40.

301 31 0
                                    

Jisoo menangis sendirian di dalam kamarnya, perutnya sakit beberapa hari ini, mungkin karena stress, jadi bayi dalam kandungan nya terus saja berkontraksi,

"Aku tidak boleh stress, mama mohon sayang kau harus baik-baik saja ya, jika kau kenapa-kenapa mama tidak akan memaafkan diri mama sendiri"

Pintu terbuka dengan Minhyun yang baru datang sejak berpamitan untuk mandi, hanya ada satu kamar mandi di rumah ini, itu pun di luar rumah dan harus menimba air dari sumur dengan dinding bebatuan,

"Jisoo, kau sudah bagun? " Jisoo mengangguk saja, meskipun kenyataan nya sejak tadi ia sama sekali tidak bisa memejamkan matanya, jantung nya terus berdebar tak karuan belum lagi perutnya juga sakit tidak nyaman,

"Kau kenapa? "

"Aku tidak apa apa" Minhyun mendekat setelah menggantung haduk pada tempatnya, dua kasur lipat yang mereka gabung jadi satu, membuat penampakan kasur terlihat cukup luas,

"Kau terlihat gelisah sayang, kau merasa tidak nyaman ya disini?"

"Minhyun, mau bercerita tentang masa lalu? " Dahi Minhyun berkerut memandangi wajah tanpa polesan make-up istrinya, dia selalu cantik meskipun tanpa polesan make-up,

"Ya aku pikir, kita menikah terlalu cepat, aku tidak tahu apapun tentang mu, dan begitupun kau juga tidak tahu cerita ku"

"Kita sudah sepakat untuk menikah, bahkan aku menunggu mu selama 2 tahun sayang, tapi kalau kamu mau ya baiklah, kita mulai dari mana? " Jisoo tersenyum, ini adalah saat yang tepat untuk dia memastikan sesuatu,

"Dulu kau tinggal disini? Karena hal apa, jika kau tahu kau bisa menceritakannya"

"Aku dibawa kesini oleh tuan dan nyonya Son setelah bibi satu-satunya keluarga ku di Gwangju telah tiada, tidak ada lagi yang bisa mengurus ku disana"

"Ah begitu kau ternyata lebih beruntung dari anak lain ya? "

"Iya, Satu-satunya hal yang aku syukuri, apalagi sayang? " Jisoo mengangguk dan berlanjut pada pertanyaan selanjutnya,

"Apa kesan pertama mu pada tempat ini dan keluarga Son? "

"Eum, aku suka tempat ini dulu nyaman sekali, ada ibu panti yang menyayangi kami dan banyak teman yang selalu ada untuku, tuan dan nyonya Son mereka sangat baik, aku berhutang budi pada mereka"

"Aku juga merasakan kebahagiaan dan kesedihan mu saat kau datang ke tempat ini Minhyun, pasti sakit mengingat nya, tapi terlalu indah untuk di lupakan"

"Begitulah sayang, kami menganggap ini adalah rumah kami, rumah ternyaman sebelumnya"

"Ya, aku tau pasti ada kenangan yang sangat indah di tempat seindah ini kan Minhyun, ngomong ngomong apa kau pernah jatuh cinta sebelumnya? " Minhyun terdiam seketika ia menoleh kepada istrinya merasa aneh atas sesuatu, namun bukannya tampak aneh, Jisoo malah tersenyum dan dengan raut penasaran seolah menegaskan bahwa tidak ada sesuatu dari pertanyaan nya,

"Hah, aku tebak pasti kau tidak pernah jatuh cinta ya? Kau kan susah bergaul! " ejek Jisoo terus terang, sementara Minhyun melotot tak percaya dengan ucapan istrinya,

"Kau berani sekali ya mengejekku, seperti yang kau ketahui, aku ini tampan sejak dulu, banyak gadis berusaha mendekati suamimu ini waktu kecil, tapi aku tidak peduli dengan mereka, aku hanya melirik satu gadis saja, gadis aneh dan tingkah nya seperti laki-laki"

"Astaga ternyata selera mu tidak bagus Minhyun, baiklah aku tidak akan penasaran siapa gadis itu, tapi apa yang membuat mu menyukai nya, dan membuat dia menyandang predikat cinta pertama mu? " Nada Jisoo seolah meledek selera Minhyun, sementara Minhyun tertawa kecil,

Wajah tampan nya terlihat menerawang pergi ke suatu masa, dan berhasil membuat Jisoo terdiam,

Minhyun tersenyum manis dengan sendirinya, sebelum menjawab pertanyaan Jisoo lebih lanjut,

"Dia baik, dan berbeda dengan gadis lain, jika gadis lain mengejar ku, dia sama sekali tidak peduli dengan ku, dia lebih peduli dengan berbagai macam permainan laki-laki seperti memanjat pohon, bermain basket dan lain-lain nya"

Jisoo tersenyum pedih, tanpa Minhyun katakan ia sudah sangat paham gadis kecil cinta pertama Minhyun itu siapa, jelas sekali itu adalah Son Wendy sahabatnya, tinggal bersama sejak tragedi itu membuat dia hafal dengan benar karakter Wendy yang tomboi namun manis di saat bersamaan bahkan saking tomboi nya, dia sampai tidak suka tatanan rambut panjang seperti kebanyakan wanita, dia selalu memilih style nya sendiri, berambut pendek dan wajah segar,

"Sekarang kau malah diam" Jisoo dengan cepat mengontrol ekspresi nya, dia tersenyum dan berpura-pura menguap,

"Hoams, mendengar cerita mu aku jadi mengantuk Minhyun, aku ingin tidur ya, jangan lupa matikan lampu kalau sudah ingin tidur "

"Hmm baiklah sayang, selamat istirahat baby papa"

💐💐💐💐💐

"Vernon, Vernon bangun Ariel menangis" Jennie meringis ngilu karena terus bergerak membangunkan Vernon, ia tahu Vernon lelah, namun ia belum bisa berdiri karena luka bekas operasi nya belum benar-benar pulih,

"Vernon, Ariel menangis " Vernon tak kunjung bangun meskipun berulang kali menggeliat terganggu guncangan Jennie di lengan bahunya, sementara di sampingnya Ariel terbaring menangis cukup kencang,

Jennie masih awam dalam merawat bayi, ia belum bisa secepatnya membuat bayi menangis menjadi tenang kembali, Jennie butuh susu, air susu nya tidak keluar, entah kenapa, ia sebenarnya ingin berkonsultasi pada Nayeon tapi gadis itu saja belum pulih sepenuhnya,

"Vernon, Ariel menangis dia butuh susu" ucap Jennie kembali berusaha membangunkan Vernon yang tidur meringkuk membelakangi nya, namun seperti awal Vernon hanya menggeliat kecil dan tidak terbangun meskipun suara tangis anaknya sudah memenuhi ruangan,

"Jennie, maaf aku masuk, pintu mu sedikit terbuka, anakmu kenapa? " Jennie meringis memegangi perutnya yang masih terdapat perban,

"Jimin, Vernon sudah ku bangunkan tapi dia susah sekali, anaknya ingin susu"

"Mungkin dia kelelahan, dimana botolnya biar akku saja yang membuatkan " tawar Jimin membuat Jennie tidak enak, Ia harus merepotkan seperti ini,

"Jangan sungkan, berapa ml air yang harus aku tambahkan ke susu? "

"3 sendok susu untuk 50 ml air, jangan langsung menambahkan air panas ya, air dingin dulu baru air panas sedikit saja" Jimin mengangguk lalu bergegas ke dapur, kebetulan tadi ia melihat Irene dan Rose disana sedang mempersiapkan makanan, mungkin saja ia bisa meminta di ajarkan,

"Ariel sayang, ssssttt sssttt tunggu sebentar ya" Jennie mengelus lembut pipi anaknya yang terus bergerak gelisah dan menangis,

"Apa aku harus menaruhnya di inkubator lagi? " Jimin kembali dengan sebotol susu di tangannya,

Degan gembira dia langsung saja meberikan niple botol ke arah bibir mungil anak Jennie, dan hap...

Bayi itu berhenti menangis, Jimin tersenyum senang melihatnya,

"Lucunya, siapa namanya? "

"Ariel, Ariel Chew" Chew dari nama belakang Vernon,

"Apakah Nayeon sudah sadar? " tanya Jennie, sementara Jimin mengangguk, ia baru saja dari kamar Bobby tadi, Nayeon sudah baik-baik saja, bahkan Bobby saja sudah bermesraan dengan istrinya,

"Aku merasa bersalah pada Nayeon, jika dia tidak mencuri inkubator untuk Ariel hal itu tidak akan terjadi"

"Jangan merasa bersalah, kita semua keluarga jadi sudah hal yanng lumrah jika Nayeon melakukan itu"

"Itu benar, kita keluarga"

𝙽𝙸𝙽𝙴 𝚂𝙴𝚇𝚈 𝙳𝙰𝙽𝙶𝙴𝚁𝙾𝚄𝚂 𝙱𝙻𝙰𝙲𝙺𝚅𝙴𝙻𝚅𝙴𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang