8.NANO NANO

18 4 0
                                    

Sudah dua minggu libur sekolah. Dan hari ini hari pertama Tania masuk sekolah sekaligus hari pertama Tania naik ke kelas XII SMA. Tania begitu senang dan juga begitu bersemangat, bik Ijah yang melihat ekspresi Tania ikut bahagia.

"Alhamdulillah Ya Allah, Non Tania udah kelas tiga SMA. Sebentar lagi lulus dan kuliah. Bibik senang sekali, semoga bibik masih bisa terus temani non Tania."

"Amin ...." Tania mencium pipi bik Ijah dan memeluknya. "Bibik tenang aja, ya. Tania janji, Tania akan selalu sama bibik sampai kapanpun. Sampai Tania nikah, punya anak, dan anak Tania bibik yang rawat lagi sama kaya Tania dulu." Bik Ijah terharu mendengar ucapan Tania.

"Terimakasih, Non. Bibik juga janji, bibik akan selalu ada disamping non Tania sampai kapanpun dan di manapun."

"Ya, udah. Aku berangkat sekolah dulu ya bik, hari ini Tania mau bibik buatin aku bihun goreng, ya?" pinta Tania pada bibik kesayangannya.

"Siap! Non. Hati-hati, ya. Pak Ujang sudah nungguin di depan." Sahut bik Ijah kepada Tania.

Tania bergegas keluar, sementara di luar sudah ada pak Ujang yang siap mengantar Tania berangkat sekolah.

"Sudah siap, Non?" tanya pak Ujang sembari mengulas senyum Pepsodent.

"Udah dong, Pak. Yuk cap cus ...." ajak Tania kepada sopirnya itu.

"Rebes Non!" Sahut Pak Ujang melaju menuju sekolah.

Tiba disekolah SMA BUDI PEKERTI, Tania turun dari mobilnya setelah pak Ujang membukakan pintu. Tania bergegas melangkahkan kakinya menuju ruang kelas baru XII IPA 1. Setibanya didalam kelas dirinya mendapati teman sebangkunya, Siska yang asyik dengan layar handphone.

"Woi ... seru banget sih, Beb. " Goda Tania pada Siska.

"Hai, Beb ..., ampun deh aku sampe nggak lihat kamu datang. Eh, sini cepetan! Aku mau lihatin kamu sesuatu." Siska mencoba memperlihatkan apa yang ia lihat di layar handphonenya.

"Siapa, Dia? Pacar kamu?" tanya Tania kepada sahabatnya itu setelah menunjukkan foto cowok berwajah blasteran.

"Cakep banget kan, Tan. Duh ... Aku mau jadi pacarnya!" Siska begitu terpesona.

"Yakin? Emang itu cowok siapa sih, belum tentu juga dia kenal kita." Respon Tania datar sambil mulai duduk di bangkunya.

"Jadi kamu nggak tahu, Tan. Cowok ini itu anak pindahan dari Singapore. Menurut gosip yang beredar, cowok ini sekolah disini. Cuma sayangnya nggak ada yang tahu bakalan di kelas mana, semoga saja dikelas kita."

"Terus kalau dia disini gimana? Kamu mau ngapain, Heh?" tanya Tania sambil mengunyah nasi goreng buatan bik Ijah. Seperti biasa, Tania absen sarapan dirumah bersama papa beserta mama tirinya dan lebih memilih sarapan disekolah.

Siska adalah salah satu sahabat Tania, masih ada Dea, Lala dan Rio yang belum datang. Mereka semua bersahabat karena sama-sama suka duduk di deret bangku paling depan. Bagi mereka, duduk di bangku depan adalah prioritas utama bagi seorang siswa untuk mendapatkan nilai yang bagus.

***

Jam sudah menunjukkan tepat pukul 07.00 WIB. Anak-anak sudah duduk di bangku masing-masing dan seorang guru memasuki kelas.

"Selamat pagi anak-anak ..., Pagi ini bapak senang sekali berada disini untuk memperkenalkan diri sebagai wali kelas kalian dikelas ini. Perkenalkan nama saya bapak Anwar. Bapak selain sebagai wali kelas kalian, bapak juga sebagai guru Penjaskes nantinya. Bapak harap kalian bisa belajar dengan baik dan jika ada masalah silahkan bicara sama bapak."

Semua murid menyambut pak Anwar dengan baik dan rasa sopan. Kemudian Pak Anwar melanjutkan pembicaraannya kembali.

"Anak-anak, pagi ini bapak juga akan memperkenalkan seorang murid baru yang pastinya bapak rasa kalian sudah lebih tahu duluan, bukan?"

Sontak anak-anak perempuan dikelas XII IPA 1 bersorak kegirangan. Mereka tahu siapa yang Pak Anwar bicarakan. Tak lain tak bukan adalah murid baru pindahan dari Singapore.

"Silahkan masuk dan perkenalkan diri kamu." Pak Anwar mempersilahkan seorang murid laki-laki untuk masuk. Semua siswi di kelas terpelanga melihat cowok yang ada di depan mereka.

"Halo, perkenalkan nama saya Kevan Celio, saya murid pindahan dari Singapura. Senang bertemu dengan kalian semua, terimakasih." Terang cowok yang bernama Kevan itu kepada semua teman-teman dikelasnya.

Benar-benar pangeran!" Celetuk Siska." Sementara Tania hanya memandang datar. Pak Anwar mempersilahkan Kevan untuk duduk di sebelah Tania, sementara Siska bergeser ke samping. Tania menunjukkan ekspresi datarnya, sedangkan siswi lainnya merasa kecewa karena sudah berharap Kevan akan memilih duduk bersama mereka.

"Halo. Aku Kevan, kamu?" Cowok itu mengulurkan tangannya.

"Tania," jawab Tania sembari membalas uluran tangan Kevan disertai senyum simpul.

Itulah saat dimana pandangan mata Tania dan Kevan untuk pertama kalinya beradu. Tidak lama kemudian pelajaran dimulai.

***

Untuk pertama kalinya Kevan dan Tania satu kelompok. Mereka harus mengerjakan tugas kesenian berdua, karena mereka satu bangku jadi mereka menjadi satu kelompok. Pak Edi, guru kesenian memberikan tugas melukis impian mereka dan menggabungkan impian mereka dalam satu cerita. Tania sangat senang, bukan karena satu kelompok dengan Kevan cowok yang menjadi pujaan siswi satu sekolah. Melainkan Tania merasa tugasnya kali ini sesuai dengan apa yang dia suka.

"Kapan kita mulai mengerjakan?" tanya Kevan setelah pembagian kelompok diumumkan.

"Em ... terserah kamu bisanya kapan. Aku siap aja," jawab Tania dengan santainya.

"Bagaimana kalau hari Minggu ini, nanti aku jemput kamu terus kita ngerjain di taman aja gimana?" Ajak Kevan yang membuat Tania mengerutkan dahinya.

"Taman? Emangnya kamu udah hafal daerah sini?" Tania bertanya karena tidak yakin jika Kevan benar-benar serius dengan ucapannya.

"Lumayan, sih. Sebenarnya aku sudah disini satu tahun. Hanya saja mengurus berkas pindahan aku rada lama, jadi aku bolak balik Singapura untuk sekolah." Terang Kevan meyakinkan Tania.

"Oh, gitu. Baiklah, nanti kita cari taman yang cukup nyaman buat kerjain tugas kita. Biar fresh ya kan?"

"Kalau begitu, aku boleh minta nomor handphone kamu? Biar aku bisa hubungi kamu pas mau jemput."

Tidak lama kemudian, Tania menuliskan nomor handphonenya ditangan Kevan dengan pena disaat Kevan akan mengeluarkan Handphone dari saku bajunya.

"Kelamaan!" ucap Tania singkat sembari melepaskan senyuman. Kevan selalu suka melihat Tania tersenyum kepadanya. Kevan merasa Tania jauh lebih cantik ketika tersenyum.

Hari Minggu jam 10.00 pagi, Kevan sudah berada tepat dirumah Tania. Bik Ijah memberikan segelas minuman. Sementara Tania masih bersiap diri di kamarnya.

"Non Tania mau pergi sama Den ganteng, ya?" Goda bik Ijah.

"Den ganteng? Maksudnya Kevan, nih?" Tania pura-pura tidak mengerti.

"Iya siapa lagi, Non. Masa pak Ujang kan nggak mungkin?" Timpal bik Ijah sembari merapikan kamar Tania.

"Iya, Bik. Hari ini aku sama Kevan mau ngerjain tugas di taman. Yasudah, aku berangkat dulu ya, Bik." Tania pamit kepada bibik kesayangannya itu tak lupa mencium pipi buk Ijah.

Tania segera turun menemui Kevan yang sudah menunggu diruang tamu.

"Hai, sorry lama. Soalnya kamu telepon tadi aku masih tidur!" seru Tania malu.

"It's okay, Tan. Kita bisa berangkat sekarang?" tanya Kevan.

"Oke," jawab Tania. Mereka lalu bergegas pergi. Bik Ijah dan pak Ujang saling melempar senyum.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang