14.BERITA BURUK!

7 3 0
                                    

Esoknya, Veronica mengajak Catherine untuk segera pergi ke asrama dimana Catherine akan menjalani hukumannya selama dua Minggu. Sementara Martin enggan ikut mengantar Catherine dan istrinya karena harus terbang ke Singapura untuk bertemu dengan klien disana.

Sebenarnya Martin memang jarang sekali memiliki waktu untuk jalan bertiga jika bukan untuk kepentingan bisnis. Veronica sendiri tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena ia tahu betul sang suami melakukan semuanya demi keluarga. Tapi tidak dengan Catherine yang telah menganggap kedua orangtuanya hanya mencintai harta, bukan dirinya.

Sepanjang perjalanan Catherine hanya sibuk dengan gadgetnya sebelum disita oleh sang Mama. Tidak ada percakapan apapun yang terucap diantara ibu dan anak itu. Veronica sendiri sejak tadi sibuk berbicara dengan sekretarisnya lewat handphone mengenai pekerjaan yang harus ditinggalkan hari ini. Begitu selesai dengan urusannya, Veronica mulai membuka obrolan.

"Catherine, kamu harus ingat baik-baik. Selama kamu tinggal di asrama, Mama tidak ingin mendengar masalah apapun yang kamu timbulkan. Kamu mengerti, kan?" ucap Veronica mengingatkan lagi, entah sudah berapa kali di dengar Catherine.

"Oke." jawab Catherine singkat dan datar.

"Bagus, jika kamu tidak membantah Mama. Kamu mungkin tidak akan Mama kirim ke asrama. Lagipula apa yang kamu lakukan itu sudah sangat keterlaluan. Kamu tahu acara kemarin adalah acara penting untuk keluarga kita. Untungnya semua percaya dengan apa yang Mama juga papa kamu katakan, jika tidak entahlah, apa kata media nanti tentang keluarga kita!" Papar Veronica panjang lebar membahas kembali acara kemarin.

Catherine hanya diam tidak tertarik sama sekali dengan ocehan sang mama. Tidak peduli apa yang akan terjadi dengan keluarganya, Catherine justru lega karena bisa membuat kedua orangtuanya kesal meski ujungnya dia harus mendapat hukuman.

"Kamu tidak usah khawatir, Mama sudah mengatur semua jadwal pemotretan dan tawaran endorse dari beberapa brand yang telah masuk. Mama juga sudah meminta sekretaris Mama untuk menghandle itu semua dan memintanya mengatakan jika kamu tengah menjalani perawatan di luar negeri." Jelas Veronica lagi.

"Ck, luar negeri? Baiklah, terserah Mama saja," jawab Catherine yang merasa geli dengan ucapan mamanya.

"Mama tidak mungkin membiarkan orang lain tahu terutama pihak sponsor dan media kalau kamu ada di asrama. Apalagi asrama ini terpencil. Apa kata orang-orang nanti tentang Mama dan papa kamu."

"Ya ... Ya ... Ya. Catherine tahu kok, Ma. Mama tidak perlu menjelaskan apapun, sebaiknya Pak Agus suruh cepat sedikit mengemudinya biar kita cepat tiba. Sekarang aku mau tidur." Pungkas Catherine yang kemudian membenarkan duduknya membelakangi sang mama.

Veronica hanya memandang Catherine sambil mendengkus kesal.

Zefan, Diska dan Amora sendiri rupanya sudah bersiap untuk menyusul Catherine ke asrama. Mereka bertiga mempersiapkan semua kebutuhan mereka selama perjalanan. Zefan telah memesan penginapan yang tidak jauh dari asrama tempat Catherine akan tinggal. Mereka bertiga telah mengajukan cuti kuliah selama dua Minggu ke depan dengan alasan acara keluarga.

Berita tentang cuti kuliah mereka bertiga membuat semua anak-anak di kampus memiliki kesempatan untuk bergosip. Mereka semua yakin jika mereka memang pergi untuk mengikuti Catherine ke Amerika. Tempat dimana Catherine dikabarkan menjalani perawatan kecantikan demi membintangi salah satu iklan produk kecantikan yang ada di Singapura.

Barbie yang juga mendengar berita itu dihinggapi rasa sedih. Tentu saja karena ia tidak akan bisa melihat Zefan selama dua Minggu lamanya. Sementara Renata justru sangat senang bukan main atas berita yang telah beredar tentang kepergian ke empat orang yang menurutnya tidak penting itu. Bagi Renata kepergian mereka adalah sebuah berita baik dan angin segar untuknya di kampus.

***

"Kucel sekali itu wajah, woi!" goda Renata pada Barbie saat mendapati wajah sahabatnya bermuram durja.

Renata tahu betul apa yang sedang dipikirkan Barbie. Untuk itu Renata justru ingin menggoda sahabatnya.

"Renata, apaan sih ...." ucap Barbie yang tidak mood saat Renata mencolek pipinya.

Tapi Renata justru tertawa lepas melihat ekspresi wajah Barbie yang kesal.

"Akhirnya aku bisa merasakan udara segar selama dua Minggu ke depan!" gumam Renata sambil tersenyum puas.

Barbie mencebikkan bibirnya mendengar ucapan Renata yang justru membuat ia semakin sedih.

"Ya Tuhan ... Berikanlah ketegaran dan kewarasan bagi sahabat hamba Barbie Graciella Wibowo agar tidak mati akibat memendam rasa rindu pada pria tidak bermutu seperti Zefan Afthara Orion. Amin!" seru Renata lantang yang membuat seisi ruangan terpaku melihatnya.

Barbie pun segera menutup mulut sahabatnya itu dengan buku yang dibacanya sejak tadi. Akibatnya Renata mengerang kesakitan akibat ulah Barbie yang spontan menepuk bibirnya dengan buku berisi 200 lembar.

"Gimana? Enak? Udah bisa diam? Heran deh itu mulut suka koar koar nggak jelas!" Cetus Barbie kesal.

Renata masih mengelus bibirnya yang masih terasa panas.

"Anarkis banget sih! Ini bibir untungnya masih asli. Coba aja kalau ini kena bibir itu si nenek sihir Catherine. Sudah pasti masuk Rana hukum!" ucap Renata memastikan bibirnya tidak ganti posisi.

Seolah tidak merasa bersalah dengan apa yang dilakukannya, Barbie justru melayangkan protes lagi pada Renata, "Makanya, kalau punya mulut dijaga. Banyak orang tuh! Lagipula sudah tahu aku sedih malah berulah. Aku tuh patah hati loh Renata ... Hibur aku kek, malah di kecengin. Sebel!"

Renata kembali tertawa. Tapi kali ini ia memasang pengaman pada bibirnya dengan menggunakan tangan agar tidak mengalami kejadian yang sama seperti tadi.

"Bie, cowok itu nggak cuma Zefan. Yang tampan dan lebih keren dari Zefan banyak di kampus ini. Ngapain sih harus banget gitu ngarep sama dia terus. Mau sampai ganti presiden pun, selama dia masih resmi pacaran sama si nenek lampir Catherine. Nggak akan ada harapan buat kamu bisa sama dia,"

Barbie menghela napas panjang. Memang tidak salah apa yang dikatakan Renata. Hanya saja, selama nama mereka belum tercatat di KUA, maka masih ada harapan baginya untuk bersama Zefan. Ratusan kali Renata selalu mengingatkan agar dirinya tidak berharap, Barbie justru yakin jika masa itu akan tiba.

"Baiklah, sekarang ayo kita ke kantin. Lapar sekali ini perut, aku yang traktir deh. Yuk!" ajak Renata setelah membenahi rambutnya.

Meski masih merasa sedikit kesal dengan Renata, Barbie nyatanya tidak menolak ajakan sahabatnya itu untuk ke kantin. Mereka berdua berjalan meninggalkan ruangan sambil sesekali bercanda. Semua yang terjadi beberapa menit lalu hanyalah sebagai bumbu dalam hubungan persahabatan diantara mereka yang tidak memiliki dampak apapun.

Meski Zefan tidak ada dan membuatnya sedih. Tapi dengan tidak adanya Catherine juga kedua temannya membuat suasana kampus menjadi lebih nyaman dan tenang.




No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang