Acara makan malam selesai, Clarissa kini berada di dalam kamarnya. Tempat dimana sejak kecil hingga remaja menghabiskan waktunya untuk melihat Bara dari jendela kamar.
Rumah Clarissa dan Bara bersebelahan, dan secara kebetulan kamar mereka pun berhadapan. Hal itu membuat keduanya sering menghabiskan waktu bersama, bercengkrama melalui telepon yang mereka buat dari gelas dan benang. Terkadang mereka juga bergantian mengirimkan makanan ataupun barang lewat tali yang dikaitkan pada keranjang untuk menaruh barang-barang yang mereka kirim. Sungguh masa lalu yang manis.
Clarissa tersenyum sendiri mengingat masa-masa itu bersama Bara. Sebenarnya setelah dirinya tiba di Indonesia, ingin rasanya ia segera bertemu dengan Bara. Hanya saja setelah dipikir-pikir, Clarissa belum siap. Lagipula keluarga adalah yang utama. Untuk itu ia menunda keinginannya bertemu dengan Bara.
Dari jendela kamarnya saat ini, Clarissa tidak bisa memalingkan pandangannya selain ke kamar Bara. Jendela kamar pemuda itu sudah tertutup rapat dan lampu kamarnya padam. Clarissa berpikir jika Bara sudah tidur saat ini. Ia pun menutup kembali jendelanya dan pergi ke dalam pelukan king size bed miliknya yang sudah lama ia rindukan. Tak lama setelah itu, Clarissa tertidur dengan pulas.
Sementara di ruang keluarga, mama papa serta Kalina masih terjaga. Mereka bertiga masih belum beristirahat, ada beberapa obrolan yang mereka bahas disana. Salah satunya tentang surprise yang sudah mereka rencanakan untuk Clarissa setelah kepulangannya dari London.
Kalina yang sebenarnya sudah tidak sabar untuk memberi tahu Clarissa mengenai siapa sosok pria yang akan menjadi calon suaminya nanti terpaksa harus bersabar demi berjalannya rencana.
"Ma, Mama yakin Clarissa senang mendengar apa yang akan kita sampaikan nanti?" tanya Kalina tidak yakin.
"Tentu, Sayang. Adikmu itu pasti akan senang. Pasti lah dia kaget setelah mengetahui hal ini. Tapi Mama dan Papa yakin, kalau Clarissa akan happy, bahkan heboh sendiri nanti," jawab Yola meyakinkan.
Kalina tersenyum mengerti. Selama ini, tidak pernah ada satu hal apapun yang dirahasiakan antara mereka. Baik Kalina dan Clarissa, keduanya selalu saja bertukar cerita, berbagai suka dan duka. Menyelesaikan masalah yang ada jika salah satu dari mereka ada masalah. Hidup rukun dan saling menyayangi adalah keharusan dalam keluarga mereka.
"Baiklah, kalau begitu sekarang kita sebaiknya beristirahat. Besok adalah hari besar untuk kita semua," ajak Yola pada suami dan Kalina.
Mereka semua akhirnya beranjak dari ruang keluarga dan pergi beristirahat di kamar masing-masing.
Di kamarnya, Kalina masih memikirkan bagaimana nanti reaksi Clarissa saat mengetahui siapa calon suaminya. Selama satu bulan ini, dirinya harus merahasiakan identitas pria yang akan menikahinya. Kalina bahkan sudah menulis surat untuk Clarissa sebagai bentuk dari permintaan maaf sekaligus penjelasan mulai dari A sampai Z tentang semua yang terjadi. Itu semua dilakukannya untuk berjaga-jaga apabila Clarissa marah dan kecewa karena selama ini sudah merahasiakan berita bahagia darinya.
Esoknya, Clarissa harus absen dari acara sarapan bersama. Kedua orangtuanya dan Kalina memahami jika Clarissa belum terbiasa dengan pergantian waktu dari London ke Indonesia. Untuk itu, Yola meminta Bik Siti untuk menyiapkan sarapan Clarissa nanti jika sudah bangun.
"Bagaimana dengan acara nanti malam, Lin? Apakah calon mantu kesayangan kami berdua itu sudah siap mengajak keluarganya datang melamar kamu?" tanya Anton menggoda putri sulungnya.
"Sudah dong, Pa. Tadi Kalina sudah menghubungi dia. Katanya nanti sore semua sudah berkumpul. Kalina benar-benar nervous!" pekik Kalina yang terlihat cemas.
"Tenanglah, Sayang. Mama juga begitu dulu saat Papa kamu datang melamar. Perasaan itu yang nantinya akan membuat kamu teringat kembali setiap momen indah dalam hidup jika sudah seusia Mama. Benar kan, Pa?" ujar Yola menenangkan Kalina.
Anton mengangguk membenarkan ucapan istrinya. Meski keduanya dulu menikah karena perjodohan, tapi cinta mereka justru tumbuh setelah prosesi lamaran.
"Pagi ini sebenarnya Mama mau mengajak Clarissa datang ke butik mengambil bajunya. Tapi melihat jam segini dia belum juga bangun, Mama harus ubah rencana. Pagi ini Mama mau cek semua persiapan pertunangan kamu. Dan nanti jika Clarissa bangun, kamu ajak dia pergi ke butik. Mama sudah menghubungi tante Rosa untuk buat janji temu dengannya. Kamu bisa mewakili Mama nanti, mengenai apa yang kurang dalam baju Clarissa kamu bisa sampaikan ke Tante Rosa." Yola menjelaskan panjang lebar apa yang harus dilakukan. Kalina mengangguk mengerti.
Anton sendiri masih sibuk dengan urusan pekerjaannya meski ia berada di rumah. Yola sang istri acap kali melayangkan protes pada suaminya itu agar bisa fokus pada acara lamaran Kalina.
***
Jam setengah sepuluh, Clarissa akhirnya bangun dari tidur panjangnya. Meski begitu matanya tetap saja rasanya sulit untuk terbuka. Beberapa menit ia berupaya untuk bangun dan membuang rasa kantuknya yang masih menempel di badan. Masih dengan mata terpejam setengah terbuka, Clarissa melihat jam dinding yang terpatri di atas pintu kamarnya. Sedikit terkejut ia melihat angka berapa pada jarum jam itu.
Dengan sedikit hembusan napas, Clarissa menuju kamar mandi dan segera bersiap untuk menyapa seluruh keluarganya yang sudah tentu bangun lebih awal darinya.Setengah jam kemudian, Clarissa keluar dari kamar mandi dan bergegas bersiap diri merias wajahnya yang masih terlihat sembab karena bangun tidur.
"Ayolah Clarissa, ini hari yang kamu tunggu-tunggu. Bersiaplah mengukir sejarah! Kamu harus terlihat cantik dan anggun agar dia langsung jatuh cinta padamu!" serunya memberi semangat pada sistem sendiri.
Setelah dirasa cantik sesuai standarisasinya, Clarissa turun dari kamar dan langsung mencari semua orang yang ada di rumah. Termasuk para pekerja yang setia menemani dan melayani keluarganya selama bertahun-tahun. Tak lupa Clarissa membawa beberapa bingkisan kado untuk dibagikan kepada semua orang.
"Bik Siti-" panggil Clarissa dari ruang tengah. Ia tahu pembantunya itu saat ini pasti berada di dapur. Karena jarak dapur bersih dan ruang keluarga cukup dekat, makanya Clarissa memanggil dari sana.
Mendapati Clarissa memanggil, Bik Siti segera berlari menghampiri. "Iya Mbak, Clarissa. Ada yang bisa Bibik kerjakan?" tanya Bik Siti ramah.
"Enggak ada kok, Bik. Aku cuma mau kasih ini, tolong di terima, ya? Semoga Bibik dan keluarga Bibik di rumah suka," ucap Clarissa memberikan satu bingkisan berukuran besar pada pembantunya.
"Terimakasih, Mbak Clarissa. Semoga Tuhan membalas kebaikan Mbak. Bahagia dunia dan akhirat. Amin!" kata Bik Siti mendoakan dengan tulis. Clarissa ikut mengamini.
Classical kembali membagikan bingkisannya kepada Pak Ujang, Pak Yayan dan Rodiah. Mereka semua pegawai di rumah Clarissa. Hal yang sama pun turut di ucapkan oleh mereka bertiga untuk Clarissa secara bergantian.
"Kamu sudah bangun rupanya," suara Kalina mengagetkan Clarissa yang tengah asyik bercanda gurau dengan ketiga pembantunya tadi.
"Hai, Kak. Sorry aku bangun kesiangan. Kakak tahu aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri disini," ucap Clarissa yang memang sejak tadi ingin mencari kakaknya.
"Makanlah dulu, biar Bik Siti menyiapkan makananmu. Setelah itu, kita harus pergi ke butik mengambil gaun milikmu," ajak Yola kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
RomanceBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...