Sudah satu hari aku di Blitar, pagi ini aku, Nara dan Azka sedang berjemur di teras rumah.
Tiba-tiba ummik memanggilku dan aku langsung masuk ke dalam.
Setelah aku di panggil ummik aku pun kembali ke luar dan melihat Anhar yang duduk di teras rumah juga, tak sengaja aku melihat Anhar membalas pesan Arin yang di kirim kemarin.
Aku hanya berdeham lalu mendekat ke arah Nara dan Azka, aku melihat Azmi yang langsung mengeluarkan aplikasi whatsapp.
"Ra... Dek... Kita makan dulu" Ajak ku.
Mereka berdua hanya membalasnya dengan anggukan, lalu aku menggendong Azka dan kita masuk ke dalam tanpa memperdulikan Anhar.
Usai makan aku mencuci piring kotor bekas tadi makan.
"Mik... Mas mau ke Yogyakarta sama Dinda gak papa kan?" Ujar Anhar.
Aku mendengar ucapan Anhar.
"Iyh boleh, tapi inget... Jaga Dinda" Ujar ummik.
"Iyah syapp" Jawab Anhar.
Di menit berikutnya Anhar menghampiri ku yang tengah mencuci piring.
"Abis ini siap-siap" Suruh Anhar.
"Kenapa sama harus sama Dinda?" Tanya ku, mengerutkan kening ku.
"Siap-siap" ujarnya dengan nada datar.
"Iyahh bentar lagi" jawab ku.
Usai cuci piring aku masuk ke kamar Nara dan langsung mandi.
Setelah selesai mandi aku langsung siap-siap, aku hanya mengenakan abaya berwarna milo dengan motif garis hitam di pergelangan tangan dan di lengkapi kerudung hitam.
Setelah siap aku langsung menuju halaman rumah, karna Anhar sudah menunggunya di sana.
"Udah siap syang?" tanya ummik pada ku.
"Udah ummik" jawab ku.
"Ya udh mik.. Bah.. Mas sama Dinda berangkat dulu" ucap Anhar mencium tangan abah sama dengan ummik secara bergantian lalu di ikuti aku.
"Dadah adeknya mba" ucap ku mencium Azka yang ada di pangkuan Fitri art di rumah Annaaz.
"Mba esklim... Esklim..." ucapnya.
"Iyah nanti pulangnya mba beliin Aka eskrim yaa" ucap ku.
Azka mengangguk girang.
Setelah pamitan pada abah dan ummik kita pun langsung pergi menuju yogyakarta.
Aku menyiarkan live di instagram ku.
Sudah beribu-ribu orang menontonnya dan banyak yang bertanya.
Mba Din... Sama gus Anhar mau ke mana?
Aku membaca pertanyaan itu.
"Jadi aku mau nganter yang orang yang mau ketemuan" ujar ku sengaja.
Anhar pun melirik ke arah ku, dan aku pun melirik nya.
"Kenapa?" tanyaku.
Tidak ada balasan dari Anhar.
"Benerkan mas mau ketemuan?" tanya ku.
Lalu aku berbuang muka.
Beberapa menit kemudian aku mengakhiri live nya.
"Kata siapa kamu mas mau ketemuan?" tanya Anhar.
"Ngga usah tau, gak penting" jawab ku ketus.
"Dari siapa?" tanya Anhar lagi.
Aku tak memperdulikan nya dan aku memutuskan untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...