29.SEBUAH PENERIMAAN

5 2 0
                                    

Good Morning ....

Tania bangun dengan wajah yang berseri-seri menyapa bik Ijah dan pak Ujang yang sedang sibuk masak di pantry.

"Pagi, Non cantik ... sudah bangun, Non. Mau sarapan sekarang? Biar bibik siapkan di meja makan," tanya Bik Ijah dengan penuh kasih.

"Wow! Tania masih nggak percaya loh, Bik kalau kalian berdua bisa sampai kesini!" seru Tania dengan ekspresi wajah yang tak kalah bahagia.

"Iya, Non. Kami juga kaget sekali waktu bapak bilang kalau Bibik dan Pak Ujang juga ikut ke London bertemu Non Tania. Bibik kira bapak becanda, eh ... nggak tahunya beneran. Ya kan, Pak?" ucap Bik Ijah sambil bertanya pada pak Ujang yang juga sibuk membuat kopi.

"Betul, Non. Pak Ujang saja sampai bingung kok bapak ngajakin kita, seneng banget Pak Ujang, Non. Akhirnya Bapak bisa pergi ke luar Negeri, Alhamdulillah sekali ...." ucap syukur Pak Ujang menutup perbincangan mereka bertiga.

Kini Tania, Bik Ijah dan Pak Ujang sarapan bersama setelah Tania memaksa mereka untuk menemaninya sarapan. Setelah selesai, papa Tania juga tante Sarah menjemputnya untuk pergi menikmati kota London. Tania menyetujui permintaan papa-nya itu, lagipula ada bik Ijah dan pak Ujang yang wajib ia buat happy selama ada di London. Tania memberi tahu semua karyawannya bahwa hari itu dirinya tidak masuk butik, dan butik bisa tutup jam tiga sore.

Kali ini Tania mengajak semua untuk pergi ke Camden Town. Camden Town merupakan suatu wilayah di London yang sangat menarik untuk dikunjungi. Camden Town sangat menarik untuk tempat belanja bagi para wisatawan yang berlibur ke London. Di tempat ini kita bisa menemukan berbagai macam aksesoris, furnitur, poster, musik vinyl, dan lainnya. Selain itu, para pengunjung bisa menemukan berbagai macam makanan murah. Setelah itu mereka mengunjungi Tower Bridge, atau Jembatan Menara adalah suatu jembatan yang membentang di atas Sungai Thames di London. Jembatan ini dinamakan Tower Bridge karena lokasinya yang berdekatan dengan London Tower. Jembatan yang indah ini terdiri dari dua bangunan menara yang terhubung oleh dua koridor untuk para pejalan kaki.

***

Seharian penuh Tania dan semua keluarganya pergi berlibur menikmati keindahan kota London yang memiliki keistimewaan masing masing. Bik Ijah dan pak Ujang sampai geleng geleng kepala setiap melihat keindahan tempat yang mereka kunjungi. Dan perjalanan mereka berakhir di coffee shop tempat Marco. Tania sengaja mengajak semua ke untuk bertemu dengan Marco, Tania sendiri sudah merindukan sahabatnya itu yang sudah dua bulan lebih tidak bertemu dirinya. Dan saat mendapati Marco sudah kembali dari Vienna, Tania mengatakan jika ingin bertemu bersama keluarganya.

Tak beberapa lama kemudian Marco datang ke meja mereka, Tania memeluk Marco, setelah itu memperkenalkan Marco kesemuanya. Marco begitu sangat hangat menyambut keluarga Tania termasuk kedua pembantu Tania. Tidak ada rasa pembeda bagi Marco bisa dekat dengan kedua orang yang berarti juga dalam hidup Tania selama ini.

"Jadi ... sebenarnya Om dan Tante hanya ingin menyampaikan rasa terimakasih kami sama kamu karena sudah banyak membantu Tania selama di London. Om dan Tante merasa senang juga lega bahwa Tania memiliki teman seperti kamu, Marco." ucap Herman, Papa Tania yang mulai membuka obrolan.

"Tidak perlu berterima kasih, Om, Tante. Saya sudah anggap Tania seperti keluarga saya sendiri. Kami memiliki hubungan baik yang tentunya akan kami jaga selamanya," balas Marco kepada Papa dan Mama sambung Tania.

"Tante selalu kepikiran Tania, bagaimanapun Tania disini sendiri. Biasanya kami selalu bisa melihat Tania, tapi sejak Tania pergi ... kami merasa kehilangan." Timpal Sarah dengan manik yang berkaca-kaca.

"Tante tenang saja, saya disini selalu bersama Tania. Saya juga akan berusaha untuk menjaga Tania. Iya kan, Tan?" tanya Marco meminta pengakuan.

"Iya, Pa. Tante juga nggak perlu khawatir, aku akan selalu baik-baik saja selama ada Marco dan Viera bersamaku. Tanpa mereka aku bukanlah apa-apa dan siapa-siapa disini," terang Tania sembari melempar senyum kepada Marco.

"Viera? Siapa itu?" tanya Mama Sarah penasaran.

"Viera itu calon istrinya Marco ini. Dan baru kemarin aja di lamar di Vienna," cetus Tania menjelaskan pada mama tirinya itu.

"Oh ... selamat ya, Marco. Tante pikir kamu ini masih single, jadi Tante pikir kenapa kalian tidak pacaran saja. Ternyata Marco sudah ada yang punya, maaf loh, Marco. Tante nggak tahu!" Sarah merasa sungkan atas pemikirannya sendiri kepada kedekatan Marco dan Tania.

"Ah, nggak apa-apa, Tan. Sebenarnya kalau saya bertemu Tania lebih dulu, mungkin saya sudah berpacaran sama dia. Dan mungkin ... sekarang sudah menikah. Bukan begitu, Tan?" Goda Marco sambil tersenyum.

"Ye ... mulai deh!" jawab Tania sewot. Ia memanyunkan bibirnya. Semua disana ikut tertawa melihat ekspresi Tania.

***

Hari ini Tania pergi ke butik, mengecek dari satu butik ke butik yang lain. Papa, Sarah dan juga bik Ijah serta pak Ujang ikut turut serta. Melihat hasil kerja Tania tanpa bantuan darinya satu pun membuat Herman bangga keadaan Tania. Tante Sarah juga sangat menyukai hasil karya putri tirinya itu, bahkan sampai terpukau. Bik Ijah dan pak Ujang malah tidak lelah menggeleng-gelengkan kepala melihat semua karya Tania.

"Amazing Tania! Kamu beneran anak Papa yang luar biasa. Kamu hebat, Nak! Papa bangga sama kamu!"ucap Herman sambil menepuk pundak Tania, lalu memeluk haru sang putri kecilnya itu yang kini sudah tidak sekecil yang ia pikirkan. Tania membalas pelukan sang papa dengan penuh kasih sayang.

"Terimakasih, Pa. Ini semua juga karena doa Papa dan semuanya. Kalau saja Papa tidak mengizinkan Tania pergi, mungkin Tania tidak akan bisa ada diposisi seperti sekarang!"

"Tante bangga sama kamu, Tania. Terus berkarir ya, sayang ... Tante selalu dukung kamu! Jika kamu butuh bantuan kami, jangan sungkan untuk bicara. Oke?" ucap Sarah yang juga tidak bisa menahan rasa bahagia juga bangga atas pencapaian anak tirinya itu.

"Makasih ya, Tan. Maaf selama ini Tania masih belum bisa terima Tante untuk jadi mama Tania. Seperti yang selalu Tania bilang, Tania cuma punya satu mama. Tapi sekarang ... Tania tahu jika Tante Sarah benar-benar sayang sama Tania. Untuk itu Tania akan berusaha untuk belajar menerima Tante juga Risa. Tapi aku butuh waktu, nggak apa-apa, kan?" terang Tania dengan penuh keyakinan. Ia mulai sadar jika selama ini ia yang menutup pintu hatinya untuk melihat sisi baik dari Sarah juga Risa. Dengan haru dan perasaan masih tidak percaya atas apa yang ia dengar, Sarah membalas pernyataan Tania.

"Tania ... Tante senang sekali mendengar ucapan kamu. Tante sayang sama kamu dari dulu, Tante nggak apa-apa kalau kamu belum mau panggil Tante dengan sebutan 'Mama'. Tante tahu sekali perasaan kamu. Mendengar ucapan kamu barusan itu susah buat Tante bahagia dan lega."

Mama Sarah memeluk Tania erat sembari menangis terharu, semua orang ikut terharu. Terlebih Papa Tania. Herman tidak menduga jika Tania yang selama ini membenci Sarah juga Risa akhirnya bisa mengatakan hal seperti itu.

"Akhirnya kamu sudah dewasa ya, Nak. Putri kecilnya Papa sudah besar! Terimakasih sayang, terimakasih." Herman ikut terharu.

"Iya, Pa. Tania sadar, nggak selamanya Tania membenci Tante Sarah juga Risa. Semua sudah takdir Tuhan. Tania tidak ingin membuat Papa bersedih. Tania minta maaf ya, Pa?" ucap Tania penuh penyesalan.

Suasana berganti menjadi haru. Bik Ijah dan pak Ujang sampai menangis sesenggukan. Mereka bangga melihat Tania yang sekarang sudah berpikir dewasa.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang