41.OPERASI

4 1 0
                                    

"Selamat pagi, Bu, Pak. Dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap saudari Barbie," terang Suster kepada kedua orang tua Barbie.

"Baik, Sus. Silahkan," jawab Riyanti mempersilahkan. Ia dan suaminya mundur ke belakang agar dokter dan suster dapat melakukan perawatan kepada Barbie.

"Bagaimana kondisinya? Apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya dokter itu sebelum melakukan pemeriksaan.

"Kepala saya, dok. Rasanya pusing sekali," jawab Barbie sembari memegang kepalanya.

Dokter itu tersenyum kemudian meminta untuk tenang dan menarik napas panjang. Beberapa menit kemudian pemeriksaan selesai.

"Bagaimana, Dokter? Apa Barbie baik-baik saja?" tanya Riyanti yang tidak sabar mendengarkan penjelasan dari dokter itu.

Dokter pun menjelaskan bagaimana kondisi Barbie, "Setelah saya lihat dari hasil pemeriksaan sebelumnya dan dengan melihat kondisi saudari Barbie sekarang. Saya bisa katakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak, Bu. Semua baik-baik saja. Untuk rasa pusingnya, itu akan perlahan hilang. Maklum karena dia baru sadar, jadi masih butuh banyak istirahat saja."

"Benarkah, Dok? Anak kami baik-baik saja?" Riyanti memastikan kembali bahwa kondisi putrinya memang baik-baik saja seperti yang dikatakan dokter itu.

"Benar, Bu. Semua baik-baik saja. Dari hasil CT scan saudari Barbie. Semua baik-baik saja. Hanya luka luar yang nanti akan sembuh dengan beberapa hari setelah mendapat perawatan. Kami juga sudah memberikan obat anti nyeri," Imbuh Dokter itu meyakinkan agar Riyanti lebih tenang.

"Terimakasih, Dokter Faisal. Kami berdua sangat lega setelah mengetahui kondisi Barbie yang sesungguhnya," ucap Stevano angkat bicara.

"Sama-sama, Pak Stevano. Kalau begitu saya permisi dulu. Saya masih harus visit ke teman putri Bapak."

Mendengar ucapan Dokter Faisal, akhirnya Stevano dan Riyanti menanyakan bagaimana kondisi Renata. Tapi karena tidak ingin Barbie mendengar pembicaraan mereka, Stevano dan Riyanti berbicara di luar ruangan. Untungnya Barbie tengah tertidur.

Di luar ruangan, Dokter Stevano menjelaskan jika luka yang dialami Renata lumayan serius di bagian kali. Sebab dari kecelakaan kemarin, kaki Renata mengalami patah tulang dan diharuskan menjalani operasi untuk mencegah kemungkinan buruk. Sementara Renata sudah berpesan agar kejadian ini agar tidak sampai diketahui oleh keluarganya di Bali.

"Lakukan yang menurut Dokter Faisal baik bagi Renata. Sebab kamo berdua sudah menganggapnya seperti putri kami sendiri. Untuk biaya perawatan dan semua keperluan dia selama di rumah sakit ini. Bisa ditagihkan ke saya," kata Riyanti mengambil keputusan.

"Benar, Dok. Jika harus ada yang perlu disampaikan mengenai keperluan operasi Renata, Dokter dan pihak rumah sakit bisa menghubungi kami," tambah Stevano yang menyetujui keputusan istrinya.

"Baiklah Pak Stevano dan Ibu Riyanti, saya akan sampaikan ini kepada pihak rumah sakit. Silahkan bapak langsung menuju ke ruang administrasi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan saya bisa atur jadwal tindakan operasi," terang Dokter Faisal yang kemudian diikuti anggukan oleh Stevano juga Riyanti.

Pembicaraan pun selesai. Dokter Faisal kembali melanjutkan visit ke kamar Renata yang bersebelahan dengan kamar Barbie. Tentu saja itu atas keinginan orang tua Barbie agar dapat memantau kondisi mereka berdua.

"Mas, kamu bisa urus semua keperluan operasi Renata, kan? Biar aku disini temani Barbie. Nanti kalau sudah selesai, kamu yang jaga biar aku bisa lihat kondisi Renata di sebelah," pinta Riyanti pada sang suami.

Tentu Stevano menyetujui keinginan istrinya. Sejak kemarin Barbie dan Renata masuk ke rumah sakit setelah mendapat pertolongan dari beberapa orang-orang baik. Mereka berdua secara bergantian menjaga Barbie dan Renata yang masih belum sadarkan diri.

***

Stevano kini berada di ruang administrasi rumah sakit. Setelah mendapat penjelasan dari petugas yang berwenang, akhirnya Stevano menandatangani semua prosedur yang diberikan oleh pihak rumah sakit sebagai wali dari Renata untuk melakukan tindakan operasi.

Meski harus mengeluarkan dana lebih, Stevano dan Riyanti tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka benar-benar menyayangi Renata dan sudah menganggapnya seperti anak mereka sendiri. Riyanti juga sangat mengkhawatirkan kondisi Renata dari kemarin.

"Bagaimana, Mas? Apa semuanya sudah beres? Kapan Renata operasi?" tanya Riyanti yang sudah tidak sabar menunggu kabar dari suaminya sejak kepergiannya ke ruang administrasi.

"Sudah. Nanti sore akan dijadwalkan untuk tindakan operasi." terang Stevano yang kemudian menunjukkan berkas yang diberikan pihak rumah sakit.

Sementara di tempat berbeda Catherine tengah berpesta pora merayakan keberhasilan atas apa yang ia minta dari orang bayaran yang sengaja ia kirim untuk mencelakai Renata.

"Satu tepuk, dua tiga lalat pun berjatuhan! Kerjamu hebat, Ril. Aku sangat senang!" ucap Catherine pada temannya yang bernama Aril itu.

"Sudah aku katakan, aku tidak akan pernah mengecewakan kamu. Orang bayaran itu sudah aku minta pergi jauh dari sini untuk menutup mulutnya. Jika sampai tertangkap, aku pastikan tidak akan menyebut namamu!" terang cowok itu penuh keyakinan.

Catherine pun mengangkat gelas wine yang ada ditangannya ke arah Aril sambil tersenyum puas.

"Bagus. Itu yang aku mau. Kamu selalu tahu apa yang ada di dalam otakku tanpa aku katakan!" Imbuh Renata.

"Tentu, itulah gunanya teman dan sepupu. Lagipula aku yakin, dua dayangmu itu tidak akan bisa melakukan hal ini. Mereka hanya gadis bodoh yang mau menjadi babu dari seorang Catherine, sungguh ironis!" cecar Aril pada Catherine. Meski demikian, Catherine tidak pernah marah jika kata-kata itu keluar dari mulut cowok itu.

"Itulah kehebatan ku yang tidak kamu miliki, Ril. Tapi terlepas dari itu semua, kita punya banyak persamaan. Kamu tahu itu, kita berdua sama-sama memiliki sifat yang tidak ingin kalah dan bisa membuat semua orang tunduk kepada kita, benar?"

"Ya! Kamu benar sekali. Kedua orang tua kita pun seolah menganggap kita hanya sebagai pelengkap dalam status pernikahan mereka. Untungnya aku memilikimu, setidaknya ada yang bernasib sama denganku," ungkap Aril yang kemudian terkekeh menertawakan dirinya sendiri.

Catherine juga ikut terkekeh membayangkan bagaimana bisa orang tuanya dan orang tua Aril memiliki kesamaan persis. Mereka sama-sama tidak peduli dengan anak-anaknya. Dan yang lebih parah lagi, mereka juga suka mengatur kehidupan mereka berdua. Memaksa apa yang tidak ingin mereka lakukan.

Jika Catherine dipaksa Veronica untuk menjadi seorang model internasional. Maka lain halnya dengan Aril, sepupunya. Cowok itu dipaksa kedua orangtuanya untuk menjadi seorang Dokter. Pasalnya, kedua orang tua mereka berlatar belakang Dokter. Padahal Aril sejak lama ingin menjadi seorang pembalap. Hal ini membuat Aril juga harus mengikuti aturan yang dibuat oleh orangtuanya jika tidak ingin dicoret dari daftar warisan keluarga. Terlepas dari itu semua, Aril tetap melakukan apa yang telah menjadi impiannya sejak dulu, yaitu menjadi penguasa sirkuit adu balap liar agar tidak diketahui papa dan mamanya.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang