Malam pun tiba, para seluruh santri membereskan barang mereka yang akan di bawa besok pulang.
Yaa besok adalah hari di mana para santri akan pulang ke rumah masing-masing selama tiga minggu.
"Din... Kamu besok pulang sama siapa?" tanya ku pada Dini.
"Aku di jemput sama abang" jawab Dini.
"Kamu sama siapa?" tanya Dini.
"Paling pake umum" jawab ku.
"Lah ko?" Dini.
"Iyah soalnya ayah lagi ada urusan" jawab ku.
"Kenapa gak bareng sama gus Irul aja?" Dini.
"Eumm ngga tau, takutnya ngerepotin" jawab ku.
"Kamu pulang sama siapa Sin?" tanya ku.
"Aku di jemput abi" jawabnya.
Aku hanya ber'oh'iya.
Aku, Dini dan Sindi sedang perpisahan karna setelah kembali ke pondok nanti kita akan pisah kamar dan beda orang.
Kita bertiga membuat kenangan foto bertiga, sesekali kita pun bermain game.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.22 akhirnya kita bertiga memutuskan untuk tidur.
Pagi pun tiba para santri sudah banyak yang di jemput dan sudah banyak juga yang pulang, tapi ada beberapa santri yang masih menunggu jemputan.
Aku, Dini dan Sindi pamitan pada abuya dan bu nyai sebelum pulang.
Sesampainya di rumah abuya ternyata di sana ada Anhar,Ilham, dan Rafi, yang sepertinya sedang pamitan juga.
"Assalamu'alaikum" ucap kita bertiga.
"Waalaikumsalam" jawab mereka.
"Dinda pulang sama siapa?" tanya abuya.
"Dinda pulang sendiri..." ucapan ku terpotong.
"Dinda pulang sama Anhar buya" jawab Anhar tiba-tiba.
Aku, Sindi dan Dini melirik ke arah Anhar.
"Masya Allah... Emang kalian dari dulu ngga bisa di pisahin" kekeh abuya.
Anhar hanya terkekeh malu, sedangkan aku hanya menahan malu.
Usai pamit pada abuya dan bu nyai, aku, Dini dan Sindi makan di kantin.
Kita bertiga foto-foto di HP Anhar yang aku pinjam.
Tiba-tiba kita bertiga salfok pada satu notif whatsapp yang baru saja masuk.
Kita bertiga melihat siapa yang mengirim whatsapp nya, ternyata dari Arin.
Arinn.
Mi... Lusa ketemu yukk, tar aku tunggu di Yogyakarta.Begitulah isi pesannya.
Seketika kita bertiga terdiam setelah membacanya, sekilas aku melihat raut wajah Sindi, sepertinya ia sedih.
"Dinda..." panggil Anhar membuyarkan keheningan kita.
Aku hanya mendongak.
"Kita pulang sekarang" ujar Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
"Ini" aku menyondorkan ponsel milik Anhar, dan Anhar menerimanya.
Setelah berpamitan pada personil SM aku dan Anhar menuju parkiran dan di antar Ilham, Rafi, Dini dan Sindi.
"Din... Sin... Aku pulang duluan yaa" ucap ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...