Panti asuhan Son Jinju
Setelah puluhan tahun pergi akhirnya mereka kembali ke tempat ini, para laki-laki menangis haru melihat kondisi tempat tinggal mereka sewaktu kecil,
Tempat ini terawat dengan baik meskipun telah di tinggalkan begitu lama, seorang ahjumma pengurus panti yang tersisa tinggal disana sebelum akhirnya meninggal beberapa bulan lalu,
Tidak semua bagian dari panti ikut di hancurkan saat tragedi itu, hanya sebagian yang merupakan rumah inti yang dulunya di huni oleh keluarga Son saat berkunjung kemari, selebihnya dalam keadaan yang baik,
Lingkungan sekitar panti adalah lingkungan bersih dan sederhana, mereka sebagian besar bekerja di perkebunan anggur milik sebuah pabrik besar di bawah gunung,
"Tidak akan ada yang mengenali kita disini, disini lingkungan masih jauh dari kata modern" Cristian berujar sembari menatap kosong bangunan di depan mereka,
"Bibi Hui belum lama tiada, kita tidak sempat bertemu dengannya ya hahah" Jungkook tertawa pilu, ia menghindari tatapan semua orang, menyembunyikan air mata yang kapanpun bisa turun di pipinya,
"Jungkook,,, kau jelek saat menangis" Jungkook diam tak menanggapi ejekan dari Lisa, sebenarnya Lisa tak berniat mengejek, dia hanya merasa khawatir namun gengsi dalam menunjukkannya,
"Ayo masuk, disini ada banyak kamar kalian bebas mau pakai yang mana" ujar Wendy, dia baru saja berkeliling sekitar sendirian, mengingat Panti asuhan ini adalah milik mendiang kedua orang tuanya, ia berkeliling sebentar untuk nostalgia,
"Wendy kau baik baik saja? " Joy adalah sahabat terdekat Wendy tentu saja dia tahu benar bagaimana perasaan sahabatnya, meskipun dari sikapnya Wendy berkilah dengan memakai topeng ceria yang kurang fasih di perankan nya,
"Apa sudah ada kabar dari Seulgi? "
Mino mengangguk,
beberapa saat lalu, jantungnya nyaris berhenti berdetak saat mendengar dari earphones nada bicara Seulgi yang sudah sangat ia tunggu tunggu sejak tadi terdengar tidak jelas,
"Dia bilang baik-baik saja, akan segera menyusul, tadi ada sedikit kendala pada ban mobil ku! "
"Ah aku lega mendengarnya, ayo bawa Nayeon dan Jennie istirahat di dalam"
Memasuki dalam ruangan, bangunan ini adalah bangunan tradisional Korea, sangat nyaman dan hangat, ada banyak kamar kamar kecil meskipun dinding penyekat nya hanya terbuat dari papan serabut kayu, rumah ini sangat nyaman untuk di tinggali,
;contohnya begini
"Jungkook, kau mau tidur dimana? "
"Kenapa kau bertanya? " Lisa berdecak, jika saat ini ia tidak berempati melihat Jungkook menangis sudah pasti Lisa akan menjambak rambutnya yang mulai panjang itu,
"Aku ingin tidur denganmu"
uhukkk
Jungkook terkejut, terasa sesuatu mengganjal tenggorokannya,
"Kau tidak sedang mabuk kan? " Lisa menggeleng dengan gerakan lucu, Jungkook melihatnya seperti anak anjing yang menggemaskan,
"Aku tidak sedang mabuk,, "
"Ouhh baiklah, karena apa kau ingin tidur denganku? "
"Semua orang tidur bersama pasangannya 😩, bahkan Yeri saja tidur dengan Mark, masa sih aku tidur dengan Joy? dia penguasa kamar, aku tidak suka"
Jungkook tertawa, ternyata Lisa sudah bosan menyendiri,,, apakah ini tandanya seseorang telah luluh pada Jungkook?
🐞🐞🐞🐞🐞
"Udara mulai dingin Seunghwan" Wendy tersenyum getir mendengarnya, hawa dingin tidak berarti apa-apa di banding badai salju yang sudah bertahun-tahun di dalam hatinya,
Ia berdiri di antara puing-puing bangunan utama yang dulunya di tinggalinya dan keluarga,
Bayangan akan ibu yang lemah lembut, ayah yang penyayang dan calon adik yang sedang ia tunggu-tunggu sejak lama, pergi meninggalkannya jauh ke dalam kabut tebal,
Wendy menangis pilu membuat pria di sampingnya hanya dapat merangkul sisi pundak gadis itu, mencoba memberikan suport yang begitu di butuhkan oleh Wendy,
Butuh bertahun-tahun bagi mereka untuk sembuh dari rasa luka dan trauma, bagaimana Wendy melihat kedua orangtuanya dihabisi di depan matanya sendiri,
Bahkan sang ibu tengah mengandung, seorang bayi yang belum lahir ikut menjadi korban,
Dan lebih pilu nya, hingga saat ini Wendy sama sekali tidak tahu dimana makam orangtuanya berada, hanya tahu tempatnya tapi tidak tahu dimana tepatnya, mengingat hukum untuk makam orang yang di anggap jahat tidak akan di beri nama,
"Bibi Son pasti bangga melihatmu, kau harus kuat untuk memperjuangkan nama mereka,,, "
Itu sudah menjadi tekad Wendy sejak lama, maka dari itu ia berubah dari putri semata wayang yang manja menjadi gadis pemberani, tidak ada ketakutan apapun yang dapat terlihat di dalam matanya,
Kecuali ketakutan akan kehilangan orang orang yang ia sayang,
"Kau masih ingin melihat-lihat? " Wendy mengangguk pelan, sementara pria di depan bergerak menggandengnya melewati puing-puing bangunan yang masih belum begitu di bersihkan,
"Dulu kau pernah tercebur di kolam itu kan, kau berlari menghindariku malah berakhir disana"
"Dan gara-gara itu aku sempat trauma pada air"
"Tapi aku menolongmu waktu itu, kepala panti asuhan bahkan memarahi aku habis-habisan"
"Dan kau tidak dapat jatah makan malam waktu itu"
"Dan kau datang membawakan aku Japchae saat semua orang telah tertidur"
Mereka kembali tertawa bersama, sebentar sebelum akhirnya Wendy menangis lagi, kenangan masa lalu membuat nya mudah menangis,
Ia merasakan sentuhan pada pundaknya lagi, kali ini lebih dalam, membuat ia tak tahan dan menangis di pelukan laki-laki itu, menumpahkan seluruh perasaan sakitnya,
"Kau boleh menangis sepuasnya sekarang, tapi berjanjilah ini yang terakhir! " Wendy mengangguk semakin puas menangis,
Sementara di sudut lain seorang wanita tengah mati-matian menahan nafasnya di balik tumpukan kayu sisa bangunan,
Tangannya baru saja tergores kayu karena bersembunyi secepat kilat menghindari tatapan orang disana,
"Kenapa Minhyun memeluk Olaf seperti itu? "
Ringisan terdengar dari sudut bibirnya, ia mencari Minhyun karena mendadak perutnya kram tak tertahankan,
Namun hal yang ia dapat justru yang berganti membuat hatinya kram,,
"Akhhh,,, aku akan kembali ke kamar saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙽𝙸𝙽𝙴 𝚂𝙴𝚇𝚈 𝙳𝙰𝙽𝙶𝙴𝚁𝙾𝚄𝚂 𝙱𝙻𝙰𝙲𝙺𝚅𝙴𝙻𝚅𝙴𝚃
Action𝙳𝚎𝚗𝚍𝚊𝚖 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚍𝚒𝚊𝚗 𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚖𝚋𝚒𝚕𝚊𝚗 𝚐𝚊𝚍𝚒𝚜 𝚙𝚘𝚕𝚘𝚜 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚖𝚊𝚏𝚒𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚝𝚊𝚔𝚞𝚝𝚒, "𝙿𝚎𝚛𝚐𝚒𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚗𝚊𝚙𝚞𝚗 𝚔𝚊𝚖𝚒 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚎𝚛...