Sudah hampir dua minggu aku di rumah dan keadaan ku saat ini sudah fresh lagi.
Di karnakan besok pagi aku kembali ke Nurul Qodim jadi sore ini aku di ajak ayah dan ibu keliling surabaya, soalnya kata ibu harus refreshing biar ngga stres wkwk.
Tak lupa kita juga ziarah ke Madura tepatnya ke makam syekh kholil Bangkalan, di sana aku banyak berdo'a agar aku betah dan bisa bertahan di pondok nanti.
Usai ziarah kita memutuskan untuk makan di rumah makan Madura.
"Nduk... Kebutuhan kamu ada yang udah abis belum?" taya ibu.
"Ada, makanan soalnya kemarin makanan Dinda di ambil mas Anhar semua" ujar ku.
"Kamu manggil Anhar dengan sebutan mas?" tanya ayah.
"Iyahh waktu itu mas Anhar suruh Dinda buat manggil mas" jawab ku.
Ayah hanya ber'oh'iya.
Hari telah berganti pukul 06.18 aku berangkat ke pondok di antar ayah dan ibu.
"Ouh mba juga sekarang mau jenguk toh?" tanya ibu pada seseorang di telfon.
"Ouh ya udah mba nanti kita ketemu di sana aja yaa"
"Iya iya waalaikumsalam" lalu ibu mematikan ponselnya.
Setelah menempuh dua jam di perjalanan akhirnya kita sampai di probolinggo, ayah langsung memarkirkan mobilnya.
Banyak orang yang melihat ke arah ku.
"Dinda..." teriak seseorang, dan ternyata itu Dini dan Sindi.
"Assalamu'alaikum" ucap mereka bersamaan.
"Waalaikumsalam" jawab ku, ayah, dan ibu.
Lalu Sindi dan Dini menciun punggung tangan ayah dan ibu.
"Dindaaaa aku kangen banget" ucap Dini memeluk ku.
Aku hanya terkekeh.
"Gimana sekarang kamu sehat?" tanya Sindi.
"Alhamdulillah sehat" jawab ku.
Aku melihat ayah dan ibu pergi ke rumah abuya.
"Din.. Sin.. Aku ke rumah buya dulu yaa" ucap ku.
"Ouh Iyah" jawab Dini.
Sesampainya depan rumah abuya ternyata ramai.
"Assalamu'alaikum" ucap ku.
"Waalaikumsalam" jawab mereka.
"Masya Allah, alhamdulillah ning Dinda udah sehat tah?" tanya bu nyai.
"Alhamdulillah nyai Dinda sehat" jawab ku tersenyum.
Aku mencium punggung tangan abuya dan bu nyai.
Tak lama kemudian ada mobil avanza putih yang terparkir di depan rumah abuya.
Terlihat seorang berparubaya keluar dari mobil.
Ternyata itu keluarga Anhar.
Aku melihat Arin dan Anhar datang menghampiri mobil avanza putih.
Lalu mereka menuju rumah abuya.
"Assalamu'alaikum" ucap mereka.
"Waalaikumsalam" jawab ku dan yang lainnya.
Ibu, ayah, abuya dan bu nyai bersalaman dengan mereka.
"Masya Allah Sri lama kita ngga ketemu" ucap ummik Salamah.
"Iyah mba" kekeh ibu.
"Dinda mana?" tanya ummik Salamah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...