"Kamu lihat apa barusan?" tanya Catherine curiga.
Biru menelan ludahnya susah payah, sebelum akhirnya mencoba menetralkan ekspresinya secepat mungkin agar Catherine tidak curiga padanya.
"Ada yang bertengkar, tapi udah beres," jawabnya singkat. "Kamu sendiri ke sini ngapain?"
Catherine mengerutkan keningnya tidak percaya. Dia melongokkan kepalanya sembari berjinjit sedikit untuk mencuri pandang ke arah di mana Barbie dan Renata sebelumnya saling berbaikan.
Biru memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan memiringkan kepalanya. "Benar 'kan? Udah nggak ada apa-apa di sana. Orang semua udah pergi, kok."
Pernyataannya membuat Catherine agak dongkol. Dia mendengus sebelum akhirnya melengos begitu saja.
"Aku bisa ngrasain kalau kamu bohong. Jadi, awas aja kalau kamu nutup-nutupin sesuatu dari aku!" ancam Catherine dengan nada menusuk.
Biru menghela napas dalam diam, lalu mengangguk mengiyakan. "Iya, santai aja. Aku nggak bohong. Terlepas kamu percaya atau enggak."
Kata-kata Biru hanya dibalas Catherine dengan dengkusan ringan. Akan tetapi, Biru buru-buru menghampirinya dan bertanya padanya.
"Kamu ke sini karena nyariin aku?" tanya Biru hati-hati.
Catherine menoleh dan memandangnya dengan tatapan heran. "Nyariin kamu? PD banget! Aku nggak sengaja lewat aja, kok."
Setelah dia mengatakan itu, dia pun berjalan lebih dulu. Meninggalkan Biru yang kini tertawa pelan dan berusaha menyusulnya sembari berlari kecil. Setelah dia bisa mengimbangi langkah Catherine, Biru pun menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Halah. Kalau kamu nyariin aku, bilang aja. Nggak apa-apa, kok. Masa setiap deket aku, kamu gengsi terus buat ngaku?"
Catherine menggertakkan giginya. Rona samar muncul di pipi sampai ke telinganya. Meski begitu, dia enggan mengakuinya dan tetap memasang ekspresi sombong dan angkuhnya.
"Nggak usah narsis, deh!"
Keduanya pun berjalan menuju ke arah lobi kampus.
Dari langkah tergesa-gesa Catherine, Biru menebak bahwa Catherine sepertinya hendak pergi ke luar kampus. Tapi pergi ke mana, dia tidak tahu.
Dan tiba-tiba saja, sesuatu terlintas di kepalanya.
Mengingat tujuannya mendekati Catherine adalah demi mendapatkan bukti atas kebenaran dari kecelakaan yang menimpa Barbie dan Renata, mungkin dia bisa memanfaatkan kesempatan langka ini.
Siapa tahu, dia bisa ikut 'kepo' dan menyelidiki ke mana Catherine pergi?
"Ya udah, deh." Biru mengalah. "Kamu mau ke mana sekarang? Udah malam, nih. Mau aku antar pulang nggak?"
Catherine berhenti berjalan dan memalingkan wajahnya menghadap Biru. "Nggak usah. Aku pergi ke mana juga bukan urusan kamu."
Usai mengucapkan hal itu, Catherine segera pergi meninggalkan Biru dengan berlari. Tampaknya benar-benar enggan diikuti oleh Biru.
"Mencurigakan," celetuk Biru, memicing tajam.
***
"Memang benar-benar ya, Biru ini! Dia berani bohong di depan aku!" geram Catherine seraya menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang.
Sembari memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, Catherine menggertakkan giginya guna menahan rasa sakit dan perih di hatinya, yang entah kenapa hari ini tiba-tiba membumbung begitu tinggi.
"Bisa-bisanya Biru bilang enggak ada apa-apa, sedangkan aku bisa lihat kalau Barbie dan Renata udah baikan! Di sana, Zefan juga bilang kalau dia sama Renata balikan lagi dengan gamblang! Sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
No Tears Left To Cry (SELESAI)
RomanceBarbie Graciella Wibowo selalu hidup dalam zona nyamannya. Dia juga selalu insecrue dan khawatir akan hidupnya yang dianggap sebagai sebuah kesalahan. Beberapa kali ia berusaha untuk hidup atas kehendaknya, namun apa yang menurut kita baik belum ten...