Sore ini aku telah menyelesaikan ujian, rasanya cape otak ini, aku duduk di kursi taman sambil memejamkan mata di bawah langit yang mendung.
Aku menepuk jidatku setelah aku mengingat sesuatu.
"Aduhh jadwal belanja sayur lagi" keluh ku.
Aku beranjak dari taman dan pergi ke kamar di sana terdapat anak kamar ku ada yang sedang bercerita, ada yang tidur dan sebagainya.
Aku langsung siap-siap pergi ke pasar.
"Mba Din... Jadwal belanja ya?" tanya Tyas.
"Iyah nih" jawab ku.
"Semangat ya mba" ucap anak kamar ku.
"Siap makasih" ujar ku tersenyum.
Lalu aku pergi dari kamar, ketika di jalan aku berpapasan dengan Anhar yang sepertinya baru kelar ngawas ujian.
"Mau ke mana Din?" tanya Anhar.
"Dinda mau belanja" jawab ku.
"Sendiri?"
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
"Mas anter ya" ucapnya.
"Ngga usah Dinda sendiri aja, mas Anhar harus ngelatih hadroh kan? " jawab ku.
"Iyah sih, ya udah kamu hati-hati" ujar Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Lalu aku pergi menuju pasar, hanya butuh waktu 18 menit untuk sampai di pasar, jika memakai kendaraan.
Aku memilih sayuran yang masih segar, di tengah aku sedang membayar belanjaanya tiba-tiba hujan deras.
"Aduhh hujan lagi... Mana ga bawa payung" keluh ku.
Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu hujan reda.
Sudah hampir satu jam aku menunggu hujan di depan ruko, tiba-tiba ada angkot arah kalijagar, aku pun langsung menaikinya, tak lama kemudian angkot yang aku tumpangi pun jalan.
Tiba-tiba di pertengahan jalan angkot pun berhenti.
"Kenapa pa?" tanya salah satu penumpang.
"Maaf mba sepertinya mobilnya mogok" ujarnya.
Yaa mobilnya mogok, mau tak mau para penumpang harus turun, begitupun aku.
Akhirnya aku turun dan membayar ongkos nya.
Pikiran ku saat ini adalah makan untuk para santri, akhirnya aku nekad jalan kaki menuju pondok yang jaraknya sangat jauh dan menerobos hujan deras.
Hujan terus mengguyur ku, hingga seluruh baju ku basah kuyup.
Sesampainya di jalan yang ada di tengah sawah itu aku merasa lega karna sebentar lagi sampai, ketika di pertengahan jalan penglihatan ku terasa gelap, dan sepertinya jalanan sepi karna hujan deras.
Anhar pov.
Anhar keluar dari ruang latihan dan melihat hujan yang masih deras, ia terus menerus menghubungi seseorang, sepertinya tidak ada jawaban darinya.
Anhar semakin khawatir dengan seseorang yang ada di pikirannya saat ini.
"Kenapa Har?" tanya Ilham.
"Dinda belum pulang mas" jawab Anhar cemas.
"Emang Dinda ke mana?" tanya Ilham lagi.
"Tadi Dinda belanja ke pasar tapi jam segini dia belum pulang" cemas Anhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...