3.PELANGGAN SETIA

34 5 0
                                    

"Mama ...." Sapa Barbie pada sang mama setelah tiba di toko roti miliknya.

"Akhirnya kalian berdua datang juga, sudah sejak tadi Mama tungguin kalian. Mama pikir kalian nggak datang loh."

"Datang lah Tante, nggak mungkin Renata melewatkan kesempatan untuk mencicipi kue buatan Tante secara gratis, iya nggak Bie!" sahut Renata bersemangat dari belakang.

"Bukan mencicipi kali, Ren. Lebih tepatnya makan. Kalau mencicipi itu baru sekali, lha kamu tiap hari loh!" cibir Barbie dengan menahan tawa.

Renata tentu saja tidak marah dengan ucapan sahabatnya itu, dia paham betul jika ucapan Barbie hanya sebuah candaan semata tanpa ada unsur menghina.

"Sudah, ambil saja yang kamu mau Ren. Jangan lupa, nanti kalau sudah, bantu Tante ya buat ambil sisa roti di estalase sebelah sana."

"Siap, Tante!" jawab Renata bersemangat.

Barbie dan Renata kini sibuk membersihkan dan merapikan toko. Sebenarnya ada dua pegawai yang dipekerjakan mama Barbie untuk membantunya di toko. Hanya saja, mama Barbie memperbolehkan pegawainya untuk pulang setelah jam empat sore, sebab jarak kedua rumah mereka cukup jauh dari toko.

Tiba-tiba saja terdengar suara mobil berhenti tepat di depan halaman toko, mobil itu amat sangat familiar bagi Barbie dan Renata. Karena penasaran, keduanya sama-sama memutuskan untuk mendekat pada kaca. Dan betapa terkejutnya mereka saat mendapati sosok yang benar-benar mereka kenal keluar dari mobil.

"Zefan!" seru keduanya sama-sama terkejut dengan laki-laki yang baru saja turun dari city car putih.

"Ngapain dia kesini? Tahu alamat toko kamu dari mana coba?" gumam Renata.

Hal yang sama juga dilakukan Barbie, dia sendiri tidak mengerti mengapa Zefan, cowok yang disukainya bisa ada di depan toko rotinya. Padahal selama ini dirinya tidak pernah memberitahu siapapun jika sang mama memiliki toko roti. Apalagi memberi tahu Zefan meski keduanya pernah satu sekolah.

"Eh! Zefan masuk kesini! Gimana ini!" ucap spontan Barbie panik.

"Biarin aja, lagipula kita juga penasaran kenapa dia datang kesini. Tapi yang pasti, aku rasa dia mau beli roti disini," jelas Renata dengan santainya yang kemudian kembali merapikan nampan roti pada tempatnya.

Jauh berbeda dengan Renata, Barbie justru salah tingkah. Tubunya mendadak dingin, jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin mulai keluar membasahi dahinya.

Saat Zefan membuka pintu, dia juga ikut terkejut karena mendapati sosok Barbie juga Renata yang ada disana. Tatapan Zefan jelas mengisyaratkan kebingungan akan keberadaan mereka berdua di toko itu. Saat hendak bertanya, tiba-tiba mama Barbie keluar dari dalam ruangan.

"Zefan," sapa Riyanti yang merupakan mama Barbie setelah mendapati sosok yang dinanti sejak tadi.

"Tante Riyanti, hai. Maaf baru datang, tadi ada urusan sebentar sama teman-teman," terang Zefan sopan.

Barbie dan Renata hanya memandang mereka berdua dengan tatapan bingung. Rupanya mama Barbie dan Zefan sudah cukup kenal baik. Terlihat sekali bagaimana cara bicara mereka akrab.

"Oh iya, sampai lupa. Ini kue pesanan kamu. Tante juga sudah kasih tester untuk kue terbaru di toko ini, semoga kamu dan mama kamu suka, ya?"

"Wah ... terima kasih banyak ya, Tante. Zefan dan mama pasti suka. Kue disini enak semua," puji Zefan tulus.

Karena keasyikan mengobrol, Riyanti dan Zefan sampai tidak menyadari jika ada dua pasang mata sejak tadi melihat ke arah mereka berdua.

"Ya ampun ... Tante sampai lupa kenalin kamu sama anak Tante. Sini Bie, Ren," panggil Riyanti akhirnya memperkenalkan mereka pada Zefan yang sebenarnya mereka sendiri sudah saling mengenal.

"Anak?" tanya Zefan dengan tatapan bingung.

"Iya, Tante kan pernah janji sama kamu mau kenalin kamu sama anak Tante. Sekarang baru kesampaian. Ini Barbie, anak Tante, dan ini Renata, sahabat Barbie yang sudah seperti anak Tante sendiri," ucap Riyanti memperkenalkan keduanya.

Zefan tersenyum, dia juga cukup terkejut karena baru mengetahui jika anak pemilik toko langganannya adalah Barbie.

"Tante, kami sudah saling kenal kok, Barbie dan Renata ini kan satu kampus sama Zefan. Bukan begitu, Bie, Ren?"

Barbie tersenyum tipis, sementara Renata hanya menganggukkan kepala tanpa ekspresi.

Akhirnya Riyanti mengajak Zefan beserta Barbie juga Renata untuk mengobrol sebentar di halaman toko. Barbie baru mengetahui juga jika Zefan dan keluarganya sudah lama menjadi pelanggan setia toko roti buatan mamanya. Hanya saja, selama ini baik Zefan dan Barbie tidak pernah bertemu di toko.
Perbincangan berakhir setelah Zefan mendapat telepon dari sang mama agar segera pulang karena tidak sabar untuk menikmati kue buatan mama Barbie.

"Kalau begitu Zefan pamit dulu, terima kasih sekali lagi karena Tante Riyanti sudah kasih bonus. Aku pulang dulu, Bie, Ren. Bye ...."

"Bye ...." Balas Barbie senang. Sementara Renata kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Ternyata dunia itu sempit ya, Ren. Nggak nyangka, ternyata Zefan pelanggan setia toko ini. Bisa-bisanya kita nggak tahu hal ini, sungguh rahasia Tuhan luar biasa epic," gumam Barbie yang masih memandangi kepergian Zefan.

Renata hanya bisa menggelengkan kepala mendengar ucapan sahabatnya itu. Ia tidak tertarik sama sekali setiap kali Barbie membahas soal Zefan. Baginya, Zefan bukan hal menarik yang harus dibahas. Barbie sendiri selama ini tidak tahu mengapa Renata begitu tidak suka pada Zefan. Dia juga tidak pernah menanyakan alasan itu pada Renata karena tahu mendengar nama Zefan saja, wajah Renata berubah asam seketika.

Satu jam kemudian semua selesai, Riyanti mengajak Barbie dan Renata pulang ke rumah. Mereka akan mempersiapkan diri untuk masak bersama dan menunggu jam makan malam tiba. Barulah Renata biasanya pulang setelah acara makan malam bersama dengan keluarga Barbie.

"Om Steve lembur lagi, Tante?' Tanya Renata disela-sela mengupas bawang.

"Enggak, tadi sih bilangnya mau mampir ke outlet salah satu temannya yang baru buka usaha franchise minuman di salah satu pusat perbelanjaan. Sebentar lagi mungkin sampai," terang Riyanti yang juga tengah sibuk menumis sayuran.

Kedua wanita itu sibuk di dapur, tapi tidak dengan Barbie yang justru asyik menonton serial kartun spongebob di televisi sambil menikmati pop corn.

Sesekali gadis itu tertawa karena melihat adegan lucu. Tentu saja bukan karena dia malas, itu karena Barbie tidak bisa masak sama sekali meski sang mama jago dalam hal memasak. Berbeda sekali dengan Renata yang justru memiliki bakat dalam dunia perdapuran. Tak ayal, setiap kali dia ada di rumah Barbie, Renata selalu membantu Riyanti memasak untuk makan malam.

Pernah beberapa kali Barbie ikut membantu di dapur dan berakhir dengan masakan gosong, tangan yang teriris akibat terkena pisau saat hendak merajang bawang, atau mengupas bawang. Oleh sebab itu, Riyanti dan Renata memintanya agar duduk manis di ruang tengah ketimbang harus ikut di dapur.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang