52.PENGAKUAN

2 0 0
                                    

Acara inti sudah selesai. Semua juga sudah kembali beristirahat di kamar yang sudah di sediakan sebelum lanjut ke acara selanjutnya yaitu after wedding party. Barbie dan Renata memilih untuk duduk di taman dekat pantai yang tidak terlalu jauh dari tempat acara.

Mereka sama-sama menikmati udara segar dan deburan ombak yang menggulung ke bibir pantai dengan begitu cantiknya. Cuacanya tidak terlalu panas, tidak juga mendung. Seperti semesta berpihak pada acara pernikahan kakak Renata.

Biru yang sudah mendapatkan hadiah untuk kakak Renata pun segera kembali ke hotel. Sementara Zefan masih bingung harus bagaimana dengan kelanjutan hubungannya bersama Catherine. Ia masih mencari cara agar bisa bicara dengan Catherine perihal hubungan mereka.

"Ren, kamu masih ingat tidak saat Zefan datang ke kamarku. Saat itu dia bicara sambil menatapku, mengucapkan kata-kata yang menyentuh! Ah, sungguh aku terpaku saat itu," cerita Barbie yang tiba-tiba teringat akan Zefan di rumah sakit.

Renata hanya terdiam. Tidak seperti biasanya ia akan langsung marah acapkali Barbie membahasnya. Kali ini ia justru ingin mendengar cerita Barbie semuanya.

Karena merasa Renata bisa menerima cerita sebelumnya, maka Barbie melanjutkan ceritanya lagi.

"Ah... Andai saja Zefan  menerimaku waktu itu, mungkin setiap hari aku bisa mendengar ucapan manis darinya. Sayangnya dia lebih memilih Catherine." Suara Barbie terlihat tidak bersemangat setelah itu.

"Udahlah, masih ada Biru yang lebih cakep dari dia. Lagipula, Biru itu sempurna di mataku dan anak-anak kampus. Nenek sihir itu aja sampai mau dekat sama Biru," sahut Renata menimpali.

"Mulai, deh. Aku sama Biru cuma berteman, Ren. Sama seperti kamu dan Biru. Meskipun Biru baik dan sempurna seperti yang kamu katakan, tapi ...."

"Tapi yang namanya perasaan tidak bisa dipaksa. Begitu, kan yang ingin kamu katakan. Aku hafal di luar kepala," sahut Renata lagi memotong ucapan Barbie.

"Nah, itu kamu tahu. Jadi udah maksa aku sama Biru jadian. Lebih baik kamu bantuin aku gitu sama Zefan, hehe,"

Renata memutar bola matanya. Tapi entah kenapa hatinya sakit mendengar ucapan Barbie barusan. Sejak di rumah sakit waktu itu, perasaan benci yang selalu bersarang di hatinya untuk Zefan mulai hilang. Ada tapi tidak seperti biasanya yang selalu membara. Malah perasaan sayang yang berusaha ia bunuh semakin hidup.

"Kamu cinta banget sih sama dia. Kalau di dunia ini misalnya cuma ada dia dan dia nggak milih kamu lagi. Apa kamu masih akan nungguin dia?" tanya Renata kehabisan kata-kata.

Barbie berpikir cepat. Ia dengan tegas menjawab pertanyaan Renata. "Tentu saja, aku akan terus menunggunya!"

Renata menghela napasnya. Meski dia juga mencintai Zefan dibalik kebenciannya. Tapi melihat bagaimana perasaan sahabatnya yang begitu besar pada Zefan selama ini yang tidak pernah padam, Renata merasa sebaiknya ia kembali mengurungkan niatnya untuk bercerita akan masalalu juga perasaannya sekarang pada Zefan.

"Ren... Renata? Halo? Kamu masih disini, kan? panggil Barbie sembari melambaikan tangannya tepat di depan muka Renata yang terlihat sedang berada di dimensi lain.

"Aw! i-iya. Kenapa sih, Bie?!" ucap Renata yang menyadari bahwa pipinya baru saja dicubit Barbie cukup keras.

"Ngapain ngelamun. Sejak tadi aku ngomong sendiri berarti. Kamu ini lagi mikirin apa? Sampai segitunya," tanya Barbie mendesak agar Renata bercerita. Namun Renata tidak mungkin menceritakan semuanya sekarang. Ia harus bersabar menunggu waktu yang tepat baginya atau justru tidak akan pernah mengakui semua demi kebaikan bersama.

***

Obrolan pun selalu, mereka segera kembali ke kamar untuk bersiap diri bertemu team MUA  kedua kali untuk merias mereka sebelum after wedding party digelar.

Di kamar hotel, Biru sudah bersiap untuk pergi ke acara kakak Renata. Dengan memakai dress code setelan jas berwarna Navy dengan kemeja baby blue dipadupadankan sepatu hitam juga dasi kupu terlihat sangat sempurna penampilan Biru.

Sebelum pergi, Biru memberi kabar pada sang mama seperti biasa. Biru tidak pernah sekalipun pergi tanpa memberi tahu namanya.

Dengan mengendarai mobil rental yang sudah di booking nya selama di Bali, Biru segera pergi meninggalkan hotel. Tak lupa ia menyalakan GPS dan earphone untuk menunjukkan jalan yang harus dilaluinya agar sampai ke tempat acara.

Renata dah Barbie di make up di dalam satu kamar. Mereka berdua mengenakan gaun berwarna baby pink bahan organza yang terlihat megah. Barbie awalnya merasa risih dengan gaun itu, tapi karena Renata terus meyakinkan bahwa gaun itu pas di tubuhnya. Barbie akhirnya setuju memakai gaun itu meskipun beberapa kali ia harus berkaca.

"Cantik, Bie. Percaya, deh. Ini nggak buruk sana sekali, tanya saja sama mbak-mbak disini," ucap Renata kembali memberikan support.

"Kamu tahu, kan. Aku nggak terbiasa dengan gaun begini. Cantik sih, cuma berasa risih kalau harus pakai." Barbie mengeluh.

Stevano dan Riyanti juga kedua orang tua Renata datang ke kamar mereka untuk mengajak foto bersama di pelaminan.

Riyanti dan Stevano merasa terkejut melihat penampilan putri semata wayangnya itu yang begitu berbeda dari yang sudah-sudah. Barbie cantik juga terlihat lebih feminim kali ini.

"Ya ampun... Anak Mama cantik sekali!" puji Riyanti terkejut. Ia menghampiri Barbie dan melihat dari atas sampai bawah penampilan anaknya yang memukau.

Barbie tersenyum malu, pasalnya ia melihat bagaimana sang mama begitu memuji penampilannya. Sama halnya dengan Stevano. Ia begitu terpesona akan penampilan Barbie. 180 derajat berbeda dari sebelumnya.

"Tuh, kan. Apa aku bilang. Kamu cantik, Bie." Tutur Renata sekali lagi.

Barbie mengangguk. Kali ini kepercayaannya semakin bertambah dari sebelumnya setelah melihat bagaimana kedua orang tuanya memuji penampilannya kali ini.

Akhirnya mereka semua segera menuju ke tempat acara. Di atas pelaminan, Kakak Renata beserta suami, kedua orang tua Renata, dan kedua orang tua Barbie segera melakukan sesi pemotretan. Mereka semua ingin berada dalam satu frame yang sama sebagai keluarga.

Berbagai gaya diarahkan oleh sang fotografer handal. Tawa ceria menghiasi sesi pemotretan di antara kedua keluarga tersebut. Renata dan Barbie meminta untuk melakukan sesi pemotretan sendiri. Renata berpikir momen ini adalah momen langka yang akan ia temui pada Barbie, tentu saja karena kali ini Barbie berpenampilan berbeda dari hari-hari biasanya.

Setelah selesai dengan acara pemotretan, semua kembali ke dalam rumah dan menunggu kehadiran para tamu undangan untuk mengikuti acara after wedding party Kakak Renata.
Bagi sebagian orang tua, mereka justru memilih untuk duduk-duduk dan menikmati acara sambil mencicipi hidangan di meja masing-masing. Tentu saja acara dansa kebanyakan diperuntukkan untuk anak-anak muda.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang