Anhar membawaku ke rumah sakit menggunakan mobil syubban.
Aku langsung di bawa ke rumah sakit, sesampainya di rumah sakit aku di larikan ke ruangan khusus.
Dokter dan suster pun langsung datang dan mengecek ku.
Anhar pov.
Anhar terus berdo'a dan bertasbih, tiba-tiba Ilham, Rafi, Arin dan bu nyai pun datang menghampiri Anhar yang duduk di kursi tunggu.
"Assalamu'alaikum" ucap mereka.
"Waalaikumsalam" jawab Anhar.
Anhar mencium punggung tangan bu nyai.
"Har gimana keadaan Dinda?" tanya Arin khawatir.
"Dinda lagi di tangani dokter" jawab Any.
Arin dan bu nyai duduk di kursi tunggu sebrang kursi Anhar.
Mereka pun mulai berdo'a untuk Dinda agara baik-baik saja.
Sudah cukup lama Dinda di tangani dokter, akhirnya dokter keluar dari ruangan di mana Dinda di rawat.
Anhar langsung menghampiri dokternya.
"Dok.. Gimana keadaan Dinda?" tanya Anhar khawatir.
"Hipotermia pasien kambuh lagi dan penyakit nya semakin meningkat, mungkin ia terlalu lama menahan atau diam di suhu yang dingin, maka dari itu pasien harus di rawat sampai sembuh walaupun tidak total" jelas dokter.
"Astagfirullah ya Allah..." Anhar mengusap wajahnya.
"Baik dok terimakasih" ucap Anhar.
"Sama-sama, kalo begitu saya permisi" ucap dokter.
"Silahkan" jawab Anhar.
Lalu dokter dan suster pun pergi dari sana.
Pintu ruangan terbuka terdapat Arin dan bu nyai masuk dan menghampiri ku.
"Dinda... Kamu bangun nak?" tanya bu nyai.
"Nggeh nyai" jawab ku lemas.
"Gimana masih sakit?" tanya bu nyai.
"Lumayan nyai" jawab ku.
"Cepet sembuh yaa nak" ucap bu nyai mengusap lembut tangan ku.
"Aamiin" jawab ku.
"Maaf ya nduk saya ngga bisa tungguin kamu di rumah sakit soalnya Najjah ngga ada yang nungguin" ucap bu nyai.
"Nggih nyai ndak papa" jawab ku sedikit tersenyum.
"Arin tolong nanti jaga Dinda di sini paling nanti kamu di temani Anhar" ucap bu nyai.
"Nggeh nyai" jawab Arin menunduk.
"Kalo gitu saya permisi dulu assalamu'alaikum" ucap bu nyai.
"Waalaikumsalam" jawab ku.
"Din bentar yaa" ucap Arin
Aku hanya mengangguk paham.
Lalu Arin dan bu nyai pun keluar dari ruangan.
"Anhar kamu sama Arin temenin Dinda di sini yaa, nanti saya telfon orang tua Dinda" ujar bu nyai.
"Nggeh nyai" jawab Anhar.
"Hati-hati nyai" ucap Arin dan Anhar bersamaan sambil mencium punggung tangan bu nyai secara bergantian.
"Assalamu'alaikum" ucap bu nyai, Ilham dan Rafi.
"Waalaikumsalam" jawab Anhar dan Arin.
Lalu Arin dan Anhar pun masuk ke dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...