Kini aku dan Anhar sedang berada di puncak, sedangkan Ifa, Rizki dan kedua anaknya sedang berteduh di salah satu warung.
Aku minta Anhar untuk bermain hujan bersama ku dan Anhar meng Iyah kannya.
Aku dan Anhar duduk di bawah pepohonan yang di guyur hujan.
Aku berdiri dan menghindar dari pepohonan itu, aku sangat menikmati hujannya.
Sedangkan Anhar terus mengikuti ku, karna ia khawatir, tadinya Anhar sempat melarang ku untuk main hujan tapi aku ngeyel ingin main hujan, dan akhirnya Anhar memperbolehkannya.
Aku berlari ke sana, ke sini seperti anak kecil.
"Yangg jangan lari-lari ntar jatuh" ucap Anhar.
Tapi aku tidak mendengarkan nya.
"Mas... Sini mas.. Seru tau" ajak ku.
Anhar hanya menuruti ku.
"Yangg... Udah ya ujanan nya" ucap Anhar.
"Bentar lagi" pinta ku.
"Yangg kamu udah kedinginan" ujar Anhar, memegangi kedua bahu ku.
"Bentar lagi ya mas" pinta ku lagi.
"Ya udah, tapi kamu jangan lari-lari yaa, kita diem di bawah pohon lagi" Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Lalu kita duduk kembali di bawah pohon tadi, aku menyenderkan kepala ku di bahu Anhar, Anhar merangkul pundak ku.
"Mas..." panggil ku.
"Hmm, kenapa sayang?" tanya Anhar.
"Dinda bersyukur banget di nikahin sama mas, di nikahin sama mas itu kebahagiaan Dinda di dunia" ucap ku.
"Makasih ya mas udah jadi suami Dinda yang paling sayang sama Dinda, maaf ya mas Dinda selalu nyusahin mas" ucap ku.
"Sama-sama sayang, ngga ko kamu ngga nyusahin mas" jawab Anhar mencium puncak kepala ku.
Pov author.
Setelah itu tidak ada percakapan lagi dari mereka.
Anhar merasakan tubuh Dinda melemas, tapi Anhar mencoba untuk positif thinking.
"Sayangg kamu jangan ngelamun" ucap Anhar.
Tapi tidak ada jawaban dari Dinda, di detik berikutnya tubuh Dinda terjatuh dari bahu Anhar, tapi dengan sigap Anhar menahan tubuh Dinda.
"Sayangg" panik Anhar.
"Astagfirullah sayang bangun" Anhar sedikit berteriak.
Tanpa berfikir panjang, Anhar menggendong Dinda ala bridal style, dan ia berlari menuju mobil.
Ternyata Ifa, Rizki dan kedua anak mereka sudah ada di mobil.
"Astaghfirullah ning Dinda kenapa gus?" tanya Ifa khawatir.
"Denyut nadi nya lemah" jawab Anhar.
"Astagfirullah, sekarang kita ke rumah sakit ya" ujar Rizki menyalakan mesin mobil, dan kita langsung berangkat menuju rumah sakit yang ada di sekitar Bogor.
Sesampainya di rumah sakit Dinda langsung di tangani dokter.
Sudah hampir setengah jam dokter yang menangani Dinda masih belum keluar.
"Tenang Gus.. Kita berdo'a aja" ucap Rizki coba menenangkan Anhar.
Selang beberapa menit akhirnya dokter pun keluar, Anhar langsung menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...