"Ren, boleh tanya gak. Zefan tadi ngapain?" tanya Barbie yang penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Renata dan Zefan.
"Nggak ngapa-ngapain, kok." Seperti biasanya, Renata menjawab dengan datar.
"Beneran? Tadi si Catherine kenapa bisa marah-marah sama kamu?" Barbie kembali bertanya karena menurutnya masih ada yang mengganjal.
Kejadian antara Zefan dan Renata membuat heboh semua mahasiswa. Pasalnya, Catherine mengamuk dan menuduh sahabatnya itu menggoda Zefan. Padahal Barbie tahu selama ini Renata justru sangat membencinya.
"Biasalah, dia emang cewek nggak waras. Cowoknya juga nggak jelas ngajakin aku ngomong." Renata kembali menerangkan apa yang terjadi.
Barbie hanya diam. Dia percaya bahwa ucapan Renata benar adanya, selama ini dirinya tidak pernah melihat Zefan dan Renata bicara. Menurutnya mungkin ada yg ingin ditanyakan Zefan kepada Renata, tapi sahabatnya itu tidak memberikan respon atas pertanyaan Zefan. Dan banyak orang yang salah mengartikan keduanya tadi, termasuk Catherine.
"Baiklah, kalau begitu sebaiknya kita pergi. Mama lagi buat tester kue baru, loh." Barbie mengajak Renata untuk pergi meninggalkan ruangan.
Keduanya pun bergegas menuju toko kue Riyanti. Kejadian di taman kampus membuat Renata tidak nyaman. Sepanjang perjalanan menuju toko, pikirannya hanya dipenuhi oleh Zefan. Mantan kekasihnya itu kenapa tiba-tiba datang menemuinya dan mengajaknya bicara. Padahal Zefan sendiri sudah tahu jika ia tidak pernah sudi berhubungan apapun dengan cowok itu setelah keduanya putus. Ada perasaan penasaran di dalam pikirannya apa yang ingin dibicarakan Zefan tadi.
Sementara itu, Zefan tengah mencoba menjelaskan tentang kejadian yang sebenarnya kepada Catherine. Zefan tidak ingin Catherine melakukan hal buruk yang bisa mencelakai dirinya. Amora dan Diska sudah angkat tangan mengenai Catherine jika tengah emosi tinggi.
"Sudahlah, Honey. Jangan buat keadaan semakin buruk. Hubungan kita akhir-akhir ini terasa tidak sehat karena kamu yang gampang emosi. Dan selalu saja kamu melampiaskannya ke orang lain. Aku sudah bilang sama kamu, aku dan Renata tidak ada apa-apa!" seru Zefan kehabisan akal membuat Catherine bisa mengerti.
"Kamu pikir aku bodoh! Kalian berdua tadi di taman, mana ada aku percaya kalian nggak ada hubungan apa-apa?!" ucap Catherine masih dengan nada emosi.
"Memangnya kalau di taman kenapa? Apa ada yang salah? Tadi kita berdua tidak sengaja ketemu disana. Aku cuma menyapanya dan ingin mengajaknya bicara, hanya itu!" terang Zefan lagi.
Catherine masih tidak percaya. Dirinya merasa jika Zefan telah berbohong kepadanya. Dengan sisa emosi yang tersisa, Catherine meminta Zefan untuk pergi meninggalkannya. Awalnya Zefan tidak mau. Tapi karena Catherine mengancam akan membenturkan kepalanya ke tembok jika tidak mengikuti keinginannya, akhirnya Zefan menyerah dan pergi meninggalkannya Catherine.
"Sorry, Ra. Sepertinya teman kamu itu emosinya masih belum reda. Sebaiknya kalian berdua pergi juga, percuma kalian disini. Biarkan saja dia sendiri, mungkin itu lebih baik," ucap Zefan pada Amora juga Diska.
Keduanya pun mendengarkan ucapan Zefan. Bagaimana tidak, Zefan sendiri yang merupakan kekasihnya tidak bisa membuat emosi Catherine reda. Apalagi mereka berdua sudah sering mendapat amukan Catherine saat mereka mencoba menenangkan.
"Zefan, kalau Catherine kenapa-kenapa gimana?" tanya Diska yang masih tidak tega meninggalkan Catherine sendirian.
"Tidak apa. Aku rasa dia cukup dewasa untuk berpikir. Mungkin dengan kita pergi, dia jadi bisa berpikir jernih. Tidak perlu dipikirkan, Diska. Heran juga sama Catherine, punya dua sahabat baik seperti kalian harusnya bersyukur," gumam Zefan setelah meneguk botol minuman.
Baik Diska dan Amora kedua hanya saling berpandangan. Mereka merasa ucapan Zefan benar adanya. Selama ini Catherine begitu kasar dan tidak pernah menghargai mereka sebagai sahabat baiknya. Meski mereka kecewa, tapi rasa sayang keduanya pada Catherine tidak bisa pudar.
***
Biru yang tengah berada di Singapura bersama sang mama tengah merasa rindu akan sosok Barbie yang dinilai unik. Padahal baru satu hari dia tidak melihat Barbie, namun rasa gelisah begitu jelas terasa.
"Kamu kenapa, Sayang? Sepertinya Mama perhatikan sejak tadi kamu gelisah. Apa ada yang kamu pikirkan? Ayo cerita sama Mama, siapa tahu Mama bisa bantu masalah kamu," tanya Mama Biru setelah keduanya duduk di ruang makan apartemen.
"Nggak ada kok, Ma. Biru cuma ngantuk," jawab Biru berbohong.
"Are you sure?" tanya sang Mama lagi menegaskan.
Biru tidak langsung menjawab, di berpikir beberapa saat. Dia tahu benar bahwa sang mama selalu tahu jika dia berbohong. Begitu juga dengan mama Biru yang sudah sangat mengenal anaknya dengan baik. Untungnya mama Biru tidak pernah memaksa agar Biru menceritakan apa yang menjadi pikirannya selama Biru masih enggan bercerita.
"Baiklah, Boy. Kita sebaiknya makan siang dulu. Hari ini kita akan jalan-jalan, bukan? Mumpung hari ini jadwal Mama kosong. Sengaja Mama ingin menghabiskan waktu bersama dengan kamu. Apa kamu suka?"
"Iya, Ma. Tentu Biru suka." jawab Biru yang mencoba melupakan sejenak pikirannya akan Barbie.
Kepergian Biru ke Singapura selain untuk menemani mamanya melakukan medical check up, tapi juga melakukan agenda liburan yang wajib dilakukan dengan sang mama. Dimana itu sudah menjadi kebiasaan sejak ia kecil. Bagi keluarga Biru, hal kecil seperti itu mampu membuat hubungan diantara anggota keluarga menjadi lebih baik, semakin sayang dan tentunya harmonis.
Setelah selesai makan, Biru dan mamanya segera bersiap untuk pergi ke Singapura Flyer.
Dimana itu merupakan salah satu wahana terpopuler di Singapura. Sejenis bianglala seperti yang ada di Dufan, namun ukurannya jauh lebih besar. Bahkan dikatakan terbesar di seluruh dunia dengan tinggi 165 meter. Sekali putaran akan memakan waktu sekitar 30 menit dengan kapasitas 10-15 orang tiap kabin.Biru dan mamanya tidak pernah absen untuk mencoba wahana itu. Selain untuk mengenang masa-masa bersama mendiang papanya. Biru bisa melihat juga menikmati pemandangan kota Singapura. Bahkan bisa juga melihat Indonesia dan Malaysia dari Singapura Flyer itu.
Barbie dan Renata sudah sibuk mencicipi kue terbaru yang dibuat Riyanti. Keduanya sampai tidak sadar sudah menghabiskan begitu banyak roti yang ada di nampan. Riyanti sendiri hanya menggelengkan kepalanya melihat kedua gadis itu sedang sibuk sendiri.
"Tante, ini kue nya enak banget! Renata boleh nambah, kan?" tanya Renata yang sebenarnya hanya basa basi. Mengingat sejak tadi mulutnya tidak bisa berhenti mengunyah.
"Iya, Ren. Boleh. Makan saja, itu memang Tante siapkan untuk kalian berdua. Tapi ingat, ya. Selesai makan bantuin Tante beres-beres," ucap Riyanti kemudian.
"Siap, Tante! Tenang saja, semua beres kalau perut sudah terisi begini," ujar Renata.
Sementara kali ini Barbie tidak ikut menyahuti pembicaraan mereka. Dia hanya fokus dengan kue buatan mamanya, hal itu membuat Renata dan Riyanti ingin menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
RomanceBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...