Ketika cahaya mentari mulai menyeruak masuk ke dalam kamar Barbie dengan begitu tegasnya. Gadis itu segera bangun dan mencoba membuka mata. Beberapa detik kemudian ia melihat ke sekeliling kamar hingga berhenti pada sosok Renata yang masih tertidur pulas di sampingnya. Barbie meraih handphone miliknya yang ada di atas meja sebelah tempat tidur, dirinya memastikan jika hari ini ia tidak salah hari dan tanggal. Napas lega berhembus dari hidungnya, "Syukurlah," ucapnya.
Barbie kemudian beranjak dari tempat tidur menuju keluar kamar mencari sang mama yang mungkin saja masih di rumah.
"Ma ... Mama ...." panggilnya setelah turun dari tangga.
Matanya masih terasa berat untuk membuka. Itu semua karena semalam dia dan Renata begadang hingga jam 2 pagi.
Karena tidak mendapat jawaban, Barbie kembali berjalan keluar rumah. Menghirup udara segar yang sebenarnya sudah sedikit terkontaminasi oleh beberapa kenalpot racing milik tetangganya yang mondar mandir melintas jalanan rumah.
Beberapa kali melakukan gerakan peregangan otot di halaman. Barbie kemudian kembali masuk ke dalam rumah untuk membangunkan Renata. Di atas meja makan sendiri sudah tersedia beberapa makanan yang sengaja disiapkan mamanya untuk mereka makan. Tak lupa beberapa lembar uang 50 ribu untuk uang jajan Barbie selama satu pekan.
"Thanks, Pa." ucap Barbie setelah mengambil uang itu dari atas meja makan.
Barbie tahu betul dari mana sumber uang itu berasal. Karena selama ini mamanya tidak pernah memberikan uang sebanyak itu kepadanya hanya sekedar uang jajan.
"Ren ... Renata bangun, yuk!" Panggil Barbie seraya menggoyangkan tubuh sahabatnya itu beberapa kali.
Alhasil Renata segera bangun setelah merasa tubuhnya terkena gempa bumi akibat ulah Barbie.
"Apaan, Bie ... Aku masih ngantuk! Lima belas menit lagi, ya? Hari ini kita kan nggak ada kelas sama sekali," rengek Renata masih dengan mata menutup.
"Enggak bisa. Harus bangun pokoknya. Titik!" seru Barbie menanggapi permintaan Renata.
"Ya ampun, Bie. Jangan jadi ibu tiri yang kejam, dong pagi-pagi begini," protes Renata.
Namun Barbie malah menggoyangkan kedua bahu Renata agar segera membuka matanya. "Ayo bangun! Dasar pemalas!" ejek Barbie bersamaan dengan gerakan tangannya.
Mau tidak mau, akhirnya Renata bangun dan membuka mata. "Puas?" sindir Renata kesal.
Sementara Barbie tersenyum puas melihat usahanya membangunkan Renata berhasil. Barbie sengaja memaksa Renata untuk segera bangun karena ia akan mengajaknya pergi jalan-jalan.
"Cepatlah mandi, ayo kita pergi jalan-jalan!" seru Barbie mengatakan apa yang ada dipikirannya.
Renata hanya tersenyum datar. Dia sebenarnya hanya ingin tidur seharian. Tapi Barbie justru membuatnya harus bangun dengan terpaksa.
"Memangnya kita mau kemana sih, Bie? Di rumah aja ya? Kita full seharian istirahat. Biar otak dan badan kembali segar. Oke?" ucap Renata memberi penawaran.
"Enggak mau! Aku mau beli kado, Ren. Ayolah-"
"Kado? Buat siapa? Apa orang tua kamu ada yang ulang tahun hari ini?" tanya Renata penasaran.
Sebenarnya Barbie malu untuk mengakui kebenaran dari niatnya mengajak Renata untuk pergi jalan-jalan. Tapi jika tidak diberi tahu secara terang-terangan, Renata pasti akan menolaknya. Akhirnya Barbie pun mengatakan jika ia akan membeli kado untuk Biru yang besok berulang tahun. Tentu saja Renata seketika membuka matanya lebar-lebar karena terkejut mendengar pernyataan Barbie.
"Jadi Biru besok ulang tahun? Kok kamu tahu? Apa Biru memberitahu kamu? Apa akan ada pesta?" tanya Renata antusias memborong berbagai macam pertanyaan.
Sementara Barbie hanya diam sambil memijat kepalanya mendengar pertanyaan Renata.
"Bie? Kok diam, sih! Tadi semangat sekali. Giliran aku tanya malah kaya orang bisu. Ngomong, dong? Aku kan jadi penasaran," tukas Renata lagi.
Akhirnya Barbie menjelaskannya pada Renata, "Em- iya itu si Biru sendiri yang kasih tahu kalau dia ulang tahun dan mau ajakin kita makan malam bersama besok. Semalam dia kirim pesan ke aku, cuma aku udah tidur jadi belum sempat aku balas."
"Are you sure? Oh no! Ini kabar luar biasa, Bie! Baiklah, kalau begitu ayo kita cepat-cepat bersiap dan segera pergi mencari kado buat pangeran tampan!" sahut Renata kegirangan.
Akhirnya keduanya pun bergegas menuju kamar mandi. Barbie mandi di kamar mandi luar karena kamar mandinya dipakai Renata.
***
Satu jam kemudian, Barbie dan Renata sudah selesai bersiap diri. Mereka berdua sudah berada di ruang makan untuk melakukan sarapan sebelum keduanya pergi mencari kado untuk Biru yang akan berulang tahun esok hari.
Renata yang masih belum puas dengan cerita Barbie kembali bertanya dan meminta sahabatnya itu untuk menceritakan semuanya sedetail mungkin. Barbie sebenarnya juga tidak tahu bagaimana harus bercerita, karena semalam Biru hanya mengirim pesan undangan kepadanya juga untuk Renata agar datang untuk acara makan malam dalam momen bertambahnya usia.
Barbie juga bingung harus menjawab apa. Dengan mata masih belum bangun dengan sempurna dan kesadaran yang belum terkumpul, Barbie justru membalas pesan itu dengan kalimat 'Oke'. Setelah ia turun dari kamar dah hendak mencari sang mama, barulah Barbie membaca ulang pesan dari Biru. Tentu saja ia langsung panik, untuk itu ia segera ke kembali ke kamarnya dan membangunkan Renata yang begitu ahli dalam menghadapi situasi seperti itu.
Mendengar penjelasan Barbie yang panjang lebar seperti gerbong kereta. Renata akhirnya meminta Barbie untuk diam dan menyerahkan sepenuhnya kepadanya. Tentu Barbie senang mendengar itu. Tapi dia juga tidak yakin jika Renata tidak akan melakukan hal konyol yang membuatnya malu di depan Biru. Setidaknya ia akan memastikan apa yang akan dilakukan Renata.
"Baiklah, ayo kita pergi," ajak Renata setelah menaiki motornya.
"Kita ke toko mama dulu, kan? Pamit aja biar nggak khawatir," kata Barbie mengingatkan.
"Iya, dong. Bisa-bisa kena omelan mama kamu nanti aku. Takutnya nggak boleh makan kue gratis lagi," cetus Renata dengan nada bercanda.
Mereka berdua segera meninggalkan rumah dan menuju toko roti mama Barbie untuk berpamitan. Setibanya di tiki roti, Barbie dan Renata segera mencari keberadaan Riyanti yang sudah pasti ada di dapur.
"Ma- kita berdua pamit pergi dulu cari kado, ya? Ini kunci rumahnya," kata Barbie sambil menyodorkan kunci kepada sang mama.
"Kalian mau kemana? Cari kado buat siapa? Bukannya untuk Hani sudah Minggu lalu?" tanya Riyanti yang penasaran.
"Buat teman kita, Tante. Besok dia berulang tahun. Makanya mumpung hari ini kita nggak ada kelas, jadi kita pergi cari kado," sahut Renata yang segera menjawab pertanyaan dari Riyanti.
"Baiklah, kalau begitu kalian berdua hati-hati bawa motornya. Jangan lupa makan siang juga, pulang jangan sore-sore. Oke?" pinta Riyanti kepada kedua gadis itu.
"Oke, Tante!" jawab Renata lagi sebelum mereka meninggalkan toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
Roman d'amourBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...