50.RUANG RINDU

6 0 0
                                    

'Perasaan apa ini sebenarnya? Mengapa aku masih saja memikirkan dia? Sampai-sampai aku tidak bisa tidur, tidak enak makan, apapun yang aku lakukan selalu saja seolah melihat bayangan dirinya. Seharusnya perasaan ini tidak boleh hadir kembali sudah sejauh ini aku berusaha membunuh dan melupakannya. Tapi mengapa dalam hitungan hari saja semua berbeda, seolah perasaan itu bangkit dari dalam hati dan ingin kembali bersemi. Lalu aku harus bagaimana lagi sekarang?'

Renata menulis apa yang ada di dalam pikirannya pada catatan di handphone. Untungnya saat ini Barbie sedang tidak ada di dekatnya gadis itu tengah berada di toko roti untuk membantu mamanya menyiapkan pesanan dari pelanggan mamanya.

Renata tidak mungkin menceritakan apa yang tengah ia rasakan saat ini pada Barbie, dia tahu itu akan membuat sahabatnya terluka. Tentu saja, karena semua ini berhubungan dengan Zefan, cowok yang disukai Barbie sejak dulu yang merupakan mantan kekasihnya sendiri yang kini kembali masuk ke dalam hatinya.

Kedatangan Zefan di rumah sakit membuat pertahanannya runtuh, ia tidak tahu bagaimana bisa seperti itu setelah bertahun-tahun ia mencoba membunuh serta mengubah perasaannya menjadi rasa benci.

Sejujurnya Renata begitu merindukan akan kehadiran Zefan sekarang. Entah apa yang merasuki pikiran juga hatinya. Tapi kerinduan itu semakin nyata ia rasakan. Renata berharap agar Zefan kembali datang menjenguknya, lalu mengajaknya bicara meski ia tidak tahu harus berkata apa. Kini perasaan juga pikirannya tengah kacau balau.

Demi mengobati rasa rindunya, Renata memutar lagu kenangannya bersama Zefan saat bersama. Lagu yang menjadi lagu kesukaan mereka berdua kala menghabiskan waktu bersama. Setidaknya, ia masih punya waktu untuk meluapkan perasaannya sebelum Barbie kembali datang.

Di daun yang ikut mengalir lembut
Terbawa sungai ke ujung mata
Dan aku mulai takut terbawa cinta
Menghirup rindu yang sesakkan dada
Jalanku hampa dan kusentuh dia
Terasa hangat, oh, di dalam hati
Kupegang erat dan kuhalangi waktu
Tak urung jua kulihatnya pergi
Tak pernah kuragu dan s'lalu kuingat
Kerlingan matamu dan sentuhan hangat
Ku saat itu takut mencari makna
Tumbuhkan rasa yang sesakkan dada
Kau datang dan pergi, oh, begitu saja
Semua kut'rima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu...

Lagu itu terus bergema di kamarnya. Air mata Renata turut mengiringi.

Tidak pernah ia bayangkan akan kembali menangis seperti ini karena Zefan. Bahkan setelah bertahun-tahun lamanya.

Saat ia akan kembali memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar suara handphone berdering. Renata mencoba menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum melihat siapa yang menelponnya. Ia takut jika itu Barbie. Tentu saja sahabatnya itu akan memborong seribu pertanyaan ketika melihat matanya sembab seperti sekarang.

Setelah dirasa cukup, Renata melihat siapa yang menelponnya. Satu panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenalnya. Renata awalnya tidak mengetahui nomor tersebut karena tidak ada dalam daftar kontaknya. Saat hendak akan mematikan teleponnya, tiba-tiba. Renata kembali teringat akan angka tengah nomor itu. Pikirannya dengan cepat menuju pada daftar ingatan masa lalunya.

Dan ... Tidak disangka. Rupanya Zefan! Cowok yang beberapa detik lalu masih memenuhi pikiran juga hatinya. Cowok yang menjadi alasan ia menangis beberapa menit lalu.

Masih dengan mata tidak percaya. Renata melihat setiap nomor yang tertera di layar teleponnya. Nomor itu benar-benar nomor Zefan yang hanya berbeda satu angka dari nomor teleponnya.

Masih jelas dalam ingatannya, mereka sama-sama memesan nomor yang sama dah hanya berbalik angka. Renata 1-2, sementara Zefan 2-1. Nomor itu hanya diketahui mereka saja. Tidak ada yang tahu akan kebenaran dari nomor mereka yang sama sampai detik ini. Bahkan Barbie pun tidak.

Meski sudah berpisah, Renata  masih memakai nomor yang sama saat mereka bersama.

Tangan Renata mendadak dingin. Jantungnya mendadak berdetak kencang. Tapi karena ia merindukan cowok itu, Renata memberanikan diri untuk mengangkat panggilan Zefan.

"Halo," ucap Renata menyapa pertama kali.

"Halo, Renata. Apa kabar?" tanya Zefan dalam telepon.

"Ba-baik. Kamu sen-diri?" tanya Renata masih canggung.

Zefan menjawab pertanyaan Renata dengan nada bercanda. Dia tahu Renata pasti akan seperti itu. "Aku- baik setelah kamu mengangkat teleponku," katanya dengan santai.

Wajah Renata memerah seketika mendengar pengakuan Zefan. Untungnya tidak sedang berada di depannya. Jadi dengan leluasa Renata mengekspresikan dirinya kala Zefan menelpon dan mengajaknya bercanda.

Seolah semesta berpihak padanya. Renata merasa bahagia karena rindunya terobati begitu cepat. Magic! Mungkinkah?

Dalam obrolan mereka di telpon, Zefan mengatakan bahwa dirinya tidak bisa tenang setelah mengetahui juga melihat kondisi Renta sekarang. Meski Renata tidak menganggap bahwa Zefan tengah merayunya, tetap saja dia berterimakasih kepada Zefan karena sudah mengkhawatirkan kondisinya.

Zefan juga berpesan agar Renata menghubunginya jika membutuhkan bantuan. Zefan juga mengatakan bahwa nomor ini akan terus aktif lagi. Sebelumnya, Renata telah memblokir nomor telepon Zefan yang satunya. Kali ini, Zefan meminta agar Renata tidak melakukan hal serupa.

Renata pun berjanji tidak akan memblokir nomor Zefan itu. Ada perasaan senang karena tahu Zefan mengaktifkan kembali nomor kenangan mereka. Entah apa maksud dan tujuannya, ia tidak peduli.

Sebelum mengakhiri teleponnya, Zefan menawarkan diri untuk mengajak Renata jalan-jalan ke tempat mereka dulu. Sudah lama sekali mereka berdua tidak mengunjungi tempat itu. Sebenarnya ingin sekali Renata mengatakan iya. Tapi dirinya kembali mempertimbangkan bagaimana Barbie nantinya. Lagipula sekarang kondisinya tidak memungkinkan untuk dirinya pergi sendiri jika ingin mencari alasan untuk pergi.

Dengan terpaksa, Renata mengatakan bahwa ia tidak bisa pergi sekarang karena tidak enak dengan keluarga Barbie yang sudah menjaganya dengan baik. Ia mengatakan bahwa tidak ingin dianggap tidak menghargai mereka karena pergi seenaknya saja.

Zefan padam betul dengan apa yang Renata katakan. Untuk itu, ia tidak merasa kecewa karena Renata menolak ajakannya. Zefan sendiri sudah cukup senang karena Renata tidak lagi bersikap jutek dan acuh kepadanya.

"Baiklah, kamu jaga diri baik-baik. Kalau ada apa-apa, ingat pesanku tadi. Sampaikan salam ku pada Barbie juga orang tuanya." Pesan Zefan sebelum menutup telepon.

Renata mengangguk dan mengulas senyum tipis. Tapi... dalam hatinya ia tidak mungkin menceritakan hal ini pada Barbie juga kedua orang tua Barbie. Ia bingung harus memulai dari mana, terlebih jika harus berhadapan dengan Barbie yang secara terang-terangan selama ini mencintai Zefan. Sungguh, Renata kini merasakan apa yang namanya dilema.

Satu sisi ia harus menjaga perasaan sahabatnya, satu sisi lain, ia juga bingung harus bersikap bagaimana pada Zefan. Karena sekarang, ia ingin berhubungan baik dengan Zefan.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang