26.PERMINTAAN MAAF

7 2 0
                                    

Minggu pagi Barbie sudah bersiap untuk pergi ke rumah Renata. Dirinya mengikuti kata-kata Biru untuk memberikan Renata jeda sendiri meredam kemarahan serta kekecewaan akibat ulahnya. Dan setelah dua hari berlalu dengan perasaan was-was, akhirnya Barbie memberanikan diri untuk datang ke rumah Renata meminta maaf.

Setelah berpamitan dengan papa dan mamanya, akhirnya Barbie pergi menggunakan ojek online yang beberapa waktu lalu dipesannya melalui aplikasi yang tengah hits. Setibanya di depan halaman rumah Renata, Barbie segera mengetuk pintu rumah yang terlihat sepi. Barbie awalnya mengira jika Renata mungkin saja sedang tidak ada dirumah, tapi Barbie tetap saja mengetuk sekali lagi pintu itu memastikan.

Cukup lama berdiri, Barbie merasa jika benar Renata sedang tidak berada di rumah. Ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah Renata. Tapi sebelum itu, ia harus memesan ojek online lagi. Selama menunggu kedatangan ojek itu, Barbie berpikir kemana perginya Renata di hari Minggu ini. Ada beberapa tempat yang biasanya dikunjunginya, sehingga hal itu tidaklah mungkin bagi Barbie mendatangi tempat itu satu persatu.

Lima menit menunggu, akhirnya tukang ojek itu pun datang. Barbie segera naik dan berlalu meninggalkan rumah Renata menuju tempat sesuai yang diinginkannya tadi.

Barbie memutuskan untuk bersantai sejenak di salah satu kafe cokelat dekat taman kota. Biasanya dirinya dan Renata menghabiskan Minggu santai disana sampai sore. Tapi minggu kali ini, semua tampak berbeda. Meski kadang mereka tidak bersama, tapi hubungan mereka baik-baik saja. Namun sekarang, hubungan diantara mereka sedang tidak baik-baik saja.

Segelas Nescafe ice menemaninya di sudut kafe itu. Ditemani lantunan musik klasik yang membuat hati menjadi damai.

"Kemana perginya kamu, Renata? Kenapa dari dua hari lalu nomor telepon kami tidak aktif?" gumam Barbie lesu memikirkan keberadaan Renata.

Dalam kesendiriannya, Barbie kembali menikmati minumannya sambil memperhatikan para pengunjung kafe itu datang dan pergi. Hari Minggu seperti ini memang harinya anak muda. Terutama pasangan muda mudi yang tentunya memiliki hubungan sebagai seorang pasangan kekasih datang berkencan.

Barbie mendengkus lemas. Melihat dirinya sendiri di kafe itu tanpa memiliki pasangan, entah pasangan kekasih, ataupun teman minum kopi. Dirinya benar-benar terlihat menyedihkan!

Dan saat dirinya sibuk dengan pikirannya yang tidak karuan, tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya dari samping. Barbie terkejut dan melihat ke arah suara. Matanya terbelalak melihat siapa yang ada di depannya.

"Renata!" serunya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Barbie pun kembali mengusap kedua matanya dengan kedua tangannya memastikan penglihatannya tidak salah.
Dan benar, orang itu benar-benar Renata sahabatnya yang sejak dua hari tidak bisa tidur dengan tenang.

"Udah kali lihatnya. Matamu mau lepas itu," ucap Renata yang kemudian duduk di sebelah Barbie.

Karena senangnya, Barbie langsung memeluk sahabatnya itu sangat erat sampai Renata terbatuk-batuk kehabisan napas.

"Woi! Jangan kencang-kencang dong! Bisa mati ini aku!" seru Renata sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Barbie yang mematikan.

Menyadari pelukannya terlalu erat, Barbie melepaskan pelukannya. Renata pun menghela napas panjang mengatur ritme jantungnya yang kembang kempis.

"Sorry deh, aku tadi terlalu happy lihat kamu ada disini," kata Barbie menjelaskan perasaannya.

"Happy sih happy. Tapi enggak mode bunuh orang begitu-" protes Renata.

Barbie terkekeh geli, dirinya tidak peduli dengan apa yang dikatakan Renata. Yang paling penting sekarang sahabatnya yang sudah dua hari lalu menghilang tanpa kabar telah berada di sampingnya.

***

Percakapan kedua manusia absurd itu pun dimulai. Barbie ingat akan tujuannya untuk meminta maaf pada Renata. Meski sekarang sahabatnya itu sudah terlihat tidak marah dan membahas persoalan kemarin, tetap saja Barbie wajib meminta maaf seperti yang dikatakan Biru.

"Ren, aku mau minta maaf sama kamu soal kemarin. Aku tahu aku sudah egois selalu membicarakan Zefan di depan kamu selama ini. Tapi sumpah! Kemarin aku enggak ada maksud lain untuk tidak hargai perasaan kamu!" ucap Barbie menjelaskan semua.

Renata hanya terdiam. Melihat sikap Renata begitu, ada perasaan takut yang menyeruak di dalam hati Barbie, ia takut suasana hati Renata kembali buruk. Tapi Barbie menyiapkan diri jika Renata mau memarahinya lagi. Yang paling penting ia sudah meminta maaf dan menjelaskan apa yang ingin ia katakan sejak kemarin.

"Huh! Sudahlah, masalah kemarin aku sudah anggap selesai. Sebenarnya itu juga bukan sepenuhnya salah kamu, Bie. Aku juga salah sudah bersikap kasar seperti kemarin sama kamu. Enggak seharusnya aku bentak kamu di depan umum. Aku minta maaf ya, Bie?" Kini Renata yang ganti meminta maaf.

Keduanya saling bertatapan, kemudian mereka kembali berpelukan. Air mata keduanya menetes berjatuhan. Mereka sama-sama menyesali perbuatannya.

"Jadi- Biru yang memintamu untuk melakukan hal ini? Wow! Cowok itu benar-benar keren!" puji Renata masih tidak percaya.

"Begitulah. Karena kemarin kamu sudah meninggalkanku begitu saja, akhirnya mau tidak mau aku harus duduk berdua di kantin bersamanya. Tahu tidak, semua orang melihat kami! Sungguh malang nasib ini," tukas Barbie dengan wajah melas membayangkan kejadian dua hari lalu.

Namun Renata justru tertawa terbahak mendengar dan melihat ekspresi wajah Barbie. Hal itu semakin membuat Barbie gemas ingin mencubit lengan Renata.

"AW! Sakit Barbie Graciella Wibowo! Benar-benar nih, ya. Aku laporin ke Komnas HAM tentang perlindungan anak karena ini namanya sudah KDRP!" ungkap Renata kesal karena kesaktian akibat lengannya dicubit Barbie.

"Apa kamu bilang tadi? KDRP? Apaan itu?" tanya Barbie bingung.

"KDRP (Kekerasan Dalam Rana Pertemanan) Aku mau lapor sama Kak Seto loh!" Renata menjelaskan dengan nada meyakinkan.

Barbie menahan tawa. Dia benar-benar tidak habis pikir bagaimana sahabatnya itu selalu membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.

"Baiklah, jika adek Renata mau melaporkan hal ini Kaka persilahkan. Sampai bertemu di meja kuning," balas Barbie tak mau kalah menanggapi candaan Renata.

Dua orang itu benar-benar menikmati masa baikan mereka. Tidak peduli sedari tadi banyak yang melihat kelakuan absurd mereka berdua bahkan membicarakannya.

"Bie, aku rasa Biru itu cocok sama kamu. Sudah baik, ganteng, nggak banyak ngomong, tapi sekali ngomong langsung mengena di hati! Benar-benar cowok idaman!"
timpal Renata mengganti topik obrolan diantara mereka.

Senyum sumringah yang sejak tadi terukir di bibir Barbie langsung meredup saat Renata mengatakan tanggapannya tentang Biru.

"Kok lesu gitu, sih! Kenapa? Ucapan aku enggak salah, kan? Buktinya kamu sendiri minta pendapat dia. So- aku itu yakin kalau sebenarnya kalau kalian itu cocok! Dan sebagai sahabat yang baik juga pengertian, aku akan mendukung kalian seratus persen!" imbuh Renata lagi.

Barbie memikirkan ucapan Renata, bagaimana pendapatnya tentang Biru sama persis dengan pemikirannya. Bukan soal kecocokan diantara mereka, tapi ia sepemikiran tentang bagaimana sosok Biru yang dianggapnya selama ini seperti cowok aneh.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang