Maaf.

21 6 0
                                    

Anhar pov.

Anhar, Arin dan adik laki-laki Arin baru saja selesai makan.

Anhar menelfon Nara untuk menanyakan Dinda.

"Assalamu'alaikum dek..."
"Dek... Dinda udah pulang belum?"
"Hah? Ko bisa sih... Ngga papa, kamu jangan bilang sama ummik ya kalo Dinda gak ada"
"Iyh... Wassalamu'alaikum"

Anhar memutuskan telfonnya, dan mencoba untuk menelfon Dinda tapi masih sama seperti kemarin, tidak ada jawaban ataupun balasan dari Dinda.

Anhar mengusap wajahnya kasar.

Anhar memasukkan beberapa barangnya ke dalam tas kecilnya yang ia bawa.

"Maaf yaa Har... Gara-gara aku ngajak kamu ketemu, kamu jadi kaya gini" ucap Arin.

Anhar hanya mengangguk kecil.

"Ya udah Rin... Aku pulang ya, makasih hidangannya, sama semuanya" ucap Anhar.

"Sama-sama, maaf ya Har, makasih juga udah sempetin datang ke sini" ujar Arin.

Anhar mengangguk kecil.

"Assalamu'alaikum" ucap Anhar.

"Waalaikumsalam" jawab Arin.

Lalu Anhar pergi dari rumah Arin.

Anhar bingung harus mencari Dinda ke mana lagi.

"Dinda... Kamu di mana sih?" risau Anhar.

Tak sengaja ketika di jalan Anhar melihat Husen di pinggir jalan.

Anhar menepikan mobilnya, lalu keluar dari mobil.

"Mas Husen" panggil Anhar.

"Anhar" sahut Husen.

"Mas liat Din..." ucapan Anhar terpotong oleh Husen

"Sssttt... Udah mending kita ngobrol aja di cafe sana" ajak Husen.

Anhar hanya membalasnya dengan anggukan, lalu Anhar dan Husen pun pergi ke cafe di jalan Malioboro.

Anhar dan Husen hanya memesan jus yang sama.

"Gimana mas? Mas ketemu sama Dinda?" tanya Anhar, membulatkan matanya.

Husen mengangguk, "semalam saya ketemu Dinda di jalan Malioboro, Dinda tidur di kosan saya, tapi you know kan Har kalo kosan saya ada dua kamar, jadi saya suruh Dinda tidur di sana" jelas Husen.

Anhar mengusap wajahnya kasar, "ini salah Anhar" ucapnya menyesal.

"Har... Kamu tau kan dari dulu Dinda itu anaknya cemburuan, apalagi kalo dia liat kamu main sama perempuan lain? dan kemarin kamu minta Dinda nemenin kamu buat ketemuan sama perempuan kamu yang kemarin itu?" Husen.

"Itu bukan siapa-siapa Anhar mas... Memang Arin mau lebih dari sebatas teman, tapi Anhar gak mau" jawab Anhar

"Nahh... Kalo kamu udah jelas kamu gak mau kenapa kamu masih nurutin apa mau Arin?" ujar Husen.

"Iyh mas ini semua salah Anhar, tapi sekarang Dinda ke mana?" tanya Anhar

"Dinda pulang" jawab Husen.

Anhar mengusap lagi wajahnya.

Aku pulang menggunakan grab car, di sepanjang jalan aku hanya menangis, karna teringat di mana Anhar membentak ku.

Tringg...

Pesan masuk.

Ibu❤

SincereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang