Malam ini aku dan Anhar sedang membereskan barang-barang karna besok pagi kita akan pulang.
Setelah aku selesai membereskan barang-barang nya aku merebahkan diri di pinggir Anhar.
Rasanya lelah untuk hari ini, karna seharian tadi kita jalan-jalan di Bali.
Aku memeluk Anhar yang sedang menonton film favoritnya.
"Capek ya sayang?" tanya Anhar mengelus lembut kepala ku.
"Heemm" jawab ku.
"Ya udah kamu bobo, mas bentar lagi juga selesai ko" ujar Anhar.
"Mas... Sholawat nya" pintaku.
"Di hp mas aja ya" Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Lalu Anhar menyetel sholawat nya, dan ia pun mengusap kepala ku dengan lembut, dan aku pun tertidur.
Aku terbangun karna suara alarm di ponselku menyaring di telinga ku, dengan sigap aku mengambil ponsel yang tersimpan di nakas, dan aku langsung mematikan alarm nya.
Aku melihat Anhar yang masih tertidur pulas, aku diam sejenak sambil menatap wajah tampan Anhar dari dekat, sesekali aku tersenyum melihatnya.
Aku bangun dari tidur ku, aku mencium kedua pipi Anhar.
Aku segera menuju kamar mandi dan melaksanakan ritual mandi.
Usai mandi tak lupa aku membangun Anhar.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.15 kita sudah sampai di bandara tinggal menunggu keberangkatannya, aku dan Anhar sedang mencari sarapan, karna tadi aku dan Anhar tidak sempat sarapan di hotel sedangkan Fandy dan managernya sudah sarapan.
Kita memutuskan untuk membeli roti di salah satu minimarket, setelah membeli roti kita kembali ke tempat di mana Fandy dan managernya berada.
Di tengah aku dan Anhar memakan roti perutku terasa sakit dan kram.
"Shtt... Aduh" rintih ku.
"Kamu kenapa?" tanya Anhar khawatir.
"Dinda sakit perut" jawab ku.
"Sakit perut kenapa?" tanya Anhar.
"Keknya Dinda haid" bisik ku.
"Ya udah ke kamar mandi dulu yuk mas anter" Anhar.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan.
Sesampainya di kamar mandi aku langsung masuk ke dalam dan segera mengeceknya dan ternyata benar.
Aku meraih ponselku dan segera menelfon Anhar yang katanya menunggu ku di luar.
"Hallo mas..."
"Iyah mas... Dinda haid"
"Mas boleh minta tolong gak?"
"Beliin Dinda pembalut"
"Bener nih gak papa?"
"Iyah makasih suami" di akhir telfon.Lalu aku mematikan telfonnya dan tinggal menunggu Anhar.
Tak lama kemudian Anhar pun datang, dan aku langsung memakainya setelah itu aku keluar dari kamar mandi dan menuju ke keberadaan Fandy dan manager nya.
Kita langsung siap-siap masuk ke dalam pesawat karna sebentar lagi pesawat akan berangkat.
Kini pesawat sudah lending, aku duduk di pinggir jendela.
"Mas..." bisik ku.
"Hmm" jawab Anhar melirik ke arah ku.
"Kenapa? Perutnya sakit lagi?" tanya Anhar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincere
Non-Fiction"Ikhlas bukan melepaskan sesuatu dengan air mata, tapi bisa merelakan sesuatu dengan senyuman." "Mensyukuri hari ini dan mengikhlaskan apa yang telah berlalu. Menangis boleh, malah harus, tapi jangan sampai meratap." -Khairul Anhar Askandar- Penas...