Pagi ini aku dan Anhar sedang di nurul qodim, aku mengantar Anhar untuk menemui abuya dan para personil syubban.
"Har... Tau gak? Waktu kamu di sana yah, ada orang yang sifatnya tiba-tiba berubah gitu, pokoknya jadi pendiem" celetuk Ilham.
Aku yang merasa tersindir langsung menatap tajam Ilham, "maksud situ apa hah?" ketus ku.
Mereka hanya menertawai ku.
"Yaa emang gitu mas anaknya, kata budenya juga waktu awal dia di bekasi itu yaa kek gitu jadi pendiem" jelas Anhar.
"Sip lah yang paling tau semuanya" ledek Rafi.
Anhar hanya terkekeh.
"Eumm... Din boleh minta tolong gak?" pinta Anhar.
"Minta tolong apa?" tanya ku.
"Tolong beliin boba yang di depan sana" pintanya.
"Ouh iyahh, mana uangnya" ucap ku.
"Ini beli bobanya 25 ya" suruh Anhar.
"Sebanyak itu? Bawa sendiri? Gak salah? " tanya ku.
"Yaa ntar kalo udah siap telfon mas aja" ujarnya.
"Kenpa gak sama mas aja belinya?" tanya ku.
"Mas males" jawabnya.
"Pdahal sama gw juga males" grutu ku.
"Hah apa?" tanya Anhar.
"Gak" jawab ku sambil menerima uang dari Anhar dan langsung pergi dari sana.
"Kenapa sih pake nyuruh segala" grutu ku.
"Iyah tau males, padahal aku juga males" kesal ku.
Anhar pov.
"Tumben banget kamu nyuruh Dinda yang beli sendiri, biasanya suka sama kamu" ucap Ilham.
"Sengaja mas, jadi aku ada kabar" ucap Anhar.
"Info masehhh" teriak Rafi yang membuat para personil lainnya mengerumuni Anhar.
"Info apa?" tanya kholis.
"Besok aku mau lamaran" jawab Anhar.
"Wdihhhh" Rafi.
"Aduhh di langkahin si bontot dong" ujar Rizal.
Para personil bersorak.
"Waduhhh sama siapa?" tanya Najwa.
"Ya Dinda dong syapa lagi coba" celetuk Ilham.
"Beneran sama Dinda?" tanya Rizal.
Anhar mengangguk pelan sambil tersenyum.
"Mubazir ini mah si cantik milik si ganteng" ujar Najwa.
"Haha Iyhh, apalagi tar kalo anaknya cakep juga duhhh mubazir banget" sambung Rizal.
"Tapi Dinda belum di kasih tau" jawab Anhar.
"Lah ko?" Ilham.
"Nanti kan aku nganterin Dinda dulu ke Kediri nah paling tar tau-tau rumah di udah di dekor aja" jawab Anhar.
"Waduhhh sukes Har" ucap Rafi menepuk punggung Anhar.
Ponsel Anhar berdering, Anhar langsung mengangkatnya.
"Apa?"
"Ya udah sekarang mas ke sana"
"Iyahhh sabarrr"Lalu Anhar menutup telfonnya.
Anhar pov off.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...