42.KHAWATIR

4 1 0
                                    

Hari ini Biru telah kembali dari Singapura setelah menghabiskan waktu bersama dengan mamanya. Biru juga tengah berulang tahun hari ini. Sebenarnya sang mama ingin extended satu hari lagi untuk merayakan ulang tahunnya di Singapura. Tapi Biru menolak karena ingin merayakannya dengan teman baiknya, Renata dan Barbie meski hanya makan malam bersama.

Mama Biru pun menyetujui keputusan Biru dan justru dengan senang hati meminta agar Biru mengajak mereka berdua untuk makan malam bersama dengannya di restoran. Biru pun setuju dengan usulan mamanya.

Saat berada di kampus, Biru berencana untuk memberi tahu Barbie juga Renata akan usulan mamanya yang meminta mereka untuk makan malam bersama di restoran. Tapi sejak tadi Biru tidak mengetahui keberadaan kedua gadis itu. Di kelas, taman, perpustakaan, juga kantin. Biru sama sekali tidak melihat batang hidung mereka. Tentu Biru langsung menghubungi handphone salah satunya. Dan saat ini Biru tengah menghubungi nomor Barbie. Tapi beberapa kali ia melakukan panggilan, tidak ada jawaban.

Tiba-tiba, ada seorang mahasiswi yang merupakan salah satu teman satu angkatan dan satu jurusan dengan Barbie juga Renata datang menghampiri. Gadis itu tahu jika Biru sedang mencari keberadaan Barbie ataupun Renata. Karena hanya dua gadis itu yang telah berhasil membuatnya ingin dekat dan berteman. Mengingat Biru adalah cowok dingin yang sangat pelit bicara dengan siapapun.

"Kamu pasti sedang mencari Barbie dan Renata, kan?" tanya gadis itu dengan sedikit centil.

Awalnya Biru sedikit risih, tapi karena gadis itu mengatakan apa yang tengah ia pikirkan, akhirnya Biru menanggapi.

"Iya, kalian tahu kemana mereka berdua? Bukannya hari ini seharusnya mereka ada kelas?" tanya Biru pada salah satu gadis di depannya.
Mendengar suara Biru yang sexy membuat sebagian gadis yang kini bergerombol di sekitarnya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

"Iya, tapi mereka tidak masuk. Rupanya kamu belum tahu berita tentang mereka berdua,"

"Berita? Berita tentang apa?" Biru bingung dengan ucapan gadis itu.

"Renata dan Barbie kemarin sore dilarikan ke rumah sakit. Mereka mengalami kecelakaan di jalanan, semua orang satu kampus tahu soal ini. Kenapa kamu, enggak? Apa mereka tidak ada yang memberi tahu?" tanya gadis itu penasaran.

Biru tidak menanggapi pertanyaan yang keluar dari mulut gadis itu. Dia justru menjawab dengan pertanyaan lagi. Biru meminta alamat lengkap kemana Barbie dan Renata di rawat. Meski gadis tadi terlihat kesal dan kecewa karena tidak mendapat apa yang mereka harapkan, tapi ia akhirnya memberi alamat rumah sakit tempat dimana Barbie dan Renata tengah menjalani perawatan.

Biru segera menuju rumah sakit, ia tidak tahu sama sekali kejadian yang menimpa dua temannya itu karena ia tidak ikut bergabung dalam grup 'Lambe Kampus'. Dimana itu adalah satu grup sampah yang menurut Biru tidak penting untuk diikuti.

Sebelum ke rumah sakit, Biru berinisiatif untuk datang ke kantor polisi setempat dimana tempat Barbie dan Renata mengalami kecelakaan. Biru yakin pihak kepolisian dapat memberikan informasi yang ingin ia ketahui. Dan setelah tiba di kantor polisi, Biru langsung mengajukan beberapa pertanyaan singkat tentang informasi kecelakaan yang terjadi kemarin. Polisi itu mengatakan bahwa kejadian yang menimpa kedua temannya kemarin ada unsur kesengajaan. Tentu Biru langsung meminta penjelasan detail dari keterangan bapak Polisi tersebut.

Awalnya polisi itu keberatan untuk mengikuti keinginan Biru. Namun setelah Biru menghubungi anggota keluarganya yang menjabat sebagai salah satu aparat kepolisian tertinggi di wilayah sana, akhirnya polisi tadi menjelaskan serta memperlihatkan bukti rekaman CCTV jalanan yang diminta Biru. Sebenarnya Biru tidak ingin melakukan hal tadi, memanfaatkan posisi keluarganya yang satu lingkup dengan bapak-bapak yang ada di depannya. Tapi Biru tidak punya pilihan.

Setelah diamati, Biru melihat dengan jelas bahwa kemarin motor Renata sengaja di tabrak dari belakang dan juga samping oleh beberapa cowok berjaket hitam yang terekam di sana. Ingin rasanya Biru segera memberi pelajaran pada pria-pria keji itu. Namun Biru jauh lebih penasaran dengan motif yang ada. Setahunya, baik Renata ataupun Barbie tidak memiliki musuh. Apalagi harus berurusan dengan pria-pria itu. Hal ini membuat Biru meminta dengan hormat agar pihak kepolisian segera melakukan proses penyelidikan atas kasus penabrakan ini.

***

"Terimakasih karena sudah membantu Biru, Om." ucap Biru di telepon pada seseorang yang tadi ia mintai tolong setelah keluar dari kantor polisi.

Pria yang ada di telepon itu mengatakan jika itu bukan apa-apa. Sebagai seorang om yang baik, sudah sewajarnya keponakannya meminta bantuan selama ia bisa. Lagipula Biru melakukan itu demi kebaikan.

"Kalau begitu Biru tutup dulu teleponnya. Sekali lagi terimakasih atas bantuan Om Irvan. Selamat bertugas!"

Biru akhirnya mematikan teleponnya. Dia kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah sakit. Setidaknya sekarang ia tahu jika kecelakaan yang menimpa kedua temannya bukan murni karena kecelakaan, tapi adanya unsur kesengajaan dari seseorang yang ingin mencelakai mereka. Biru berharap agar kondisi Barbie juga Renata baik-baik saja.

Dua puluh menit kemudian Biru tiba di rumah sakit. Segera ia menuju ruang informasi untuk mencari tahu posisi kamar Barbie dan Renata. Petugas itu menjelaskan secara detail dan membuat Biru akhirnya tiba di depan kamar mereka. Awalnya dia berpikir kenapa tidak satu kamar saja. Tapi Biru tidak mau ambil pusing dengan hal sepele.

Riyanti dan Stevano yang masih menunggu Barbie di dalam mempersilahkan Biru masuk setelah pemuda itu mengetuk pintu.

Biru memperkenalkan dirinya pada kedua orang tua Barbie yang terlihat kebingungan dengan kedatangannya. Setelah mengetahui siapa dia, orang tua Barbie mempersilahkan Biru untuk melihat kondisi Barbie yang tengah tertidur pulas. Di atas ranjang itu, Biru melihat beberapa luka yang telah di perban oleh para perawat juga dokter yang menangani Barbie.

Biru sangat sedih dan tidak tega melihat Barbie terbaring disana seperti sekarang. Riyanti dan Stevano mengucapkan rasa senang dan berterimakasih karena Biru telah datang menjenguk. Mereka berdua meminta dukungan dan doa untuk kesembuhan Barbie. Biru dengan sopan dan meyakinkan kepada kedua orang tua Barbie bahwa semua akan baik-baik saja. Biru juga menyinggung soal kecelakaan itu, Biru memastikan apa mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang