Bab 18. (C) Badai Pasti Berlalu

381 501 0
                                    


Pukul 10.11 WIB.


Setelah aku selesai sarapan dan minum obat tadi, sekarang aku sedang duduk santai di bangsal dengan ditemani oleh Mamah yang duduk di samping bangsalku.


"Bapak ke mana, Mah? Kok pergi lagi? Baru juga nyampe ke sini bawa makanan," kataku dengan suara lemas.


"Bapak ada urusan sebentar. Oh, ya. Bibimu-Bi Neulis akan besuk kamu sekarang. Dia katanya lagi dalam perjalanan menuju ke sini. Kalau keluarga yang lainnya akan besuk nanti sore."


"Oh, gitu. Emangnya bapak ada urusan apa, Mah?"


"Mamah tidak dikasih tahu. Katanya ada urusan penting."


Setelah itu aku cemberut sambil melamun, sehingga Mamah berkata, "Mamah tahu, Neneng lagi memikirkan si Ujang Tegar itu, kan. Padahal sebenarnya Mamah sudah merestui hubungan kalian, cuma ya bapak yang tetap tidak merestui dan Mamah tidak bisa apa-apa, Neng. Karena Mamah selalu menuruti keinginan bapakmu. Dan perlakuan buruk bapak ke kamu yang kemarin itu adalah keputusan bapak sendiri bukan keputusan Mamah. Sebenarnya Mamah ingin terus mempertahankan kamu di rumah kita dan membiarkan kamu selalu bertemu dengan pujaan hatimu itu, tapi Mamah tidak bisa berbuat apa-apa, Neng. Dan Mamah tidak mau melawan bapakmu. Maafkan Mamah, Neng?" Mamah dengan nada lirih.


"Mamah mah da gitu gak punya pendirian dan Mamah selalu aja menuruti pendirian bapak. Padahal kalau Mamah punya pendirian sendiri mah, seharusnya Mamah teh teguh pada pendirian Mamah sendiri, harus mempertahankan apa yang menurut Mamah bahwa hal itu yang baik. Dan mempertahankan pendirian dengan tegas pada suami itu, bukan berarti Mamah membangkang suami, bukan berarti Mamah membangkang bapak atau pun bukan egois. Tapi, Mamah mah selalu diem dan selalu mengalah sama bapak. Dan Mamah malah meragukan kemampuan Neneng untuk membina rumah tangga." Aku lalu cemberut.


"Maafkan Mamah, Neng. Ini karena Mamah terlalu sayang padamu, Neng. Sehingga tidak sadar bahwa kamu sudah dewasa, sudah mampu membina rumah tangga dan bisa mengatasi pelbagai permasalahannya. Dan Mamah sudah menyadari bahwa kamu ...," Mamah belum selesai berbicara, karena Bapak dan Bibi keburu datang secara bersamaan, mereka pun langsung mengucapkan salam dan kami pun menjawab salamnya. Lalu Bibi pun berbasi-basi padaku.


"... oh, heu'euh. Bibi ada kejutan loh ... buat kamu. Dan bapakmu juga punya kejutan buat kamu. Ya kan, A?" tanya Bibi pada Bapak. Aku pun mengernyitkan dahi, karena tidak paham maksudnya kejutan apa? Lalu Bapak membuka pintu ruang ini, lalu mengelukan kepalanya keluar. Dan 3 detik kemudian, muncullah sekelompok orang, mereka dengan kompak mengucapkan salam, lalu kami pun menjawab salamnya.


Sontak mataku membelalak, mulutku pun ternganga. Aku sungguh tak menyangka hal ini akan terjadi, ini benar-benar sulit dipercaya.


Maa Syaa Allah ... Kak Tegar, Ibu Nenden, Iya , Fit, Desi, kalian ke sini. Ya Allah, apakah aku sekarang sedang bermimpi? Serius! Ini teh beneran nyata bukan mimpi? (Aku masih terpaku melihat mereka).


Cukup lama aku terdiam. Entah kenapa, aku jadi merasa kaku berhadapan dengan mereka secara mendadak begini. Mungkin karena aku masih terkejut dengan kedatangan mereka, karena memang itu namanya kejutan. Tapi, di satu sisi, aku juga masih bingung, bagaimana mungkin Bapak bisa membiarkan Tegar menemuiku? Masa iya Bapak tiba-tiba mau menerima Tegar? Aku heran dan masih belum percaya.

Cahaya untuk Tegar (SEASON 2) - TAMAT ✔️ | BELUM TERBIT.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang