"Bie, Biru tuh!" bisik Renata menahan rasa girangnya saat melihat Biru tengah melihat ke arah mereka dari salah satu kursi kantin.
Sementara Barbie hanya mengulas senyum tipisnya ke arah Biru sebagai bentuk sapaan. Biru pun membalasnya.
Melihat situasinya tepat, Renata memiliki ide jika mereka bisa bergabung dalam satu meja. Awalnya Barbie enggan mengikuti keinginan Renata, tapi bukan Renata jika tidak melakukan hal konyol seperti itu. Mau tidak mau Barbie mengikuti keinginan Renata dengan mengekor di belakangnya menghampiri Biru.
"Bi, boleh gabung, kan?" tanya Renata basa basi setengah memaksa.
Biru yang lumayan terkejut dengan kedatangan Renata dan Barbie hanya mengangguk pelan. Renata pun segera menarik tangan Barbie agar cepat duduk di sampingnya.
"Sudah lama kamu disini? Kenapa enggak di kantin dekat fakultas kamu saja? Apa kamu ada keperluan disini?" tanya Renata memborong berbagai macam pertanyaan yang membuat Barbie sungkan. Sementara Biru dengan sabar mendengarkan pertanyaan Renata sampai selesai.
"Ren ... Stop dong!" gumam Barbie sembari menyenggol lengan Renata agar menghentikan ucapannya.
Meski sebelumnya Barbie dan Biru sudah pernah mengobrol berdua, tapi itu hanya sebatas obrolan formalitas saat keduanya bertemu di toko buku beberapa saat yang lalu.
Sampai sekarang pun tidak dipungkiri jika Barbie masih merasa canggung dan nervous saat berhadapan langsung dengan pria bermata biru safir itu.
Merasa keduanya canggung, Renata segera mencari cara agar suasana menjadi lebih hangat dan mencair.
"Eh, Bie. Minggu depan kita kan ada acara charity show yang bakal dihadiri banyak sponsor besar. Dan kita juga lagi butuh orang buat jadi moderator, kan? Bagaimana kalau Biru kita ajak sekalian dalam acara itu. Ya ... Kalau tidak keberatan juga jadi moderator, gimana?" terang Renata mencari topik pembahasan yang tepat.
"Kalau aku ... terserah dia saja. Apakah setuju atau tidak," jawab Barbie hati-hati.
Beberapa saat Biru masih dalam mode diam ala dirinya. Tapi beberapa detik kemudian ia mulai membuka suara.
"Boleh, aku tidak merasa keberatan jika itu untuk acara penting," ucap Biru memberikan jawabannya atas tawaran yang diberikan Renata.
"Yey! Akhirnya kita dapat orang yang tepat. Terimakasih ya, Bi. Nanti untuk kapan dan tempatnya aku bakalan share di WhatsApp. Hanya saja aku tidak punya nomor kamu, boleh minta?" tanya Renata lagi.
Biru kemudian mengetikkan nomor teleponnya dan menunjukkan kepada Renata agar dicatat.
"Thanks," ucap Renata setelah selesai menyimpan nomor Biru di kontak telepon miliknya.
Barbie hanya diam membisu melihat bagaimana kelakuan sahabatnya. Dirinya sudah sangat mengenal sosok Renata. Tentu saja bukan hanya sekedar urusan acara charity show saja dia meminta nomor telepon Biru dan mengajaknya bergabung dalam team mereka. Hanya saja Barbie tidak tahu rencana apa lagi yang akan dilakukan Renata.
Renata rupanya masih penasaran dengan apa yang dilakukan Biru di kantin fakultasnya. Pasalnya di fakultas Biru juga ada kantin. Tidak mungkin Biru hanya sekedar ingin jajan dan menikmati suasana kantin yang ada di fakultas design.
Setelah didesak oleh Renata. Akhirnya Biru mengatakan jika dirinya sengaja datang ke kantin fakultas Design karena ingin mengembalikan sketchbook Barbie yang terjatuh saat berada di toko buku kemarin.
Mendengar pengakuan Biru, Renata terkejut tidak percaya. Barbie sendiri ikut tersentak dengan ucap Biru. Dia sama sekali tidak ingat jika sketchbook miliknya terjatuh di toko buku kemarin.
"Ini sketchbook punya kamu. Kemarin aku mau panggil kamu, tapi kamu sudah pergi lebih dulu. Jadi aku rasa kamu butuh ini, makanya aku datang kemari," terang Biru sembari menyodorkan sketchbook ke arah Barbie.
"Terimakasih," ucap Barbie masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Biru mengangguk. Renata yang melihat kejadian barusan dibuat heboh sendiri.
***
Catherine yang mendapat kabar jika Biru tengah berada di kantinnya bersama Barbie juga Renata segera bangkit dari tempat duduknya lekas mengajak Amora dan Diska menuju kantin.
Banyak sekali mahasiswi yang ikut serta menyusul dibelakang. Mereka semua tentu saja penasaran dengan apa yang akan dilakukan Catherine in the Geng pada Barbie juga Renata yang terkenal sebagai musuh bebuyutannya.
Sesampainya di kantin, Catherine melihat ketiga orang yang dicarinya tengah berbincang bersama. Mereka terlihat akrab meski Barbie tetap saja tidak menunjukkan ekspresi antusias seperti halnya Renata.
Catherine memicingkan matanya ke arah mereka berdua. Tatapan tidak suka ia tujukan khususnya ke arah Renata yang telah menjadi musuh lamanya.
"Hai, kamu pasti Biru mahasiswa komunikasi itu ya?" ucap Catherine menyapa Biru dengan tiba-tiba. Hal itu membuat Biru, Renata dan Barbie kaget dengan kedatangannya seketika menoleh kebelakang.
Biru yang sama sekali tidak tahu menahu tentang Catherine hanya memasang wajah datar. Renata merasa kehadiran Catherine memang disengaja untuk menganggu kebersamaan diantara mereka bertiga langsung melayangkan kata-kata sindiran, "Ah ... merusak suasana aja ini orang!"
Barbie langsung menarik lengan Renata agar tidak memancing keributan. Biru yang semula tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi akhirnya dapat menyimpulkan bahwa diantara mereka tidak memiliki hubungan pertemanan yang cukup baik. Hanya saja Biru enggan ikut campur dalam persoalan yang terjadi diantara para gadis-gadis di depannya.
"Eh, aku enggak lagi ngomong sama kamu, ya!" sergah Catherine pada Renata dengan tatapan tidak bersahabat sama sekali.
Renata terkekeh geli mendengar ucapan Catherine. Hal itu membuat Barbie, Diska, Amora bahkan Catherine sendiri bingung dengan sikapnya.
"Ampun deh ini cewek satu. Kayaknya kamu butuh ke dokter untuk periksa mata. Kayaknya butuh diperbaiki segera," sindir Renata lagi.
Catherine mulai kehilangan kesabaran. Tangannya mengepal kuat dan ingin segera melayangkan pukulan ke arah Renata. Namun secepatnya dihentikan oleh Zefan yang sudah berdiri di sampingnya. Catherine pun terkejut kemudian melihat siapa yang telah berani melakukan itu padanya.
"Zefan!" seru Catherine setelah mengetahui kekasihnya sendiri yang mencoba menghalangi niatnya.
Bukan hanya Catherine, Barbie juga Renata dan semua orang yang ada di kantin ikut terpana akan aksi yang dilakukan Zefan terhadap pujaan hatinya.
"Maaf, Honey. Tapi aku tidak akan membiarkan kamu melakukan hal buruk yang bisa merusak popularitas kamu," terang Zefan menjelaskan alasannya menghalangi apa yang dilakukan Catherine.
Dengan kesal, Catherine mendengkus keras dan segera pergi meninggalkan kantin. Ia terlihat sangat marah karena Zefan telah membuatnya merasa kalah di depan semua orang terlebih Renata juga Barbie.
"Sudahlah, Ren. Jangan memancing emosi Catherine seperti tadi. Untungnya ada Zefan yang menghalangi. Coba saja jika tidak ada dia, mungkin kamu ...."
"Stop, Bie! Stop! Sudah berapa kali aku bilang jangan memuji cowok itu lagi! Dia tidak sebaik yang kamu kira!" sentak Renata emosi. Hal itu membuat Barbie sedikit ketakutan dengan sikap Renata yang terlihat sangat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
RomanceBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...