Besok aku, Anhar, dan cak Fandy di undang di acara pernikahan yang bertempatan di Bali.
Malam ini aku dan Anhar kedatangan Fandy dan manager nya, mereka akan menginap di rumah ku, agar besok kita berangkat bareng.
"Mas Fandy makan dulu mas, sekalian ajak manager nya" ajak ku.
"Nggeh Din, aduh malah ngerepotin nih" ucap Fandy yang merasa tak enak.
"Ngga papa mas" jawab Anhar.
Lalu kita pun makan bareng.
Fandy sudah menganggap Anhar seperti adik sendiri begitupun Anhar sudah menganggap Fandy seperti kakanya sendiri.
Usai makan aku langsung membereskan piring-piring yang kotor, sedangkan Anhar, Fandy dan manager nya sedang mengobrol di ruang tengah.
Usai sholat isya aku menunggu Anhar yang masih belum pulang dari mesjid.
Aku merebahkan diri di kasur, tak lama aku mendengar suara obrolan Anhar, Fandy dan manager nya, yang sepertinya sedang menaiki tangga.
Tak lama kemudian Anhar masuk ke dalam kamar dan melihat ku yang merebahkan diri.
"Assalamu'alaikum" ucap Anhar menghampiri ku dan duduk di sebelah ku.
"Waalaikumsalam" jawab ku, sambil bangun dari tidur ku.
Aku mencium punggung tangan Anhar dan Anhar mencium seluruh wajahku.
"Mas... Mas Fandy mau makan lagi ngga?" tanya ku.
"Ngga tau emang kenapa?" tanya Anhar menekuk wajahnya.
"Ya takutnya mau makan lagi gitu" jawab ku.
Tiba-tiba Anhar terdiam dan memasang wajah cemburu.
"Huftt... Maksud aku gini lho mas... Mas Fandy kan tamu, kita gak tau kan kebiasaan mas Fandy kek gimana, siapa tau kebiasaan mas Fandy kalo abis isya itu makan lagi" ucap ku menjelaskan.
"Iyah sayang mas paham ko" jawab Anhar.
Aku hanya mengangguk-angguk.
"Mas keknya gak salah deh salah istri" ucap Anhar.
"Iyah dong" jawab ku terkekeh.
"Meroket" ledek Anhar.
Aku dan Anhar pun tertawa.
Setelah bercanda ria aku menyimpan jas dan peci Anhar di tempatnya.
"Bentar ya mas ke kamar mas Fandy dulu" ucap Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan, lalu Anhar keluar dari kamar dan menuju kamar Fandy.
Aku menyiapkan baju dan beberapa barang yang akan aku dan Anhar bawa untuk tiga hari kedepan.
Setelah selesai membereskan barangnya aku menyimpan barang di pinggir lemari, tak lama kemudian Anhar pun datang.
"Kamu belum tidur?" tanya Anhar.
"Belum mas ini baru selesai beresin buat besok" jawab ku.
"Udah selesai kan?" tanya Anhar.
"Udah ko" jawab ku berjalan menuju kasur, lalu aku duduk di kasur sambil mengatur suhu ac.
Anhar menidurkan dirinya di dekat ku.
"Mas aku mau nonton bentar yaa" ucapku.
"Iyahh, satu episode udah yaa" Anhar.
"Iyahh" jawab ku.
Lalu aku mengambil iPad dan mulai nonton anime favorit aku.
Aku mengelus lembut rambut Anhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...