55.SALAH PAHAM

3 0 0
                                    

"Re-na-ta... Ayolah, kita harus mulai darimana!" seru Barbie bersemangat saat tiba di rumah sahabatnya itu untuk mengajaknya olahraga bersama.

"Ya ampun, Bie... Ini masih subuh! Tumben sekali kamu udah disini, berangkat dari rumah jam berapa?" tanya Renata masih dengan mata terpejam karena kantuk.

Tak ingin semangat 45 nya pudar. Barbie kembali menggoyangkan tubuh Renata. Kali ini lebih kuat. Dan benar saja, Renata hampir jatuh dari tempat tidur karena ulah Barbie.

"Barbie! Stop! Gila kamu!" seru Renata lagi kesal.

Dengan berat hati dan mata yang masih berat untuk membuka, Renata terpaksa bangun. Barbie puas melihat usahanya berhasil.

"Ayolah Renata cantik, baik hati dan tidak sombong. Cepat bangun, siap-siap dan ayo kita olahraga," bujuk Barbie lagi dengan nada manja.

Butuh waktu sedikitnya tiga menit bagi Renata untuk mengumpulkan nyawanya yang masih jalan-jalan ke pulau kapuk sebelum beranjak dari tempat tidur.

Walaupun sebenarnya Barbie sudah tidak sabar. Ia tetap berusaha untuk tenang menunggu Renata menyiapkan diri untuk pergi bersamanya.

Hari ini merupakan hari pertama bagi Barbie berolahraga setelah Renata menawarkan diri untuk membantunya kembali melakukan hidup sehat demi berpenampilan menarik agar dapat menarik perhatian Zefan.

Barbie rela membeli 10 buah jam weker dan ditaruhnya di sekeliling tempat tidur agar dapat membuatnya bangun tepat waktu. Bahkan ia sudahlah mulai melakukan diet dengan tidak ngemil malam seperti biasanya.

Lima menit menunggu, akhirnya Renata sudah bersiap untuk menjadi pelatih Barbie dalam mewujudkan impiannya. Ada perasaan senang dan tidak melihat Barbie bersemangat untuk hidup sehat dari sebelumnya. Bagi Renata yang paling penting sahabatnya itu bahagia terlepas niatnya juga demi Zefan.

"Ayo, kita mulai lari kecil sekitar komplek aja dulu. Setidaknya 3 kali putaran untuk pertama kalinya sudah cukup." Renata mulai memberikan arahan pada Barbie.

Dengan semangat yang masih full. Barbie mengikuti instruksi coach dadakannya itu tanpa berdebat.

Mereka berdua akhirnya mulai lari mengelilingi komplek. Jelas terlihat keadaan komplek masih sangat sepi, itu semua karena tidak ada yang sepagi itu untuk berolahraga. Apalagi bukan di akhir pekan.

Setengah putaran saja Barbie sudah terlihat kelelahan, Renata tahu betul bagaimana kondisi fisik sahabatnya yang tidak pernah berolahraga apalagi sekedar berjalan kaki.

"Gimana? Udah nyerah? Apa masih mau lanjut?" tanya Renata basa-basi. Padahal sebenarnya ia ingin agar Barbie menyerah agar bisa membuatnya kembali dalam pelukan tempat tidur. Namun rupanya Barbie masih ingin melanjutkan.

"Yakin kamu lanjut? Nggak kuat jangan dipaksakan," ujar Renata merayu.

"Nggak! Aku kuat! Ayo lari lagi," ajak Barbie dengan napas yang tidak beraturan.

Renata hanya menggeleng kepalanya melihat jawaban Barbie. Lalu bergumam, "Ya Tuhan ... Demi laki-laki begini amat!"

Barbie sudah berlari cukup jauh dari tempat Renata sebelumnya. Renata menyusul di belakangnya dengan mata yang masih berat.

Dan beberapa menit kemudian keduanya berhenti di taman komplek perumahan Renata setelah berhasil menyelesaikan 3 kali putaran. Sungguh keajaiban bagi seorang Barbie yang telah menjadi member team rebahan bisa lari 3 kali putaran meski wajahnya terlihat biru pucat akibat kelelahan.

"Wow! Amazing! Nggak nyangka aku bisa lari 3 kali putaran!" seru Barbie penuh kebanggaan atas dirinya.

Renata tertawa mendengar bagaimana muka bahagia sahabatnya itu hanya karena bisa menyelesaikan 3 kali putaran.

***

Saat keduanya selesai dengan kegiatan lari pagi, mereka bergegas kembali ke rumah untuk bersiap ke kampus. Setelah sampai di rumah, Renata mulai sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan Barbie sebelum bersiap.

Barbie hanya bisa duduk di sofa seperti majikan yang tengah menunggu masakan pembantunya dengan sabar. Lebih tepatnya ia baru merasakan kelelahan yang sebenarnya. Kakinya mulai sakit dan badannya juga mulai berasa demo. Tapi ia enggan mengatakan pada Renata agar tidak dijadikan alasan untuk berhenti menjadi coach pribadinya.

Sambil menunggu Renata selesai memasak. Barbie melihat acara pagi yang ada di televisi ruang tamu. Tiba-tiba, handphone Renata bergetar di atas meja. Awalnya Barbie mengira kak Hani atau salah satu orang tua Renata yang menelepon  pagi-pagi sekali.

Barbie pun memanggil Renata dan mengatakan ada telpon untuknya. Tapi Renata yang asyik dengan masakannya meminta Barbie untuk menjawab telepon itu. Renata juga berpikiran bahwa yang menelponnya adalah kakak atau sang mama seperti biasa. Tidak ada kecurigaan jika yang melakukan panggilan itu adalah orang berbeda. Dimana orang itu yang menjadi awal mula perselisihan diantara dirinya dan Barbie.

Karena mendapat persetujuan dari si pemilik handphone. Barbie segera menjawab telepon itu. Dimana pad layar telepon Renata tidak ada nama kak Hani atau tulisan Mama, Papa. Justru di layar itu tertulis inisial 'Z' dengan emoticon hati di belakangnya. Hal ini membuat Barbie penasaran siapa sosok si penelepon.

"Halo?" sapa Barbie setelah menekan tombol hijau.

Cukup lama Barbie menunggu jawaban dari penelpon  akhirnya terdengar suaranya.

"Halo, Ren. Selamat pagi, apa aku mengganggu pagi-pagi?" tanya si penelepon diseberang sana.

Barbie cukup familiar dengan suara itu. Otaknya bekerja dengan cepat, hingga akhirnya dia meyakini jika suara itu adalah suara laki-laki yang selama ini dia cintai. Karena tak ingin tebakannya salah, ia pun berinisiatif untuk memperjelas siapa sosok itu dengan bertanya langsung.

"Ini si-siapa? A-aku sedang mandi," jawab Barbie mencari alasan.

"Oh! Maaf. Aku tidak tahu. Ini aku Zefan. Aku hanya ingin menyapamu di pagi hari seperti dulu lagi. Aku tahu ini terlalu berlebihan, tapi aku benar-benar merasa rindu akan kebiasaan kita dulu saat bersama. Apa kamu masih mengingatnya juga?" terang si penelepon yang tak lain adalah Zefan.

Bagai disambar petir di pagi hari. Barbie tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar langsung dari mulut Zefan. Laki-laki yang dicintainya selama ini ternyata memiliki hubungan dengan Renata tanpa ia ketahui.

Saat sibuk dengan pikirannya sendiri, Renata yang baru saja selesai dengan masakannya meminta Barbie untuk segera bergabung dengannya di meja makan. Tapi sayangnya Barbie hanya diam membisu saat Renata memanggil namanya berulang kali.

Karena penasaran, Renata menghampiri Barbie dan betapa kagetnya dia melihat Barbie yang menangis. Renata pun mendadak bingung. Dia melihat siaran TV memastikan apa Barbie menangis karena melihat acara sedih disana. Tapi itu tidak mungkin karena acara itu justru acara kartun yang lucu. Renata semakin bingung.

"Kamu kenapa, Bie?" tanya Renata kemudian karena penasaran.

Barbie masih tidak menjawab, dia justru menangis tersedu-sedu.

"Bie ... What happen? Apa kamu ada masalah? Kenapa? Ayo cerita," tanya Renata lagi.

Barbie hanya menunjukkan tangannya yang masih menggenggam handphone milik Renata. Menunjukkan nama yang berada di dalam daftar panggilan tanpa berkata sepatah katapun.

Renata yang melihat nama Zefan disana pun terkejut. Kini ia tahu apa yang membuat Barbie seperti sekarang.

No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang