Pagi pun tiba usai membereskan kamar aku membantu ummik yang sedang membereskan barangnya, karna keluarga Annaaz akan pulang, hanya aku, Dini, ummik dan Nara yang ada di kamar kecuali Sindi, ia sedang piket taman.
*oh Iyah guys Annaaz itu singkatan dari Anhar, Nara, Azka yaa...
"Kamu sehat-sehat di sini ya nduk, kamu harus bisa mandiri di sini, nanti InsyaAllah ummik sama ibu kamu jenguk kamu ke sini" ujar ummik.
"Nggeh mik" jawab ku.
"Sekarang kan udah besar yaa... jadi ngga akan sedih lagi kan kalo di tinggal Anhar?" ucap ummik.
"Hehe nggeh ummik" jawab ku bingung.
"Dulu kamu sering nangis kalo di tinggal Anhar, saking ngga mau di tinggalnya Anhar sering nginep di rumah kamu" ujar ummik.
"Iyah ummik?" tanya ku.
"Iyahh, kamu lupa ya?" kekeh ummik.
"Hehe iyh ummik, tapi Dinda baru ngeh kalo orang yang dulu sering sama Dinda itu mas Anhar" jawab ku.
"Iyah itu Anhar, tapi kamu sekarang udah inget kan? " tanya ummik.
"Nggeh mik" jawab ku, betapa malunya saat aku mengingat dulu aku yang sering manja pada Anhar.
Setelah beres semuanya kita pun menuju rumah abuya.
Ketika aku menunggu di halaman rumah abuya bersama Azka dan Nara, tiba-tiba tak sengaja aku melihat Sindi dan Anhar di lapang, aku melihat Sindi yang memberikan sesuatu pada Anhari dan Anhar menerimanya.
Sepertinya Sindi sadar bahwa aku memerhatikanya, lalu ia pun pergi.
Anhar pun menghampiri Aku, Nara dan Azka.
"Assalamu'alaikum" ucap Anhar.
"Waalaikumsalam" jawab ku dan Nara.
"Hallo boy" sapa Anhar pada Azka.
"Anar... Anar..." ucap Azka dengan suara khas anak kecilnya.
Lalu Anhar mencium Azka.
Tiba-tiba Ilham dan Rafi pun datang.
"Assalamu'alaikum" ucap mereka.
"Waalaikumsalam" jawab kita.
Ilham dan Rafi pun mengobrol dengan Anhar di teras rumah abuya.
"InsyaAllah mas nanti pasti Anhar kabarin ko" jawab Anhar.
Tak sengaja aku mendengar ucapan itu, tapi aku tidak memperdulikannya.
"Mba Dinda sehat-sehat di sini yaaa, Ara bakal rindu banget sama mba" ucap Ara memasang wajah sedih.
"Aamiin sayang, mba juga pasti rindu sama kamu, kamu juga sehat-sehat di sana" jawab ku memeluk Rara.
"Nduk..." panggil ummik.
Aku pun melepaskan pelukan Ara dan berdiri menghampiri ummik.
"Nggeh mik" sahut ku.
"Sehat-sehat yaa anak ummik" ucap ummik mencium kedua pipi ku.
Detak jantungku tidak berkaruan setelah mendengar ucapan dari ummik.
"Aamiin, ummik sama sekeluarga juga sehat-sehat di sana" ucap ku.
"Aamiin sayang" jawab ummik.
Aku pun mencium punggung tangan ummik dan abah.
"Din..." panggil Anhar yang sudah duduk di jok depan.
"Iyah?" jawab ku, aku menghampiri nya.
"Sehat-sehat di sini, jaga kesehatan, inget kalo ada tadabbur alam jangan lupa bawa jaket atau mending kamu jangan ikut" ucap Anhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...