"Jangan khawatir, aku akan melakukan apapun demi mendapatkan apa yang aku inginkan!" ucap seorang gadis yang tengah duduk sambil meneguk segelas orange juice ditangannya dengan penuh keyakinan.
"Semoga kau berhasil, Nancy. Jika tidak, kami akan mentertawakanmu selama kami bisa!" sahut salah seorang gadis lainnya yang berada dipangkuan seorang pria setengah sadar karena kebanyakan minum alkohol.
"Kau tidak percaya padaku, Sella? Bukankah aku terlihat menarik di depan pria manapun? Apa kau lupa jika kekasihmu itu pernah mengajakku berkencan sebelum akhirnya dia mengencanimu?" balas Nancy dengan tatapan menghina.
"Sialan! Jangan bahas itu lagi. Sebaiknya persiapkan dirimu untuk mencari target pria mana yang akan kau ajak berkencan," terang Sella sebelum meninggalkan tempat dan memberikan temannya itu sendirian.
Setelah kepergian Sella, gadis yang bernama Nancy itu masih sibuk melanjutkan orange juice yang sebelumnya masih tersisa setengah gelas. Ia menikmati kesendiriannya di club yang ramai. Suara instrumen musik EDM yang diputar DJ menambah riuh suasana.
Nancy tak pernah absen dari malam gemerlap buatan itu. Setiap malam ia selalu datang ke satu club ke club lainnya demi mencari ketenangan. Meskipun demikian, Nancy bukan peminum berat, tidak seperti temannya yang lain yang jauh lebih gila ketika meneguk minuman setan itu. Ia hanya merasa bahwa hidupnya sepi.
Sudah hampir subuh Nancy masih setia duduk di sofa club. Dia masih sadar 100% namun enggan beranjak dari sana. Padahal salah seorang pelayan disana sudah memintanya untuk pergi meninggalkan tempat. Mungkin saja ia bisa di usir sejak tadi, tapi karena mereka sudah cukup mengenal Nancy sehingga membuat mereka sedikit memberikan kelonggaran waktu.
"Maaf, Kak. Bisa minta tolong antarkan Pria disana untuk pulang?" kata salah satu pelayan club sambil menunjuk ke arah samping Nancy.
Sontak Nancy mengikuti arah telunjuk pelayan tadi. Disana ia mendapati seorang pria tengah terkulai lemas tak sadarkan diri karena terlalu banyak minum alkohol.
"Apa dia sendirian sejak tadi?" tanya Nancy kepada si pelayan.
"Iya, Kak. Kami melihatnya sejak pertama kali datang. Pria itu memesan beberapa botol minuman padahal sudah terlihat sangat berantakan. Karena itu kami minta kakak bisa membawanya pergi," terang pelayanan dengan penuh pengharapan.
Akhirnya Nancy dengan sedikit terpaksa harus membawa pria tak sadarkan diri itu untuk ikut bersamanya pergi. Untung saja dua pelayanan pria club membantunya untuk menopang tubuh pria itu ke dalam taksi yang sudah menunggu mereka di depan pintu club. Nancy sebenarnya tidak tahu harus membawa pria asing yang baru saja ditemukannya kemana. 'Haruskah aku membawanya ke rumah?' tanyanya sendiri kebingungan. Sementara supir taksi tadi hanya memandang kearah Nancy dari cermin kaca depan. Cukup lama menunggu, akhirnya supir itu bertanya,
"Ini kita mau kemana, Bu?" tanya supir taksi yang menunggu aba-aba untuk pergi.
Mendengar ucapan supir tadi memanggil namanya dengan sebutan 'Bu' membuat Nancy tidak nyaman. Dia masih belum menikah meskipun usianya sudah kepala tiga. Bukan karena dirinya tidak menarik, hanya sat dia merasa belum ada pria manapun yang mampu membuatnya terpikat. Bentuk tubuhnya masih terjaga dengan baik, itu semua karena perawatan yang dilakukan setiap satu minggu sekali. Tak lupa karena keikutsertaan dia dalam mengikuti kelas zumba yang diberikan secara gratis oleh sahabatnya yang merupakan salah satu instruktur disana. Pola makan sehat dan diet ketat yang dilakukan Nancy sejak lulus kuliah membuat dirinya terlihat paripurna.
"Ke Hotel saja, Pak!" seru Nancy dongkol karena tersinggung dengan panggilan pak supir.
"Hotel mana, Bu?" tanya pak supir itu lagi karena bingung kemana ia harus membawa penumpangnya.
Nancy mendengus kesal, beberapa kali ia membuang napas dalam-dalam agar tidak sampai keluar kata-kata pedas dari mulutnya. "Hotel Mawar. Bawa kami kesana sekarang!" ucap Nancy lagi masih berusaha menahan emosi.
Tanpa tahu apa yang penumpangnya rasakan, supir itu segera melaju ke Hotel yang disebutkan tadi.
Setibanya di hotel, Nancy meminta pak supir itu untuk membantunya menopang tubuh pria tadi ke dalam kamar hotel setelah urusan di resepsionis selesai. Tak lupa Nancy memberikan tambahan uang sebagai tanda terima kasih karena sudah membantunya, meskipun si bapak supir tadi sempat membuatnya tersinggung dan marah.
"Selamat menikmati malam berdua, Ibu. Saya permisi dulu." Pamit pak supir dengan wajah tidak bersalah.
Geram hati Nancy sudah sampai ke ubun-ubun. Ingin rasanya berteriak pada supir itu dan mengatakan 'Aku masih perawan!' sayangnya supir itu sudah berlalu meninggalkan kamar hotel dengan begitu cepatnya.
Tinggallah Nancy dan pria asing itu di dalam satu kamar hotel. Tidak ada yang terjadi sebelumnya, karena Nancy merasa sedikit lelah karena menopang tubuh pria itu yang lumayan berat. Ia ikut merebahkan tubuhnya ke tempat tidur lalu mengatur napasnya yang sedikit tidak beraturan. Nancy menoleh ke arah pria yang belum pernah ditemuinya di club. Entah karena kasihan atau apa, dirinya membantu melepaskan jaket yang masih melekat pada tubuh si pria. Dan .... BRUK! Salah satu benda terjatuh di lantai dari dalam saku jaketnya. Sebuah dompet berwarna cokelat dengan brand dunia yang harganya cukup mahal untuk ukuran orang dengan penghasilan UMR.
Awalnya Nancy tidak begitu tertarik dengan benda kecil yang ada di tangannya itu karena merasa mungkin saja itu bukan asli. Bukan tanpa alasan, sebagian besar barang benda miliknya hanya tiruan saja dari brand ternama yang harganya fantastis. Nancy hanya mampu membeli barang dengan nominal satu juta kebawah tidak lebih dari itu. Saat Nancy akan menaruh kembali dompet tadi kedalam saku jaket, ada benda lagi yang lebih kecil dan tipis terjatuh tepat di pangkuannya. Alangkah terkejutnya Nancy melihat benda yang ia temukan lagi dari dalam dompet pria asing itu.
Diambilnya benda tipis kecil berwarna hitam dengan tulisan 'AMERICAN EXSPRESS' mulutnya menganga lebar karena terkejut dengan benda itu. "Black card!" serunya berteriak kegirangan. Nancy cepat-cepat menutup mulutnya takut penghuni kamar lainnya mendengar teriakkan histerisnya tadi. Pandangannya lalu berganti pada pria yang masih tertidur pulas di atas tempat tidur. Nancy masih tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat, karena itu dia kembali mengamati black card milik pria yang diketahui bernama Betrand Anthonius Marquez. Pikiran Nancy tiba-tiba melayang jauh, dia membayangkan hidup bersama Betrand dengan segala kemewahan yang ada. Jelas semua temannya akan memuja dia. Apalagi bergaul dengan kelas sosialita lainnya jelas menyenangkan. Betrand sendiri memiliki wajah dan postur tubuh yang membuat semua wanita akan terpesona dengannya. Tapi yang lebih menarik lagi adalah benda kecil dan tipis berwarna hitam itu yang lebih membuat siapapun terpikat termasuk Nancy.

KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
RomanceBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...