Tidak seperti biasanya Renata marah seperti tadi. Barbie mencoba menelaah setiap ucapan yang dikatakan Renata tentang Zefan bukan cowok baik. Renata selama ini selalu menunjukkan rasa tidak suka pada Zefan membuat Barbie berpikir jika Renata tengah menyembunyikan sesuatu darinya tentang Zefan. Tapi mengenai apa dan seperti apa sebenarnya yang terjadi diantara mereka berdua, Barbie benar-benar tidak bisa berpikir.
Setelah kejadian di kantin kampus, Renata langsung pergi meninggalkan Barbie dan Biru. Tadinya ingin sekali Barbie mengejarnya, namun Biru melarangnya dengan alasan agar memberikan Renata waktu sendiri. Barbie pun mencoba mengikuti saran dari Biru. Dan mau tidak mau, Barbie harus menghabiskan waktunya di kantin bersama Biru.
Butuh waktu beberapa menit baginya untuk menghilangkan rasa tegang dan canggung selama susuk berdua dengan Biru. Sudah pasti semua mata tertuju padanya. Berbagai macam tatapan miring dan tidak suka serta penasaran akan kebersamaan mereka membuat Barbie terus saja dilanda rasa canggung. Untungnya Biru memahaminya dan mencoba membuat suasana menjadi lebih santai.
"Kamu pasti masih memikirkan Renata. Tenanglah, dia akan baik-baik saja," celetuk Biru seakan mengerti isi pikiran Barbie.
"Iya," jawab Barbie datar. Tidak dipungkiri ia merasa bersalah atas apa yang terjadi tadi. Andai saja dirinya tidak membela Zefan, mungkin Renata saat ini tidak akan marah kepadanya.
"Sudahlah, sebaiknya kamu habiskan minumannya. Memangnya kalian bersahabat sudah berapa lama?" tanya Biru kemudian mengalihkan pikiran Barbie tentang Renata.
"Dua tahun lebih," jawab Barbie sambil memutar sedotan minumannya.
Biru mengangguk seolah mengerti apa yang terjadi. Dengan penuh keberanian, Barbie menanyakan apa yang ada dalam pikirannya tentang hubungan persahabatan diantara mereka. Biru pun mengatakan jika tidak ada yang dipikirkannya tentang mereka. Biru juga menjelaskan bahwa dalam sebuah hubungan pasti akan ada fase dimana saling menunjukkan ego masing-masing. Tapi semua kembali lagi kepada diri sendiri, mau sama-sama mempertahankan ego atau mengalah dengan mencoba memahami apa yang terjadi.
Barbie mendengar ucapan Biru dengan baik-baik. Ada sedikit pencerahan atas apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya tentang Renata. Dia selama ini secara tidak sadar telah melukai Renata dengan egonya membahas tentang Zefan yang sudah jelas-jelas tidak disukai Renata.
"Kalau menurut kamu, apakah aku salah dalam hal ini?" tanya Barbie mencoba mencari jawaban lewat Biru.
Biru menarik napas panjang sesaat, lalu mengeluarkannya perlahan. Kemudian ia menjawab pertanyaan yang diajukan Barbie kepadanya, "Jujur saja, aku sama sekali tidak mengerti apa persoalan diantara kalian berdua. Tapi jika kamu bertanya soal kejadian tadi, melihat bagaimana reaksi Renata setelah kamu membela cowok yang menjadi kekasih musuhnya. Jika aku sebagai Renata akan merasa kecewa. Karena maaf saja, Renata sepertinya tidak begitu menyukai cowok tadi." tutur Biru memberikan spekulasi nya.
Barbie mendengkus lemas. Dia benar-benar merasa bersalah atas apa yang sudah dilakukannya.
"Tidak perlu merasa bersalah begitu. Aku yakin Renata hanya tersulut emosi sesaat. Tunggulah sampai besok, mungkin dia sudah lebih baik. Kamu bisa bicara dengannya dan meminta maaf jika perlu," imbuh Biru yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.
Barbie tersenyum bahagia karena berkat masukkan dari Biru bisa membuat dirinya tahu apa yang harus dilakukannya nanti.
"Makasih ya Bi, buat sarannya," ucap Barbie sebelum Biru pergi dari kantin. Sementara Biru mengangguk dan mengulas senyum tipisnya lalu pergi meninggalkan Barbie seorang diri.
***
Di dalam ruangan kosong, Catherine meluapkan kekesalannya pada bangku dan kursi serta barang-barang yang ada di dalam sana. Amora dan Diska sudah berusaha untuk menenangkan Catherine sejak tadi, hanya saja tidak berhasil sama sekali. Mereka benar-benar dibuat kebingungan dan juga ketakutan akan aksi yang dilakukan Catherine.
Untungnya tak lama setelah itu Zefan datang menghampiri mereka dan mencoba untuk menenangkan Catherine. Diska serta Amora memutuskan untuk pergi dari sana dan membiarkan Zefan yang menangani amukan Catherine.
Kondisi ruangan kosong yang semula tertata dengan rapi kini benar-benar terlihat berantakan. Amukan Catherine menunjukkan jika dirinya dipenuhi emosi tingkat tinggi. Zefan menghela napas dalam-dalam sebelum akhirnya meminta Catherine agar menghentikan aksinya.
"Honey, ayolah. Hentikan semua ini. Kamu akan mendapat masalah jika ketahuan Rektor dan Dekan. Kamu bisa kena skors," bujuk Zefan yang berdiri di belakang Catherine. Sementara Catherine tidak menghiraukannya, ia masih saja dikuasai kemarahan atas apa yang terjadi.
Zefan kembali mencoba membujuk dan menenangkan Catherine. Sebenarnya baru kali ini juga Zefan melihat bagaimana Catherine marah. Selama ini Catherine hanya merajuk padanya dengan tidak pernah mengangkat telepon atau membalas pesannya. Tidak pernah ia bayangkan sebelumnya jika kekasihnya yang seperti bidadari itu marah dan bisa melakukan hal seperti ini. Zefan kali ini benar-benar merasa seperti mendapat shock terapi.
"Catherine! Stop! Aku tahu kamu marah, aku juga minta maaf atas sikapku tadi di kantin. Aku benar-benar tidak memiliki maksud untuk mempermalukan kamu, semua yang aku lakukan tadi demi kebaikan kamu juga!" seru Zefan yang akhirnya kehilangan kesabaran atas apa yang dilakukan kekasihnya.
Mendengar suara Zefan meninggi, Catherine menghentikan aksi gilanya. Dia masih belum memalingkan tubuhnya ke belakang. Butuh waktu baginya untuk mengatur detak jantungnya yang terpacu kencang karena amarah.
Menyadari Catherine sudah lebih tenang, Zefan pun ikut mengatur nadanya juga. Kemudian ia berjalan menghampiri Catherine dan memeluknya dari belakang. Catherine tidak memberikan respon apapun. Dia masih berusaha untuk mengatur emosinya agar Zefan tidak marah padanya. Bagaimanapun Catherine begitu mencintai Zefan, dirinya tidak ingin satu-satunya orang yang paling berharga dalam hidupnya juga akan meninggalkannya.
"Tenanglah, Honey. Aku ada disini. Aku selalu ada untukmu, maaf jika tadi aku harus membuatmu tersinggung. Aku ...." Belum sempat Zefan melanjutkan kalimatnya, Catherine langsung menguasai bibir Zefan dengan bibirnya.
Amora dan Diska yang menunggu di luar sejak tadi tidak sengaja ikut melihat adegan romantis itu secara langsung. Mereka sama-sama membungkam mulutnya dengan tangan masing-masing agar tidak terdengar dari dalam. Ada perasaan lega dan juga kesal karena ulah Catherine yang dianggap mereka seperti seseorang yang kerasukan setan. Meski selama ini Catherine terkenal dengan ratu huru hara, tapi mereka berdua belum pernah melihat Catherine se marah tadi.
Ciuman yang terjadi untungnya tidak berlangsung lama. Zefan sengaja melepaskan bibirnya dari bibir Catherine karena tidak ingin kejadian tadi dilihat orang lain dan akan membuatnya mendapat masalah. Nama baik keluarganya benar-benar harus ia jaga meski sebenarnya Zefan begitu menikmati ciuman yang diberikan Catherine padanya.
"Ayo kita keluar sebelum orang lain melihat kita dan ruangan ini," ajak Zefan pada Catherine yang diikuti Amora dan Diska dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
عاطفيةBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...