51.PARTY

5 0 0
                                    

Sebelum acara dimulai, di ruang keluarga kediaman orang tua Renata. Semua berbincang dengan keluarga Barbie. Mereka masih saja melanjutkan pembahasan tentang kecelakaan yang menimpa Renata juga Barbie beberapa waktu lalu. Orang tua Renata sampai berpikir apa putri mereka mempunyai masalah dengan orang lain yang tidak mereka ketahui. Namun Renata menjelaskan dan meyakinkan keluarganya bahwa ia sama sekali tidak memiliki musuh. Barbie pun meyakinkan mereka.

"Harusnya kamu itu cerita sama kita semua. Setidaknya sama kakak kalau kamu kecelakaan," kata Hani, kakak Renata yang terlihat kecewa atas apa yang dilakukan Renata.

"Kak, maafin Renata. Ini semua karena Renata tidak ingin membuat kalian disini khawatir. Apalagi kalian semua tengah sibuk mempersiapkan acara ini." Renata menjelaskan apa yang menjadi alasannya menyembunyikan kecelakaan yang menimpanya.

Meski demikian, Hani dan kedua orang tua Renata masih kecewa. Mereka merasa tidak enak juga kepada keluarga Barbie karena sudah banyak merepotkan selama ini. Ditambah biaya yang dikeluarkan keluarga Barbie untuk perawatan Renata tidak sedikit. Stevano dan Riyanti sama-sama menolak menerima ganti biaya yang mereka keluarkan untuk Renata dari orang tua Renata. Keduanya sama-sama mengatakan bahwa sudah menganggap Renata seperti putri mereka sendiri.

"Saat ini polisi masih berusaha mencari keberadaan para pelaku, Pak, Bu." Stevano angkat bicara.

"Kami mohon agar Pak Stevano terus memantau kasus ini. Dan jika butuh apa-apa, kami siap membantu," ujar papa Renata menanggapi.

"Tentu saja, Pak Adit. Saya akan memberikan informasi terbaru mengenai perkembangan kasus ini. Sementara ini dari pihak kepolisian juga masih belum banyak memberikan laporan kepada saya, semoga saja segera." Imbuh Stevano lagi.

Percakapan kedua keluarga pun berakhir karena pihak dari mempelai pria sudah datang. Acara pun akan segera dimulai.

Pesta kebun adalah pilihan dari kedua mempelai. Acara akad pun berlangsung khidmat. Tidak banyak tamu undangan yang hadir karena memang kedua mempelai hanya ingin kedua keluarga dan para orang terdekatnya saja yang menjadi saksi dari acara inti.

Gaun yang dikenakan Hani dan suaminya begitu simple. Tidak terlalu ribet seperti gaun pernikahan pada umumnya. Mereka sama-sama suka hal yang simpel tapi tetap cantik. Terlihat elegan tapi tidak melupakan inti dari acara.

Barbie yang mengenakan gaun senada dengan keluarga Renata terlihat cantik dan anggun. Duduk bersebelahan dengan Renata, ia merasa senang karena akhirnya kakak sahabatnya bisa bersanding dengan laki-laki baik yang mau menerima semua masalalu Hani yang sudah memiliki anak dari pernikahan sebelumnya.

"Semoga kali ini kak Hani bahagia selamanya," bisik Barbie kepada Renata yang sejak tadi menangis terharu melihat saudaranya telah sah menjadi istri orang.

Renata mengangguk antusias. Hal yang sama juga ia harapkan untuk pernikahan kedua kakaknya itu.

Selepas acara ijab qobul berakhir dengan acara foto bersama antar keluarga dan kerabat dekat. Semua dipersilahkan untuk menikmati momen santai dengan acara makan-makan. Kedua mempelai berjalan kesana kemari menghampiri para tamu untuk mengucapkan rasa terimakasih mereka atas kedatangannya.

Entah mengapa Barbie tertarik dengan model pernikahan seperti kakak Renata ini. Santai, dan menyenangkan. Bisa berbaur dengan para tamu undangan, menyapa dan bercanda gurau. Tidak harus monoton diam di atas pelaminan. Dalam hati kecilnya, ia berharap agar suatu saat nanti ketika ia menikah dapat menggelar acara pernikahan seperti kak Hani.

***

Biru sendiri sudah bersiap untuk terbang menyusul Renata juga Barbie setelah beberapa jam lalu tiba di bandara.

Tidak banyak barang yang dibawanya pergi. Ia termasuk golongan pria anti ribet. Meski dandanannya kelewatan simpel, nyatanya aura ketampanan Biru selalu terpancar. Apapun yang dikenakannya mampu membuat para gadis berteriak histeris menuju ketampanannya.

Sebelum take off, Biru mengirimkan pesan singkat kepada Barbie dan juga Renata tentang keberangkatan dirinya.

Selama perjalanan ke Bali, Biru hanya tidur di dalam pesawat. Ia masih mengantuk karena sejak ikut mencari tahu kasus yang menimpa Barbie dan Renata membuat jam tidurnya berkurang.

"Bie, Biru sudah di pesawat!" seru Renata kegirangan.

"Iya- udah tahu," jawab Barbie singkat.

"Oh- kirain belum tahu. Baiklah, kalau begitu kita jemput sekarang si bandara gimana?"

"Kamu ini gimana, sih! Ini acara kakak kamu. Main pergi aja. Lagipula, Biru juga nggak akan mau dijemput. Sudahlah, kira disini aja. Biarkan dia datang sendiri," ujar Barbie menyampaikan ketidaksetujuannya pada ide Renata.

"Ih! Nggak asyik!" Protes Renata kesal.

Barbie tidak menghiraukannya. Dia malah asyik menikmati semua hidangan yang ada di pesta pernikahan kak Hani. Semua makanan terasa lezat dan menggugah selera makannya. Sejak tadi mulutnya tidak berhenti mengunyah, ada saja makanan yang masuk ke dalam mulut.

Dua jam kemudian Biru tengah berada di kamar hotel. Ia beristirahat sejenak sebelum pergi ke salah satu mall yang ada di Bali. Ia belum membawa kado untuk kakak Renata. Karena itu Biru akan mampir sebentar untuk membeli kado sebelum datang ke acara.

Renata yang sejak tadi mencoba mengirimkan pesan Biru guna menanyakan apa ada yang bisa ia bantu nyatanya tidak mendapatkan balasan.

"Dasar cowok aneh! Sudah satu tipe ini sama Barbie. Emang mereka ini jodoh sebenarnya, sayang pada gesrek atau gimana, sih. Nggak jadian juga sampai sekarang!" Keluh Renata kesal di pojok taman.

Tidak lama setelah itu, Barbie datang menghampiri dengan menawarkan ice cream. Tentu saja mode merajuk yang awalnya terjadi harus berakhir dengan sebuah ice cream.

"Pakai ngambek segala, kaya anak TK!" umpat Barbie menggoda.

"Biarin! Salah sendiri menyebalkan," balas Renata tak mau kalah.

"Kalau masih marah jangan ambil ice cream, dong!"

"Kan dikasih, masa nggak diambil. Kasihan ice cream kalau dibiarkan."

Barbie tersenyum mendengar jawaban Renata. Tak lama setelah itu Renata kembali meminta untuk diambilkan lagi ice cream. Awalnya Barbie menolak karena ingin membalas merajuk pada Renata. Tapi karena Renata paling ahli dalam merayu, akhirnya Barbie pun tidak dapat menolak keinginan Renata.

Setelah kembali mengambil ice cream, keduanya kembali mengobrol juga bercanda gurau. Tidak ada kemarahan yang berarti, merajuk ala Renata dan Barbie hanya sekedar bercandaan bagi mereka. Selama ini, kedua gadis itu baru sekali bertengkar, dan itu juga bukan karena masalah pribadi diantara mereka.

"Ngomong-ngomong ... Biru pasti kaget lihat kamu begini," ujar Renata setelah selesai menghabiskan ice cream keduanya.

"Ngapain kaget? Jelek, ya? Perasaan cantik hasil makeup si MUA nya," jawab Barbie yang tidak paham akan ucapan Renata.

"Hmmm... Ya itu maksudnya, Bie! Kamu cantik, berbeda sekali dengan biasanya," terang Renata menjelaskan maksud dari ucapannya.

"Kok gitu, sih! Berarti biasanya aku jelek maksud kamu?" tanya Barbie yang merasa kalimat Renata mengandung bawang.












No Tears Left To Cry (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang