85.AKHIR

42 1 0
                                    

Hari demi hari berlalu dengan cepat.

Tak terasa, sudah hampir satu bulan lebih sejak terakhir kali Barbie hangout bersama Renata dan Zefan.

Tidak bisa dipungkiri, meskipub awalnya sangat sakit dan sulit, Barbie kini mulai terbiasa akan hubungan Renata dengan Zefan. Perasaannya pada Zefan juga mulai memudar secara perlahan. Dia mencoba untuk berdamai dengan takdir yang ada di hadapannya.

Sebagai bentuk pengertiannya terhadap hubungan Renata dan Zefan, Barbie kini memilih untuk menolak setiap ajakan hangout Renata dan Zefan. Jika mereka harus bertiga, Barbie memilih untuk tidak berangkat.

Bukan berarti dia egois atau apalah. Tapi karena dia tidak ingin mengganggu quality time pasangan tersebut. Daripada mereka tidak bisa bebas karena harus memikirkan bagaimana posisinya, lebih baik jika dia sadar diri dan mulai membatasi hangout bertiga itu

Hanya saja, perlu digarisbawahi bahwa hubungan Barbie dan Renata telah kembali seperti semula.

Mereka bisa pergi shopping berdua, bersenang-senang berdua saja, dan bahkan banyak hal lainnya juga. Mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama.

"Haish!"

Barbie menundukkan kepalanya.

Dia sering seperti itu sekarang. Setiap dia berjalan sendirian tanpa memiliki tujuan yang jelas dan pandangannya berubah kosong, maka otaknya akan memutar semua kenangan saat-saat dia masih menyukai Zefan.

Mulai kesal dengan segala pemikiran konyol itu, Barbie akhirnya berhenti berjalan. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh area taman kampus, di mana ada sebuah kursi kosong yang bisa digunakan untuk duduk.

"Aih, kalau begini terus-terusan, kapan aku bisa move on-nya?" keluh Barbie seraya menutupkan sebuah buku tulis ke wajahnya.

Rasa frustrasi itu membuatnya menghela napas panjang untuk yang kesekian kalinya hari ini.

"Bukannya perasaan ini nggak bisa hilang. Aku yakin ini semua butuh waktu. Tapi ini kelamaan, ah! Aku pengen bisa cepet-cepet move on dari Zefan! Aku nggak bisa kayak begini terus!"

Belum lagi Barbie berdamai dengan perasaannya, Barbie justru dikejutkan oleh suara dering notifikasi pesan masuk dari ponselnya.

Alis Barbie spontan terangkat naik. "Siapa yang kirim pesan jam segini? Apa iya Renata? Tapi buat apa? Barusan 'kan ketemu. Masa iya dia kangen sama aku? Ah, nggak mungkin!"

Setelahnya, Barbie buru-buru mengeluarkan ponselnya dari totebag miliknya. Tanpa basa-basi, dia segera mengecek notifikasi apa yang datang.

"Eh? Notifikasi berita kampus? Ada apa?"

Kedua mata Barbie sedikit memicing untuk membaca judul artikel itu. Tapi setelah dia membacanya sampai selesai, dia benar-benar merasa bahwa dia baru saja disambar petir di siang bolong.

"Ap-apa ini?! Berita macam apa ini?"

Tangannya yang sedang memegang ponsel, kini terlihat gemetar begitu keras. Saking gemetarnya dia, ponselnya pun jatuh ke tas dan pangkuannya.

"I-ini, kenapa bisa? Mana mungkin? Kenapa dia melakukannya?"

Pertanyaan demi pertanyaan langsung muncul di kepala Barbie. Dia bahkan membaca judul artikel headline news kampus itu sekali lagi. Di mana di sana, tulisannya adalah sebagai berikut.

[Breaking News on Campus : Catherine ditangkap polisi atas tindakannya mencelakai kedua mahasiswi di kampus yang sama dengannya, beberapa bulan lalu dengan sengaja dan direncanakan.]

Barbie bahkan tidak perlu mencari tahu lebih banyak mengenai berita itu. Terutama tentang kecelakaan yang melibatkan dua orang mahasiswi satu kampus yang sama!

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang