.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang