Setelah usai acara ummik, abah dan keluarga lainnya sudah pulang begitupun mbah Syarifah keluarga dari ummik dan juga ayah, ibu mereka sudah pulang.
Tinggal tersisa aku, Anhar, Dini, Sindi, Ilham, Rafi, Aca, Ara dan kedua pacar Ara dan Aca.
Kita makan barbeque, sesekali kita mengobrol dan bercanda.
Sesekali kita berfoto-foto di rumah ku.
Sedari tadi kita di irikan dengan ke mesraan pasutri Ilham dan Dini, yaa setelah Dini lulus dari pondok Ilham langsung menikahinya dan ternyata mereka sudah lamaran sejak Dini masih sekolah dulu, hanya saja mereka merahasiakan itu.
Tak terasa hari sudah malam, Aca, Ara dan kedua pacar mereka memutuskan untuk pulang, sedangkan Ilham, Rafi, Sindi, Dini dan Anhar memutuskan untuk menginap di rumah ku.
Aku, Dini dan Sindi berbagi tugas, Dini dan Sindi membersihkan piring dan pembakaran bekas barbeque.
Sedangkan aku memindahkan bantal yang ada di kamar bawah ke kamar atas dan di bantu Anhar.
Setelah selesai membereskannya kita langsung siap-siap untuk tidur karna hari sudah malam.
Aku mencari baju kaos untuk Anhar yang kebiasaan lupa tidak membawa kaos ganti.
Lalu aku memberikan kaosnya pada Anhar yang sudah menunggu di depan kamar ku.
"Ini mas" ucap ku menyondorkan kaosnya.
"Makasih yaa calon istri" celetuk Anhar.
"Mas... Malu lho" aku membulatkan mataku.
"Malu sama siapa sih? Lagian bener ko kamu calon istri mas" jawab Anhar tersenyum.
Aku hanya menutup wajah dengan kedua telapak tanganku karna malu.
Anhar hanya terkekeh melihat ku.
"Udah masuk gih udah malem" suruh Anhar.
"Iyah" jawab ku dengan anggukan.
"Sugeng wengi" ucap Anhar.
Aku terdiam sejenak, mencoba untuk translate tapi tetap saja tidak tahu.
"Gak ngerti" jawab ku dengan kekehan.
"Selamat malam" jawab Anhar.
"Hehe Iyah selama malam juga mas" jawab ku dengan senyuman.
Anhar hanya tersenyum menatap ku.
"Ya udah Dinda masuk ya" ucap ku.
"Iyahh" jawab Anhar.
Lalu aku masuk dan Anhar masih setia memastikan ku benar-benar masuk ke dalam.
Setelah itu Anhar masuk ke dalam kamarnya.
"Bahagia banget yaa yang udah lamaran" ledek Dini yang sepertinya tau bahwa aku sudah menemui Anhar.
"Hahaha Iyah dong" kekeh ku.
Hari telah berganti Dini, Sindi, Rafi, dan Ilham kini sedang siap-siap untuk pulang.
"Fii... Kamu pulang bareng Sindi lagi aja" titah Ilham.
"Iyah mas" jawab Rafi gugup, karna mereka sedang masa pendekatan.
"Har.. Kamu mau pulang kapan?" tanya Ilham.
"Aku ntar aja mas, kasih calon di rumah sendiri" jawab Anhar seraya terkekeh.
"Dasarr baru calon aja udah sombong" ketus Rafi.
"Oh ya tentu" jawab Anhar tertawa begitupun Ilham.
"Kalian ini" kekeh Ilham.
"Ya udah Din... Makasih ya, maaf saya sama istri udah ngerepotin kamu" ucap Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...