18.NO RESPON

6 2 0
                                    

Sejak pertemuan pertamanya dengan Biru, Barbie langsung menyimpulkan jika cowok itu benar-benar aneh. Tapi ... dirinya juga tidak menampik bahwa cowok itu seperti yang di elu-elu kan semua cewek di kampus tentang ketampanannya, tetap saja bagi Barbie dia tidak lebih menarik dari Zefan.

Kepala Renata sampai ingin meledak karena melihat betapa cintanya Barbie pada Zefan sang mantan. Pernah beberapa kali ia berpikir haruskah dirinya memberi tahu Barbie tentang hubungannya dengan Zefan dulu agar Barbie bisa berpikir jernih. Sayangnya Renata masih enggan menceritakan hal itu karena tak ingin melihat sahabatnya patah hati. Terlebih selama mereka bersahabat, selama itu pula Renata menutup rapat-rapat hubungannya dengan Zefan yang terjalin dulu.

Masih jelas dalam ingatannya saat Zefan memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Renata awalnya mengira jika saat itu Zefan hanya ingin mengerjai dirinya pada hari spesial keduanya. Tapi nyatanya Zefan memang benar-benar menginginkan hubungan mereka berakhir dengan dalih keduanya sudah tidak ada kecocokan. Padahal selama mereka pacaran, tidak pernah ada pertengkaran yang berarti. Mengingat masa itu, Renata kembali merasakan sesak. Dan tanpa disadarinya, butiran air mata jatuh membasahi pipi. Rasa cinta yang dulu ada kini telah menjadi rasa benci yang mendalam. Tidak ingin Barbie sampai melihatnya menangis, cepat-cepat ia menghapus air matanya dengan kedua telapak tangan.

Dan benar saja, dua menit berikutnya Barbie datang menghampiri Renata sambil menyodorkan botol jus buatan sang mama, "Nih, ada jus jambu dari mama. Katanya suruh habiskan biar tetep sehat!" Ucap Barbie sambil menyodorkan botol itu.

"Makasih." jawab Renata datar. Dia masih menata intonasi nadanya yang sedikit serak akibat menangis tadi.

Barbie kemudian mengambil tempat duduk di sebelah Renata dan segera sibuk dengan gawainya. Ia belum menyadari jika Renata baru saja menangis.

Di asrama, Catherine masih harus menjalani hukumannya yang baru berjalan dua hari. Dirinya benar-benar sudah tidak betah jika terus berada disana, setiap hari Catherine harus mengikuti seluruh kegiatan wajib yang diadakan di dalam asrama. Mulai dari bangun saat matahari masih belum seberapa bangun, mengantre ke kamar mandi, membersihkan asrama secara masal. Bagi Catherine, itu adalah kehidupan yang membosankan. Tidak ads hiburan apapun selain koran harian yang terpajang di setiap ruangan asrama.

Bukan Catherine jika tidak membuat ulah, meski sang mama sudah memperingatkan dirinya agar tidak membuat masalah selama di asrama, tetap saja Catherine melakukannya. "Peraturan itu ada untuk dilanggar!" serunya di depan cermin kamar.

Zefan, Diska dan Amora sudah siap berangkat menemui Catherine.  Mereka bertiga datang memberi semua keperluan yang diminta Catherine sebelumnya di telepon. Tentu saja telepon yang dimaksud bukan handphone   yang disimpan Veronica, melainkan handphone lain yang sengaja disembunyikannya dari pengecekan sang mama sebelum berangkat ke asrama.

"Sorry to say, Ma. Aku lebih cerdik dan pintar dari mama." Terang Catherine memuji dirinya sendiri.

***

Seperti biasa, disela-sela jam pergantian kelas, Renata dan Barbie menghabiskan waktunya di kantin. Keduanya kini sudah ada disana, bercanda gurau sambil sesekali membicarakan tentang info terbaru mengenai festival musik yang rencananya akan digelar di taman kota akhir pekan nanti. Awalnya Barbie tidak tertarik dengan hal itu, hanya saja saat Renata mengatakan jika ada band favorit Barbie, tentu saja Barbie berubah pikiran.

"So ... Minggu nanti kita bakal datang sama-sama kan, Bie?" tanya Renata memastikan bahwa sahabatnya itu pasti akan ikut pergi bersamanya.

Barbie mengangguk. Dirinya fokus membaca novel yang baru dibelinya secara online beberapa hari lalu.

Renata kemudian mendapati Biru yang juga ada di kantin segera memanggilnya sembari melambaikan tangan ke arah cowok itu yang membuat seluruh mahasiswi disana menatap heran dan penuh tanya.

Tentu saja tatapan mereka lebih kepada tatapan tidak suka, iri, dan penasaran. Tapi Renata tidak peduli dengan itu semua.

Barbie seketika membulatkan matanya melihat ulah Renata. Ia segera menarik tangan Renata yang masih melambai ke arah Biru.

"Eh ... Apa-apaan ini, Ren! Kamu ini nggak lihat apa semua pada lihat ke kita?" protes Barbie kesal.

"Ya ampun, Bie. Santai saja. Mereka cuma iri, nggak usah pedulikan mereka!" dalih Renata membela diri.

Barbie hanya menghela pas panjang, dirinya benar-benar tidak habis pikir dengan ulah sahabatnya. Renata kembali memanggil Biru yang masih berdiri menunggu si ibu kantin memberikan kembalian juga pesanannya.

Rupanya panggilan itu tidak diindahkan oleh Biru. Pemuda itu pergi begitu saja meninggalkan kantin tanpa merespon Renata yang sejak tadi berharap dirinya ikut bergabung dengan mereka.

Mengetahui dirinya diacuhkan, Renata kini berganti menghela napas dalam-dalam. Sementara terdengar suara tawa menghina yang sudah pasti ditujukan untuk dirinya karena kejadian barusan. Hanya saja Renata tidak peduli, ia justru bingung dengan sikap Biru. "Mungkinkah dia marah? Mungkinkah dia kemarin mikir kita sengaja ambil dompet dua agar bisa bicara dengannya? Hem ... Aku sungguh tidak mengerti!" gumam Renata sendiri mencari jawaban atas no respon dari Biru.

"Makanya, lain laki nggak usah panggil dia. Cowok itu aneh! Seperti yang aku bilang kemarin kalau dia itu ibaratnya seperti kulkas berjalan. Dingin dan acuh tak acuh! Menyebalkan!" seru Barbie kesal dengan sikap Biru yang dinilai tidak tahu caranya berterimakasih.

"Sabar ... Mungkin saja dia karakternya begitu, Bie. Harap maklum, lagipula bukankah cowok keren dan cakep itu modelnya begitu? Jadi santai aja nggak usah dibawa hati," ucap Renata positif. Barbie sendiri kali ini tidak setuju dengan sahabatnya. Ia merasa memang sejak awal cowok itu aneh ditambah tidak tahu berterima kasih.

Biru sendiri segera menuju taman kampus setelah meninggalkan kantin. Disana ia menikmati makan siangnya sebelum mengikuti mata kuliah terakhir untuk hari ini. Dirinya juga kembali teringat akan kejadian barusan dimana ia harus berurusan dengan dua gadis yang menurutnya juga aneh karena sok akrab dengannya.

Lima belas menit kemudian, Barbie dan Renata kembali mengikuti kelas. Begitu juga dengan Biru dan seluruh mahasiswa mahasiswi kampus.

"Bie, jadi kan kita nonton bioskop sore ini?" tanya Renata setelah selesai mengemas bukunya ke dalam tas.

"Jadi, dong! Masa enggak," jawab Barbie bersemangat.

"Oke, Let's go!" seru Renata tak kalah bersemangat.

Sore ini mereka akan menonton bioskop bergenre Romance setelah Barbie mendapat izin pulang malam dari sang mama. Dimana pemainnya merupakan selebriti favorit mereka berdua. Reza Rahadian dan Prilly Latuconsina yang tidak pernah gagal membuat semua penontonnya merasa nano nano. Mengingat jarak dari kampus ke mall cukup jauh dan bisa memakan waktu cukup lama karena macet, mereka sebelumnya sudah membeli tiket by online karena tidak ingin mendapat kursi yang tidak diinginkan.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang