43.BAHASA CINTA

6 1 0
                                    

Mengetahui bahwasanya Renata tengah berada di rumah sakit karena kecelakaan, Zefan langsung berinisiatif untuk datang ke rumah sakit menjenguknya tanpa mengatakan hal itu pada Catherine. Zefan sendiri sudah berpesan kepada Amora dan Diska untuk menyembunyikan hal ini dari Catherine yang sudah pasti  akan lebih marah lagi kepadanya. Dan untungnya mereka berdua juga setuju untuk tidak mengatakan apapun pada Catherine.

Niat Zefan sendiri lebih pada ingin mengetahui bagaimana kondisi Renata terbaru setelah mendengar beberapa pembicara teman-teman kampusnya jika ia harus menjalani tindakan operasi.

Di rumah sakit, Renata yang sudah selesai menjalani operasi di kakinya  akhirnya kembali ke kamar perawatan sebelumnya dan mulai menunjukkan tanda-tanda siuman setelah tekena obat bius.

Riyanti dan Stevano sudah berada di kamarnya untuk menjaganya sesuai permintaan Barbie. Kondisi Barbie sendiri sudah lebih baik dari sebelumnya. Dia sudah bisa duduk lama dan terlihat bugar. Mendengar cerita dari kedua orangtuanya tentang kondisi Renata, awalnya Barbie sangat khawatir dan ingin datang menjenguk ke kamarnya. Tapi Riyanti melarangnya dengan alasan kondisinya baru saja membaik. Barbie pun menuruti perintah Riyanti dengan syarat agar mama dan papanya fokus ke Renata.

"Tan-te ...." sapa Renata setelah membuka mata dan menyadari ada Riyanti di sampingnya.

"Iya, Ren. Ini Tante, kamu sudah siuman? Jangan banyak bergerak dulu. Kamu istrinya saja, ya? Kamu butuh apa biar Tante ambilkan," tanya Riyanti dengan penuh kasih sayang layaknya seorang ibu pada anaknya.

"Renata ingin minum, Tante ...."

"Oh, baiklah. Kamu tunggu sebentar biar Tante ambilkan," ucap Riyanti yang kemudian dengan segera meraih gelas air putih yang ada di meja samping tempat tidur. Kemudian ia membantu Renata untuk minum dengan menyangga tubuh Renata menggunakan bantal. Renata pun meminum air dari tangan mama Barbie.

"Terimakasih, Tante. Maaf telah membuat Tante repot," ujar Renata tidak enak dengan kedua orang tua sahabatnya yang sudah begitu perhatian.

Riyanti tersenyum kepada Renata, memegang tangannya dan mengatakan agar ia tidak perlu merasa tidak enak atas apa yang mereka lakukan. Riyanti juga mengatakan agar Renata fokus pada kesembuhan kakinya pasca operasi. Apalagi ada beberapa jadwal terapi yang harus dijalani Renata setelah keluar dari rumah sakit supaya kakinya bisa berjalan seperti sedia kala.

Renata menanyakan bagaimana kondisi Barbie saat ini, karena semenjak kecelakaan dua hari yang lalu keduanya belum pernah bertemu lagi. Riyanti menceritakan bahwa Barbie baik-baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan kata dokter. Renata menghela nafas lega, dia sangat bersyukur mengetahui keadaan Barbie. Meski sebenarnya dalam hati kecilnya ia merasa bersalah karena sudah membuat sahabatnya itu ikut mengalami kecelakaan bersamanya.

"Maafkan, Renata Tante. Sungguh kejadian kemarin sangat cepat. Renata tidak tahu kalau ada orang yang-"

Belum sempat Renata melanjutkan ceritanya, Riyanti kembali mengelus tangan Renata. "Sudah, jangan dipikirkan. Barbie sudah menceritakan tentang kejadian itu. Kamu tidak salah, itu kecelakaan. Dan om Stevano saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan pihak kepolisian tentang rekaman CCTV jalan itu. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah, oke?" terang Riyanti yang tahu akan apa yang ada dipikiran Renata.

Air mata Renata pun pecah, dia menangis karena mendengar ucapan Riyanti yang begitu bijak. Riyanti memeluk tubuh Renata dan kembali menenangkannya.

Di kamar sebelah tempat Barbie dirawat, Stevano tengah mengupas buah jeruk untuk putri semata wayangnya itu yang ingin makan jeruk. Barbie terkekeh melihat ekspresi wajah papanya yang begitu serius meski sedang mengupas buah.

"Pa, muka Papa kalau senyum dikit tambah ganteng, loh ... Jangan serius gitu kupas jeruknya," goda Barbie pada Stevano.

"Kamu ini, Bie. Wajah Papa dari dulu juga begini," jawab Stevano datar.

Barbie menghela nafas panjang, dia lupa jika papanya itu memang pria pelit ekspresi. Meski sayang dan juga perhatian, tetap saja cara menunjukkan semua itu tidak seperti yang diharapkan anak pada umumnya dari ayahnya. Barbie juga heran kenapa banyak sekali para ayah yang cenderung kaku mengungkapkan bahasa cinta mereka pada anaknya. Mungkinkah ada rasa gengsi? Jika benar, kenapa bisa begitu? Bukankah jika kita sebagai orang tua dapat mengungkapkan perasaan sayang kita kepada anak-anaknya lebih nyata atau lebih ekspresif, itu juga berdampak baik pada cara anak memperlakukan orang tua mereka juga.

Karena anak selalu melihat dan meniru apa yang orang tuanya perlihatkan. Karena sejatinya, anak juga butuh di cintai dan dihargai secara nyata oleh orang-orang terdekatnya, terutama oleh kedua orang tuanya sendiri. Sebab mereka hanya peka dalam merasa, bukan pada berpikir dengan logika.

***

Tepat pukul sebelas siang, Zefan sudah berada di rumah sakit tempat Barbie dan Renata dirawat. Ia segera datang ke ruang informasi untuk mencari tahu di kamar berapa keduanya dirawat. Zefan juga tidak lupa membawa buah-buahan untuk Barbie dan Renata seperti pada umumnya orang datang menjenguk.

Setelah mendapatkan info kamar Barbie dan Renata, Zefan bergegas menuju ruangan mereka yang ternyata bersebelahan. Awalnya Zefan bingung harus memulai dari kamar siapa terlebih dahulu saat berada di depan kamar mereka, dia berpikir cukup lama menentukan Barbie ataukah Renata.

Ketika Zefan sibuk dengan pikirannya, Biru pun datang dari belakang dan menepuk pundaknya. Karena terkejut, Zefan hampir saja menjatuhkan bingkisan buah yang ada di tangannya, untungnya Biru dengan cepat membantunya menadah buah itu sehingga bisa terselamatkan.

"Kamu ngapain berdiri disini? Masuk aja, ini kamar Barbie dan itu kamar Renata," kata Biru sambil jarinya menunjuk secara bergantian kearah pintu.

Zefan terlihat gugup, dia tidak menyangka kalau Biru ada disini bersamanya. Memergoki dirinya yang tengah kebingungan, Zefan merasa malu. Tapi cepat-cepat ia menunjukkan wajah maskulinnya.

"Aku cuma berhenti sebentar karena capek juga jalan dari parkiran kesini," kilah Zefan menutupi rasa tidak nyamannya.

"Oh- Aku kira kenapa. Bukannya cewek kamu nggak suka sama mereka berdua? Terlebih pada Renata, kenapa ada disini? Nggak takut dia marah?" ucap Biru tanpa basa-basi.

Mendengar ucapan Biru, muka Zefan merah padam. Dia sebenarnya tidak ingin membahas hal itu. Tapi menanggapi ucapan Biru, Zefan hanya mengatakan agar Biru tidak ikut campur dalam urusannya.

"Sorry kalau ucapan aku membuat kamu tidak nyaman, tapi aku sangat yakin jika kejadian yang menimpa mereka berdua ada sangkut pautnya dengan cewek kamu itu!" Biru dengan vokal menyampaikan rasa curiganya pada Catherine atas dalang dibalik insiden kecelakaan yang menimpa Barbie juga Renata.

"Jaga ucapan kamu! Jangan menuduh jika tidak punya bukti! Ini namanya pencemaran nama baik, dan kamu juga tahu itu salah satu tindak pidana!" sarkas Zefan yang sudah tersulut emosi.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang